Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu menjadi pekan berdarah bagi pasar saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles 8,73% point-to-point (ptp). Bagaimana dengan minggu ini?
IHSG berakhir di bawah level psikologis 6.600 atau tepatnya di 6.597,99. Menyisakan return sejak awal tahun sebesar 0,25% setelah sebelumnya sebelumnya mencapai hampir 10%.
Koreksi IHSG juga diikuti oleh jual bersih atau net sell asing yang mencapai Rp 8,41 triliun di pasar reguler. Sementara di pasar nego dan tunai, asing melepas Rp 697,4 miliar. Jika ditotal asing melakukan jual bersih senilai Rp 9,11 triliun di saham.
Saham-saham emiten jumbo, seperti kuartet perbankan menjadi 'bulan-bulanan' aksi jual asing selama sepekan ini.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), terkena aksi jual asing sebesar Rp 3,4 triliun dan ambles 9,85%.
Setali tiga uang, saham emiten bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) anjlok 12,73% hanya dalam waktu sepekan dengan net sell Rp 1,6 triliun.
Saham duo bank pelat merah lainnya, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga mencatatkan net sell masing-masing Rp 709,5 miliar dan Rp 366,4 miliar dalam sepekan. Kedua saham ini turun secara berturut-turut sebesar 12,85% dan 10,57% selama minggu ini.
Aksi jual asing juga terjadi di pasar SBN. Bank Indonesia (BI) mencatat, non-residen di pasar keuangan RI jual bersih SBN senilai Rp 12,32 triliun pada periode 9-12 Mei 2022.
Yield SBN 10 tahun pun ditutup di level 7,39%. Yield SBN 10 tahun naik lebih dari 40 basis poin (bps) mengingat sebelum libur, yield SBN 10 tahun masih di bawah 7%. Kenaikan yield mencerminkan adanya koreksi harga di pasar SBN.
Total dana asing keluar yang mencapai hampir Rp 20 triliun dari pasar keuangan RI juga turut menekan kinerja nilai tukar rupiah pekan ini.
Jika sebelum libur nilai tukar rupiah masih berada di bawah Rp 14.400/US$, kini rupiah sudah anjlok mendekati level Rp 14.600/US$.
Investor mewaspadai potensi resesi di Amerika Serikat (AS). Buntutnya, bursa saham AS tertekan pada perdagangan Senin (16/5/2022).
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat tipis 26,76 poin (0,08%) menjadi 32.223,42. S&P 500 surut 15,88 poin (-0,39%) ke 4.008,01 sedangkan Nasdaq anjlok 142,21 poin (-1,2%) ke 11.662,79.
Saham teknologi jadi beban laju wall street pada perdagangan awal pekan ini. Beberapa perusahaan cloud jatuh, di antaranya Datadog (-10,7%), Cloudflare (-13,6%), dam Atlassian (-6,3%). Sementara saham perusahaan kendaraan listrik Tesla anjlok 5,9%.
Indeks acuan bursa utama AS tersebut diterpa aksi jual setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan rencana agresif menaikkan suku bunga acuan. Selain itu, kekhawatiran resesi akibat inflasi yang tinggi juga menjadi faktor penghambat gerak bursa saham AS.
Dow Jones telah membukukan penurunan tujuh minggu berturut-turut pada pekan lalu, terburuk sejak 2001. S&P 500 pun mencatat penurunan enam minggu, terparah sejak 2011.
"Kami terus bertransisi melalui penetapan harga yang didorong oleh suku bunga ini," kata Bill Northey, direktur investasi senior di U.S. Bank Wealth Management.
"Jadi, karena kurva imbal hasil Treasury AS terus bergerak lebih tinggi untuk mengantisipasi inflasi realisasi yang lebih tinggi dan penyesuaian kebijakan Federal Reserve, kami telah melihat penyesuaian yang konsisten dan luas terhadap valuasi aset yang telah terjadi konsisten dengan meningkatnya kekhawatiran inflasi," tambah Bill.
Imbal hasil (yield) obligasi AS telah melonjak, merespon berakhirnya era suku bunga rendah. Yield tenor 10 tahun bahkan sempat mencapai 3% pada awal bulan ini. Naik dari 1,5% di awal tahun.
Yield obligasi dan saham memiliki hubungan yang negatif. Sehingga ketika yield obligasi meningkat, maka pasar saham cenderung melemah. Sebab saat pasar berada di dalam ketidakpastian, investor akan memilih obligasi yang lebih minim risiko.
Kini analis percaya tren koreksi berkepanjangan (bearish) itu mulai membuka ruang pembalikan untuk investor jangka panjang.
"Indeks S&P 500 sedang mendekati level tersebut dengan cepat yang secara historis mengindikasikan bahwa risiko pertumbuhan di masa depan sudah terfaktorkan di posisi sekarang," tutur analis Citi Scott Chronert dalam laporan riset, yang dikutip CNBC International.
Ahli strategi di RBC Capital Markets mengatakan bahwa S&P 500 berada di persimpangan jalan karena berjuang untuk menemukan titik terendah. Jika indeks mampu bertahan di 3.850, indeks bisa rebound.
IHSG berpotensi berpotensi bergerak variatif di area level 6.600. Angka psikologis tersebut menjadi level penting. Jika IHSG turun ke bawah level tersebut, koreksi bisa lanjut ke support 6.495.
Sentimen dari pasar keuangan global bisa jadi 'batu sandungan' pemulihan IHSG karena bursa saham Amerika Serikat (AS) masih dalam tekanan. Kebijakan The Fed masih membayangi gerak acuan pasar saham dunia tersebut.
Kabar positif datang dari mitra dagang utama Indonesia, China, yang mulai melonggarkan mobilitas. Pemerintah Shanghai mengatakan pada hari Minggu (15/5/2022) bahwa beberapa bisnis akan mulai melanjutkan operasi di dalam toko, seperti yang diwartakan Reuters.
Pembukaan kembali aktivitas bisnis jadi secerca harapan kebangkitan ekonomi setelah ditumbangkan gelombang baru virus corona (Coronavirs Disease 2019/Covid-19).
Pemerintah China membatasi gerak warga di 31 kota besar, termasuk Shanghai, untuk membatasi penyebaran virus Covid-19. Akibatnya data-data ekonomi menunjukkan kemunduran.
Penjualan ritel untuk April anjlok 11,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, lebih parah dari perkiraan analis yang hanya turun 6,1%, jika mengacu pada jajak pendapat Reuters. Sementara produksi industri anjlok 2,9% dari periode yang sama tahun 2021.
Di sisi lain kenaikan pada tingkat pengangguran ke level tertinggi di 6,7% pada bulan April, menurut data setidaknya hingga 2018.
Dari dalam negeri, rilis data neraca dagang akan menjadi perhatian pelaku pasar lantaran Presiden Joko Widodo memutuskan untuk melarang CPO dan produk turunan yang digunakan untuk pembuatan minyak goreng agar harga kebutuhan pokok tersebut bisa berangsur turun.
Akibat kebijakan tersebut, surplus neraca dagang Indonesia untuk bulan April 2022 diperkirakan mengecil menjadi US$ 3,16 miliar berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, lebih rendah dari surplus Maret 2022 yang mencapai US$ 4,53 miliar.
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
- Ekspor dan impor Indonesia bulan April (11.00 WIB)
- Neraca perdagangan Indonesia bulan April (11.00 WIB)
- Penjualan ritel Amerika Serikat bulan April (19.30 WIB)
Berikut agenda korporasi yang akan berlangsung hari ini:
- IPO PT Oscar Mitra Tbk (OLIV)
- Cum date dividen PT Millennium Pharmacon International Tbk (SDPC)
- Cum date dividen PT Communication Cbl Sys Indisa Tbk (CCSI)
- Cum date dividen PT Baramulti Sukessarana Tbk (BSSR)
- Cum date dividen PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
- Right Issue PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK)
- RUPST PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) pukul 10.00 WIB
- RUPST PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) pukul 14.00 WIB
- RUPS Luar Biasa PT Solusi Sinergi Digital Tbk pukul 14.00 WIB
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2022 YoY) | 5,01 % |
Inflasi (April 2022, YoY) | 3,47% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (April 2022) | 3,50% |
Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022) | -4,65% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q4-2021) | 0,40% PDB |
Cadangan Devisa (April 2022) | US$ 135,7 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA