Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih membukukan surplus pada Maret 2021. Ada kabar gembira, impor diperkirakan kembali tumbuh positif.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2021 pada 15 April 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 12,085% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara impor diproyeksi naik 6,925% yoy sehingga neraca perdagangan bakal surplus US$ 1,6 miliar.
Institusi | Pertumbuhan Ekspor (%YoY) | Pertumbuhan Impor (%YoY) | Neraca Perdagangan (US$ Juta) |
ING | 9.1 | 5.6 | 1240.9 |
Moody's Analytics | - | - | 1600 |
Bank Permata | 11.77 | 6.14 | 1551 |
Bank Danamon | 12.75 | 10.42 | 1118 |
Maybank Indonesia | 14.14 | 7.71 | 1677 |
BCA | 12.4 | 10.4 | 1070 |
CIMB Niaga | 8.8 | 4.8 | 1300 |
Danareksa Research Institute | 9.06 | 1.78 | 1752 |
Standard Chartered | 17.7 | 10.4 | 1818 |
Bank Mandiri | 17.87 | 11.4 | 1708.22 |
Mirae Asset | 11.5 | 2 | 2070 |
MEDIAN | 12.085 | 6.925 | 1600 |
Neraca perdagangan Indonesia selalu mencatat surplus sejak Mei 2020. Pada Oktober 2020, surplus neraca perdagangan mencapai US$ 3,58 miliar, tertinggi sejak 2010.
Dari sisi ekspor, pertumbuhan positif sudah tercipta sejak November 2020. Pada bulan terakhir 2020, pertumbuhan ekspor mencapai 14,49% YoY, pertumbuhan tertinggi sejak Juli 2018.
Nah, yang menarik adalah impor. Sejak Januari 2019 hingga Januari 2021, impor selalu tumbuh negatif alias terkontraksi. Baru pada bulan lalu impor tumbuh positif dengan angka yang tidak main-main yaitu hampir 15% yoy. Jadi kalau Maret 2021 impor kembali tumbuh positif, maka akan menjadi yang kedua secara beruntun.
Halaman Selanjutnya --> Permintaan Naik, Ekspor Terungkit
Kinerja ekspor dan impor yang positif tentu membawa angin segar. Ada harapan perekonomian Tanah Air bisa puih dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Ekspor adalah komponen penting dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran. Kontribusinya adalah yang terbesar ketiga, setelah konsumsi rumah tangga dan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Jadi kalau kinerja ekspor bisa dipertahankan, atau bahkan ditingkatkan, maka pertumbuhan ekonomi bisa dipacu lebih kencang.
Permintaan dunia memang sedang naik sehingga membantu kinerja ekspor Indonesia. Industri manufaktur global sedang menggeliat setelah kurang lebih setahun tertekan karena pembatasan sosial (social distancing) untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona.
Geliat industri manufaktur dunia tergambar di angka Purchasing Managers' Index (PMI). JPMorgan dan IHS Markit melaporkan, PMI manufaktur global pada Maret 2021 adalah 55. Ini adalah yang tertinggi dalam 121 bulan terakhir!
"Kinerja industri manufaktur dunia terus menguat seiring pemulihan aktivitas masyarakat karena kehadira vaksin anti-virus corona. Produksi maupun pesanan baru (new orders) meningkat secara solid. Rasio pesanan baru yang menjadi inventori saat ini ada di 1,2, terbaik sejak 2010," sebut Olya Borichevska, Global Economist di JPMorgan, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Selain pemulihan ekonomi, ada kemungkinan perbaikan kinerja ekspor didukung oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Sepanjang bulan lalu, rupiah melemah 1,89% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Saat rupiah melemah, harga produk Indonesia di pasar dunia menjadi lebih murah. Ini tentu akan membantu meningkatkan permintaan.
Halaman Selanjutnya --> Impor Naik Tidak Selalu Jelek Lho
Sementara impor memang menjadi faktor pengurang di pembentukan PDB dari sisi pengeluaran. Namun impor Indonesia didominasi oleh bahan baku/penolong dan barang modal, yang digunakan untuk kepentingan industri dalam negeri. Kala impor naik, artinya 'api' industri sedang berkobar.
Dalam pembentukan PDB dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan adalah kontributor nomor satu. Sehingga ketika industri pengolahan berkembang, maka PDB pun niscaya akan tumbuh.
Geliat industri manufaktur Indonesia juga terlihat di angka PMI. Pada Maret 2021, skor PMI Indonesia ada di 53,2. Ini menjadi yang tertinggi dalam sejarah pencatatan PMI.
"Sektor manufaktur Indonesia mengakhiri kuartal I-2021 dengan kuat, di mana pelaku usaha meningkatkan produksi merespons peningkatan pesanan baru. Hasil positif ini memberi harapan bahwa sektor manufaktur bisa menjalani tren positif," tulus Andrew Harker, Economics Director di IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.
Tidak hanya IHS Markit, Bank Indonesia (BI) juga melaporkan kinerja industri manufaktur Indonesia semakin membaik. Prompt Manufacturing Index-Bank Indonesia (PMI-BI) berada di 50,01%. Naik dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 47,09%.
Seperti halnya PMI manufaktur versi IHS Markit, PMI-BI juga menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Angka di atas 50 menunjukkan industri manufaktur sedang dalam fase ekspansi.
"Peningkatan terjadi pada hampir seluruh komponen pembentuk PMI-BI, terutama volume total pesanan, volume persediaan barang jadi, dan volume produksi yang berada dalam fase ekspansi. Secara subsektor, mayoritas responden mencatat perbaikan kinerja pada triwulan I-2021, terutama subsektor Makanan, Minuman dan Tembakau, subsektor Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet, dan subsektor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki yang sudah berada pada fase ekspansi," sebut keterangan tertulis BI.
Pada kuartal II-2021, kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan meningkat dan terus berada dalam fase ekspansi. PMI-BI pada kuartal II-2021 diperkirakan sebesar 55,25%.
"Peningkatan PMI-BI didorong oleh seluruh komponen pembentuknya, terutama volume produksi, volume total pesanan, dan volume persediaan barang jadi yang berada pada fase ekspansi. Selain itu, seluruh sub-sektor diprakirakan akan berada pada fase ekspansi, terutama subsektor Kertas dan Barang Cetakan, subsektor Makanan, Minuman dan Tembakau, serta subsektor Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet. Responden memprakirakan peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan permintaan pada bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri," lanjut keterangan tertulis BI.
TIM RISET CNBC INDONESIA