
Covid-19 Rekor Melulu, Tsunami PHK Tinggal Tunggu Waktu?

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang positif. Hijaunya Wall Street diharapkan mampu memberi rangsangan bagi pelaku pasar di Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah dinamika terbaru stimulus fiskal di AS. Presiden Joseph 'Joe' Biden dan para anggota Senat bipartisan mencapai kesepakatan proposal paket stimulus terbaru senilai US$ 1,2 triliun. Paket ini difokuskan untuk pembangunan infraastruktur seperti jalan, jembatan, jalan tol, dan sebagainya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kesepakatan ini berarti akan ada jutaan lapangan kerja, yang meringankan beban di dapur rumah tangga rakyat. Tidak hanya itu, kesepatan ini juga membuktikan bahwa demokrasi membuahkan hasil," tegas Biden kepada para jurnalis di Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.
Dalam penjelasan tersebut, Biden diapit oleh anggota Senat baik dari Partai Demokrat maupun Partai Republik. Salah satu yang hadir dari kubu oposisi Partai Republik adalah Robert 'Rob' Portman, Senator Ohio.
"Kami tidak mendapatkan semua yang kami inginkan, tetapi hasil ini adalah kompromi yang baik. Kami dari Partai Republik maupun Demokrat berkomitmen untuk menyelesaikan paket stimulus ini," kata Portman, sebagaimana diberitakan Reuters.
Berikut sejumlah rincian proposal stimulus tersebut:
- US$ 109 miliar untuk jalan, jembatan, dan proyek-proyek besar.
- US$ miliar untuk kelistrikan.
- US$ 66 miliar untuk perkeretaapian, baik penumpang maupun barang.
- US$ 65 miliar untuk pembangunan akses pita lebar (broadband).
- US$ 49 miliar untuk pembangunan tempat transit transportasi publik.
- US$ 25 miiiar untuk pembangunan bandara.
Paket stimulus ini bisa membuat perekonomian AS tumbuh semakin kencang. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam laman GDPNow memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Paman Sam pada kuartal II-2021 bakal tumbuh 9,7% annualized.
Ingat, AS adalah perekonomian dan pasar terbesar di dunia. Saat Negeri Stars and Stripes bergairah, maka negara-negara lain akan diuntungkan. Permintaan AS terhadap produk negara lain meningkat, sehingga membuat arus perdagangan lebih semarak.
Ini sudah terlihat pada Mei 2021, di mana neraca perdagangan AS tercatat US$ 88,1 miliar. Melebar 2,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Tingginya permintaan belum bisa dipenuhi oleh produksi sehingga dunia usaha berpaling kepada produk impor.
Indonesia juga akan diuntungkan, karena AS adalah pasar ekspor terbesar kedua setelah China. Saat permintaan AS naik, maka kinerja ekspor Indonesia tentu akan ikut terdongkrak.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
(aji/aji)