Newsletter

'Angin Surga' Berhembus, IHSG Hari Ini Bakal Happy Weekend?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 April 2021 06:16
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aset keuangan dalam negeri seringkali tak kompak bergerak. Contohnya seperti kemarin, Kamis (8/4/2021). Ketika harga saham dan obligasi menguat, nilai tukar rupiah justru tekor dan berakhir melemah di hadapan dolar AS.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses melenggang ke zona hijau di akhir perdagangan dengan apresiasi sebesar 0,58%. Indeks saham nasional tersebut mampu menghijau di kala asing kabur dari bursa domestik senilai Rp 439 miliar di pasar reguler.

Nilai transaksi yang tercatat pada perdagangan kemarin sebesar Rp 10,1 triliun. Saat IHSG menguat, terpantau ada 299 saham terapresiasi, 181 saham terkoreksi, sisanya 165 stagnan.

Sepekan terakhir IHSG cenderung mengalami apresiasi sebesar 1%. Namun outflow masih terjadi. Data perdagangan mencatatkan ada net sell asing senilai Rp 2,79 triliun di pasar reguler.

Beralih ke pasar obligasi pemerintah, harga surat berharga negara (SBN) acuan tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan kemarin. Hal ini tercermin dari penurunan imbal hasil (yield) nominalnya sebesar 7,6 basis poin (bps). Yield SBN 10 tahun RI tercatat sebesar 6,464%.

Mayoritas SBN dengan berbagai tenor juga mengalami apresiasi harga. SBN tenor 5 tahun menjadi aset pendapatan tetap yang naik paling signifikan terlihat dari penurunan yield-nya yang paling tajam.

Untuk SBN tenor 5 tahun dengan seri FR0081 yang memberikan kupon tetap per tahun 6,5% yield-nya turun 9,7 bps menjadi 5,59%. Aliran modal keluar juga terjadi di pasar obligasi sepanjang bulan Maret lalu.

Fenomena aliran modal keluar inilah yang pada akhirnya membebani nilai tukar rupiah. Di hadapan greenback, rupiah terus melemah sejak pertengahan bulan Februari. Di minggu ini rupiah yang sudah menguat tiga hari beruntun akhirnya melemah.

Tidak sekadar melemah, penguatan dalam 3 hari terakhir juga habis, dan kini malah berisiko membukukan pelemahan 8 pekan beruntun. Dalam tiga hari terakhir, rupiah "malu-malu" menguat.

Melansir data Refintiv, rupiah membukukan penguatan 0,07% berturut-turut selama 3 hari, sehingga totalnya 0,21%. Sementara pada perdagangan hari ini, justru melemah 0,28%.

Artinya, jika pada perdagangan Jumat besok gagal menguat, maka rupiah akan membukukan pelemahan 8 pekan beruntun, dan saat ini berada di level terlemah dalam 5 bulan terakhir. Sepanjang tahun ini rupiah sudah membukukan pelemahan 3,5%.

Sekarang mari menyeberang ke barat. Di bursa New York, tiga indeks saham acuannya kompak finish di zona hijau. Saham-saham sektor teknologi memimpin penguatan dengan Nasdaq Composite yang berhasil naik 1,03%. 

Dua indeks lainnya yaitu S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga ikut menghijau dengan penguatan masing-masing terapresiasi sebesar 0,42% dan 0,17%. Di awal-awal perdagangan Wall Street cenderung bergerak dengan volatilitas tinggi.

Sentimen di AS memang tengah campur aduk. Ada berita baiknya ada pula berita tak mengenakkannya. Dari yang buruk terlebih dahulu, data ketenagakerjaan AS yang dirilis belum lama ini bisa dibilang mengecewakan. 

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pengajuan klaim tunjangan pengangguran baru pada pekan lalu mencapai 744.000 unit. Ekonom dalam polling Dow Jones sebelumnya memperkirakan angkanya hanya sebesar 694.000.

"Lompatan klaim pengangguran mengecewakan tetapi tidak mengubah pandangan kami bahwa dalam beberapa bulan ke depan kita akan melihat hasil yang bagus karena ekonomi dibuka kian normal," tutur Jeff Buchbinder, perencana investasi saham LPL Financial, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pernyataan Jeff bukan tanpa alasan. Pasalnya setelah membaca risalah rapat The Fed, bank sentral AS tersebut mengatakan bahwa program pembelian aset keuangan akan tetap dilanjutkan dengan laju yang sama. 

Jika bank sentral tetap mengikuti rencana awal, maka kurva imbal hasil (yield) antara surat utang pemerintah tenor panjang dan pendek akan kian berjauhan. Artinya, pasar kian yakin outlook ekonomi membaik dan angka pengangguran anjlok.

Sang ketua The Fed Jerome Powel menuturkan bahwa pemulihan ekonomi masih belum terjadi secara menyeluruh dan tak merata. Ketidakmerataan ini merupakan masalah yang serius, begitulah kira-kira pernyataan Powell di acara virtual IMF kemarin. 

Lebih lanjut Powell mengatakan bahwa kenaikan inflasi tidak akan membuat permasalahan yang serius dan kemungkinan terjadi dalam waktu singkat saja atau temporer. Ke depan The Fed akan terus berupaya untuk menjaga stabilitas harga dengan laju inflasi sasaran 2% dan menciptakan lapangan pekerjaan secara maksimal. 

Kabar baik dari Wall Street diharapkan dapat menyeberang ke timur dan membuat pasar keuangan Asia yang buka pagi ini ikut ceria. Di saat harga saham di bursa New York menguat dini hari tadi, yield obligasi pemerintah AS dan indeks dolar mengalami penurunan. 

Yield surat utang negara AS tenor 10 tahun semakin turun. Kini imbal hasil nominalnya berada di 1,63%. Jika dikurangi dengan inflasi 1,6% maka imbal hasil riilnya masih sangat rendah. 

Indeks dolar yang mengukur posisi greenback terhadap mata uang lain juga ikut drop. Indeks dolar ambles 0,42% semalam menyusul pernyataan The Fed yang masih kekeuh dengan kebijakan longgarnya yang tercermin dalam risalah rapatnya. 

Duet yield dan dolar AS yang bergerak naik sepanjang tahun 2021 membuat investor banyak menarik dananya dari bursa saham Asia. 

Berdasarkan data Refinitiv, negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Thailand, Filipina, Vietnam, Indonesia dan India secara kumulatif mencatatkan net outflow sebesar US$ 3,18 miliar di saat yield naik.

Taiwan dan Korea Selatan, yang menampung banyak saham teknologi dengan harga tinggi menghadapi aliran modal keluar terbesar di Asia. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih masing-masing US$ 3,2 miliar dan US$ 1,3 miliar di bursa saham kedua negara tersebut.

Jika duet maut keduanya sudah kehabisan tenaga dan saatnya untuk turun panggung maka ada peluang besar bahwa para pemilik modal tersebut akan menanmkan dananya ke pasar keuangan Asia, tak terkecuali Indonesia. 

Masih dari AS, Joe Biden selaku Presiden ke-46 pada Rabu di Washington menyatakan siap bernegosiasi terkait dengan rencana kenaikan pajak penghasilan (Pph) badan menjadi 28%, guna mendanai program infrastrukturnya senilai US$ 2 triliun.

Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa proposal tersebut akan berujung pada pendapatan ekstra sebesar US$ 2,5 triliun dalam 15 tahun untuk membiayai program yang berjalan selama 8 tahun tersebut.

Sejak awal, Partai Republik menyatakan keberatannya atas rencana penaikan pajak korporasi tersebut, terutama di tengah situasi pandemi.

Rilis berbagai data ekonomi juga akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini. Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan rilis data indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan Maret.

Sejak pandemi merebak setahun terakhir angka IKK selalu di bawah 100 yang mengindikasikan konsumen sedang pesimis dalam memandang perekonomian. IKK mulai anjlok April tahun lalu dan mencapai level tertinggi di akhir tahun tepatnya pada Desember 2020 ketika IKK berada di 96,5.

Setelah itu IKK cenderung turun. Di bulan Januari 2021 IKK tercatat turun menjadi 84,9. Di bulan selanjutnya yaitu Februari IKK naik menjadi 85,8. Masih di bawah 100 memang. 

IKK bulan Maret diramalkan bakal lebih baik. Trading Economics memperkirakan IKK bakal tembus 87. Jika ini kesampaian maka bisa jadi salah satu bahan bakar untuk penguatan aset-aset keuangan dalam negeri sehingga diharapkan bisa membawa weekend yang happy.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data inflasi China bulan Maret (08.30 WIB)
  • Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia bulan Maret (10.00 WIB)
  • Rilis data perdagangan internasional Jerman bulan Februari (13.00 WIB)
  • Rilis data produksi industri Prancis bulan Februari (13.45 WIB)
  • Rilis data produksi industri Spanyol bulan Februari (14.00 WIB)
  • Rilis data penjualan ritel Italia bulan Februari (15.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular