Newsletter

Buka Mata Pasang Telinga, Elit The Fed Hari Ini Buka Suara

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 27/09/2021 06:00 WIB
Foto: Ketua Federal Reserve Board Jerome Powell (REUTERS/Yuri Gripas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial dalam negeri bervariasi pada pekan lalu, dengan isu utama pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed). Selain itu ada juga kasus raksasa properti China, Evergrande Group.

Di awal pekan ini, Senin (27/9/2021), pasar keuangan masih belum akan kompak, sebab ada beberapa isu yang mempengaruhi salah satunya yakni beberapa pejabat elit The Fed yang akan berbicara mengenai kondisi ekonomi dan kebijakan moneter. 

Pernyataan para elit The Fed, khususnya jika ada detail tapering bisa berdampak signifikan ke pasar finansial hingga besok. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 dan 4.

Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,19% ke 6.114,815, padahal sebelumnya sempat ambrol hingga ke bawah level psikologis 6.000. Dengan kinerja positif tersebut, IHSG membukukan penguatan 2 pekan beruntun.

Data pasar mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp 2,75 triliun di pasar reguler.

Rupiah mencatat kinerja sebaliknya, melemah 2 pekan beruntun. Sepanjang pekan lalu Mata Uang Garuda tercatat melemah 0,21% melawan dolar AS ke Rp 14.255/US$.


Obligasi Indonesia juga bernasib sama. Harga Surat Berharga Negara (SBN) nyaris semuanya mengalami pelemahan. Hanya SBN tenor 3 tahun yang menguat, terlihat dari imbal hasilnya yang turun 2,7 basis poin ke 4,587%.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika harga naik yield akan turun, begitu juga sebaliknya.

Kasus Evergrande Group yang berisiko gagal bayar membuat sentimen pelaku pasar memburuk di awal pekan, yang menyulitkan pasar finansial Indonesia untuk menguat. Tetapi, kecemasan akan gagal bayar tersebut mereda setelah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) menyuntikkan likuiditas yang besar ke pasar.

Sementara itu The Fed yang paling dinanti pelaku pasar. Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed mengumumkan kebijakan moneter, yang hasilnya masih sesuai ekspektasi pelaku pasar untuk tapering, tetapi ada kejutan terkait proyeksi suku bunga.

Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini menyatakan akan segera melakukan tapering, tetapi belum ada waktu resminya kapan. Sementara pasar bereskpektasi The Fed akan mengumumkannya di bulan November dan tapering pertama dilakukan bulan Desember.

Sementara itu untuk proyeksi suku bunga, terlihat dari dot plot. Setiap titik dalam dot plot tersebut merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga.

Dalam dot plot yang terbaru, sebanyak 9 orang dari 18 anggota Federal Open Market Committee (FOMC) kini melihat suku bunga bisa naik di tahun depan. Jumlah tersebut bertambah 7 orang dibandingkan dot plot edisi Juni. Saat itu mayoritas FOMC melihat suku bunga akan naik di tahun 2023.

Artinya, terjadi perubahan proyeksi suku bunga yang signifikan. Kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari sebelumnya lebih berisiko memicu capital outflow dari Indonesia, dan negara emerging market lainnya, sehingga menimbulkan gejolak di pasar finansial global. Apalagi, jika The Fed nantinya agresif dalam menaikkan suku bunga.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sempat Jeblok 3%, Wall Street Akhirnya Sukses Menguat


(pap/pap)
Pages