Newsletter

Dari Barat ke Timur, Cek 'Ombak' yang Bikin Pasar Gerak

Tri Putra, CNBC Indonesia
04 October 2021 06:24
17 provinsi dan wilayah telah terjadi beberapa bentuk pemadaman listrik. (REUTERS/TINGSHU WANG)
Foto: 17 provinsi dan wilayah telah terjadi beberapa bentuk pemadaman listrik. (REUTERS/TINGSHU WANG)

Apresiasi indeks saham bursa New York akhir pekan memang bisa menjadi katalis positif untuk bursa saham yang akan mengawali perdagangan pekan ini, termasuk untuk IHSG apalagi setelah ambles lebih dari 1% di akhir pekan akibat profit taking.

Namun selain kinerja Wall Street ada beberapa sentimen yang perlu diperhatikan oleh investor untuk perdagangan awal pekan ini.

Salah satu sentimen besar yang mewarnai pasar adalah krisis energi. Eropa, India, hingga China mengalaminya.

Pangkal masalahnya adalah harga gas alam yang semakin mahal. Minggu ini, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, AS) melesat 19,45%. Sejak akhir 2020 (year-to-date/ytd), harga gas alam meroket 118,35%.

Harga gas yang semakin mahal membuat biaya pembangkitan listrik dengan bahan bakar ini kian tidak ekonomis. Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 75,725/MWh pada 28 September 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 50,53/MWh.

Namun Eropa dan China sudah terlanjur punya komitmen untuk mengurangi konsumsi batu bara yang dinilai tidak ramah lingkungan. Dengan harga gas yang naik terus, perburuan terhadap sumber-sumber energi primer pun menggila. Bahkan batu bara yang sempat dicuekin kini kembali dilirik.

Indonesia adalah eksportir terbesar dunia untuk batu bara dan CPO. Kenaikan harga dua komoditas ini tentu akan mendongkrak kinerja ekspor Indonesia. Tidak hanya menggairahkan perekonomian nasional, kenaikan ekspor juga akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah.

Halaman 4>>

(sef/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular