PPKM Dilonggarkan, Masyarakat Siap Belanja Besar-besaran?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar cenderung berhati-hati pada perdagangan Selasa (7/9/2021) kemarin, sehingga bursa saham melemah meski imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tertekan sementara rupiah menguat tipis. Hari ini, sentimen masih akan cenderung variatif dan bertumpu dari dalam negeri, khususnya data keyakinan konsumen.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0,24% ke level 6.112,4 kemarin, mengabaikan data cadangan devisa (cadev) Agustus yang dilaporkan melonjak US$ 7,5 miliar ke level US$ 144,8 miliar.
Dalam rilis resmi BI dijelaskan, peningkatan posisi cadev pada Agustus 2021 tersebut terutama karena adanya tambahan alokasi umum (special drawing rights/SDR) sebesar US$ 4,46 miliar SDR atau setara dengan US$ 6,31 miliar dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Alokasi SDR kali ini untuk mendukung ketahanan dan stabilitas ekonomi global dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19, membangun kepercayaan pelaku ekonomi, sekaligus memperkuat cadangan devisa global.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi menciut menjadi Rp 9,7 triliun, dengan 252 saham terapresiasi, 247 lain terdepresiasi dan 149 sisanya stagnan. Investor asing masih melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 262,8 miliar di pasar reguler. .
Di pasar uang, kabar kenaikan cadev membantu penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sepanjang perdagangan Selasa (7/9/2021) Mata Uang Garuda tidak pernah mencicipi zona merah sekalipun, dan bahkan sempat menyentuh level psikologis 14.200.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,04% di Rp 14.215/US$. Apresiasi tersebut terus bertambah hingga 0,35% ke Rp 14.170/US$. Rupiah hari ini masih mentok di level tersebut, menjadi yang terkuat sejak 10 Mei lalu.
Setelah itu, penguatan rupiah terus terpangkas. Maklum saja, penguatan belakangan ini sudah cukup tajam sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking). Di akhir perdagangan, rupiah berada di Rp 14.210/US$, terhitung menguat tipis 0,07% di pasar spot.
Di pasar obligasi, harga Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (7/9/2021), setelah Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa periode Agustus yang dilaporkan melonjak.
Mayoritas investor kembali melepas SBN ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 15, 20, dan 30 tahun yang masih ramai diburu oleh investor dan mengalami pelemahan yield.
Yield SBN bertenor 15 tahun turun sebesar 0,3 basis poin (bp) ke level 6,296%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun juga turun tipis 0,1 bp ke 6,859%, dan yield SBN dengan jangka waktu 30 tahun melemah 0,4 bp ke 6,803%.
Sementara, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan negara kembali menguat 2,3 bp ke 6,116% hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
(ags/ags)