Newsletter

Covid-19 Rekor Melulu, Tsunami PHK Tinggal Tunggu Waktu?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2021 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mengalami koreksi pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah ditutup merah.

Kemarin, IHSG finis di posisi 6.012,06. Melemah 0,37% dibandingkan hari sebelumnya.

Perdagangan di pasar saham Tanah Air relatif sepi dengan nilai transaksi Rp 9,35 triliun. Terdapat 19,05 miliar unit saham yang diperdagangkan dengan frekuensi 1,06 juta kali.

Meski IHSG melemah dan perdagangan sepi, investor asing membukukan beli bersih Rp 86,79 miliar di seluruh pasar. Dengan demikian, investor asing mencatat beli bersih Rp 17,02 triliun sepanjang 2021.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis 0,03% di perdagangan pasar spot. Dolar AS masih berada di atas Rp 14.400, tepatnya Rp 14.435.

Mata uang utama Asia lainnya bergerak variatif cenderung melemah di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning sesaat setelah penutupan perdagangan pasar spot Indonesia, kemarin:

Halaman Selanjutnya --> Wall Street Melejit, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor

Beralih ke bursa saham AS, ada kabar gembira dari New York. Tiga indeks utama di Wall Street finis di zona hijau, di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,04%, S&P 500 menguat 0,66%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,72%. S&P 500 dan Nasdaq menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Pelaku pasar menyambut gembira sejumlah rilis data ekonom yang positif. US Bureau of Economic Analysis melaporkan angka pembacaan final pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2021 adalah 6,4% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized), tidak berubah dibandingkan pembacaan sebelumnya.

Kemudian Kementerian Ketenagakerjaan AS merilis jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 19 Juni 2021 turun 7.000 menjadi 411.000. Angka ini di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 380.000.

Lalu Kementerian Perdagangan. AS mencatat pembelian barang modal inti (di luar pesawat terbang) pada Mei 2021 tumbuh 0,9% dibandingkan bulan sebelumnya. Pemesanan barang modal inti atau core capital goods adalah indikator yang mencerminkan ekspansi dunia usaha.

Tekanan inflasi yang dialami AS saat ini disebabkan oleh peningkatan permintaan yang belum bisa diimbangi oleh kecepatan produksi. Ekspansi dunia usaha diharapkan mampu mempersempit jarak itu sehingga tekanan harga bisa diminimalisasi.

"Produktivitas akan meningkat. Sepertinya musim panas ini bakal 'panas' untuk perekonomian AS," ujar Lydia Boussour, Lead US Economist di Oxford Economics yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang positif. Hijaunya Wall Street diharapkan mampu memberi rangsangan bagi pelaku pasar di Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua adalah dinamika terbaru stimulus fiskal di AS. Presiden Joseph 'Joe' Biden dan para anggota Senat bipartisan mencapai kesepakatan proposal paket stimulus terbaru senilai US$ 1,2 triliun. Paket ini difokuskan untuk pembangunan infraastruktur seperti jalan, jembatan, jalan tol, dan sebagainya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Kesepakatan ini berarti akan ada jutaan lapangan kerja, yang meringankan beban di dapur rumah tangga rakyat. Tidak hanya itu, kesepatan ini juga membuktikan bahwa demokrasi membuahkan hasil," tegas Biden kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.

Dalam penjelasan tersebut, Biden diapit oleh anggota Senat baik dari Partai Demokrat maupun Partai Republik. Salah satu yang hadir dari kubu oposisi Partai Republik adalah Robert 'Rob' Portman, Senator Ohio.

"Kami tidak mendapatkan semua yang kami inginkan, tetapi hasil ini adalah kompromi yang baik. Kami dari Partai Republik maupun Demokrat berkomitmen untuk menyelesaikan paket stimulus ini," kata Portman, sebagaimana diberitakan Reuters.

Berikut sejumlah rincian proposal stimulus tersebut:

  • US$ 109 miliar untuk jalan, jembatan, dan proyek-proyek besar.
  • US$ miliar untuk kelistrikan.
  • US$ 66 miliar untuk perkeretaapian, baik penumpang maupun barang.
  • US$ 65 miliar untuk pembangunan akses pita lebar (broadband).
  • US$ 49 miliar untuk pembangunan tempat transit transportasi publik.
  • US$ 25 miiiar untuk pembangunan bandara.

Paket stimulus ini bisa membuat perekonomian AS tumbuh semakin kencang. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam laman GDPNow memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Paman Sam pada kuartal II-2021 bakal tumbuh 9,7% annualized.

Ingat, AS adalah perekonomian dan pasar terbesar di dunia. Saat Negeri Stars and Stripes bergairah, maka negara-negara lain akan diuntungkan. Permintaan AS terhadap produk negara lain meningkat, sehingga membuat arus perdagangan lebih semarak.

Ini sudah terlihat pada Mei 2021, di mana neraca perdagangan AS tercatat US$ 88,1 miliar. Melebar 2,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Tingginya permintaan belum bisa dipenuhi oleh produksi sehingga dunia usaha berpaling kepada produk impor.

Indonesia juga akan diuntungkan, karena AS adalah pasar ekspor terbesar kedua setelah China. Saat permintaan AS naik, maka kinerja ekspor Indonesia tentu akan ikut terdongkrak.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Lagi-lagi kasus harian mencatat rekor.

Kementerian Kesehatan melaporkan, total pasien positif corona di Indonesia per 24 Juni 2021 berjumlah 2.053.995 orang. Bertambah 20.574 orang dari hari sebelumnya, rekor tertinggi penambahan kasus harian sejak kasus perdana diumumkan pada awal Maret 2020.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 12.007 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 6.314 orang saban harinya.

Mudik lebaran dan kehadiran virus corona varian baru membuat penyebaran menjadi lebih cepat dan luas. Sistem pelayanan kesehatan nasional pun semakin kewalahan.

Beban sistem pelayanan kesehatan tercermin dari angka kasus aktif. Per 24 Juni 2021, jumlah kasus aktif adalah 171.542 orang. Bertambah 11.018 orang dari hari sebelumnya, juga rekor tertinggi sejak virus corona mewabah di Ibu Pertiwi.

Virus corona yang semakin ganas membuat warga +62 kembali #dirumahaja. Mengutip data Covid-19 Community Mobilty Report keluaran Google, aktivitas warga di rumah meningkat sementara di lokasi lainnya berkurang. Apa mau dikata, keselamatan nyawa memang yang paling utama.

Padahal mobilitas adalah kunci dari pertumbuhan ekonomi. Tanpa mobilitas yang berarti, 'roda' ekonomi akan seret, tidak bisa berputar kencang. Masa depan ekonomi Indonesia menjadi samar-samar karena situasi tidak kunjung normal.

Selain itu, dampak sosial pun perlu menjadi perhatian. Ekonomi yang belum bisa dipacu sesuai kapasitasnya karena da pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat membuat dunia usaha kelimpungan. Kapasitas produksi berkurang, pendapatan turun, tentu harus diimbangi dengan efisiensi pengeluaran.

Maka dari itu, dampak terhadap lapangan kerja akan sulit terhindarkan sepanjang kapasitas produksi dan permintaan belum bisa normal lagi. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ada 19,1 juta penduduk usia kerja yang terdampak pandemi virus corona pada Februari 2021 dengan rincian sebagai berikut:

  • 1,62 orang menjadi pengangguran.
  • 0,65 juta menjadi bukan angkatan kerja.
  • 1,11 juta orang sementara tidak bekerja.
  • 15,72 juta orang bekerja dengan pengurangan jam kerja.

Gangguan di pasar tenaga kerja pada akhirnya akan berdampak kepada angka kemiskinan. Per September 2020, BPS mencatat jumlah penduduk miskin mencapai 27,55 juta orang, bertambah 2,76 juta orang dari periode yang sama tahun sebelumnya. Ini adalah yang tertinggi sejak Maret 2017.

Situasi pandemi virus corona di Indonesia sudah gawat bin darurat. Jutaan orang jatuh sakit, puluhan ribu orang meninggal dunia, dan lebih dari sejuta orang kehilangan pekerjaan. Pandemi ini tidak hanya menghancurkan aspek kesehatan dan kemanusiaan, tetapi juga sosial-ekonomi.

Pandemi harus segera diakhiri. Pemerintah wajib menggenjot vaksinasi agar semakin banyak rakyat yang memiliki kekebalan untuk melawan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Semenatara masyarakat juga harus berperan aktif dengan menjaga protokol kesehatan (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Hanya itu caranya, semua pihak harus disiplin dan menjalankan peran masing-masing.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular