
'Angin Surga' Berhembus, IHSG Hari Ini Bakal Happy Weekend?

Kabar baik dari Wall Street diharapkan dapat menyeberang ke timur dan membuat pasar keuangan Asia yang buka pagi ini ikut ceria. Di saat harga saham di bursa New York menguat dini hari tadi, yield obligasi pemerintah AS dan indeks dolar mengalami penurunan.
Yield surat utang negara AS tenor 10 tahun semakin turun. Kini imbal hasil nominalnya berada di 1,63%. Jika dikurangi dengan inflasi 1,6% maka imbal hasil riilnya masih sangat rendah.
Indeks dolar yang mengukur posisi greenback terhadap mata uang lain juga ikut drop. Indeks dolar ambles 0,42% semalam menyusul pernyataan The Fed yang masih kekeuh dengan kebijakan longgarnya yang tercermin dalam risalah rapatnya.
Duet yield dan dolar AS yang bergerak naik sepanjang tahun 2021 membuat investor banyak menarik dananya dari bursa saham Asia.
Berdasarkan data Refinitiv, negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Thailand, Filipina, Vietnam, Indonesia dan India secara kumulatif mencatatkan net outflow sebesar US$ 3,18 miliar di saat yield naik.
Taiwan dan Korea Selatan, yang menampung banyak saham teknologi dengan harga tinggi menghadapi aliran modal keluar terbesar di Asia. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih masing-masing US$ 3,2 miliar dan US$ 1,3 miliar di bursa saham kedua negara tersebut.
Jika duet maut keduanya sudah kehabisan tenaga dan saatnya untuk turun panggung maka ada peluang besar bahwa para pemilik modal tersebut akan menanmkan dananya ke pasar keuangan Asia, tak terkecuali Indonesia.
Masih dari AS, Joe Biden selaku Presiden ke-46 pada Rabu di Washington menyatakan siap bernegosiasi terkait dengan rencana kenaikan pajak penghasilan (Pph) badan menjadi 28%, guna mendanai program infrastrukturnya senilai US$ 2 triliun.
Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa proposal tersebut akan berujung pada pendapatan ekstra sebesar US$ 2,5 triliun dalam 15 tahun untuk membiayai program yang berjalan selama 8 tahun tersebut.
Sejak awal, Partai Republik menyatakan keberatannya atas rencana penaikan pajak korporasi tersebut, terutama di tengah situasi pandemi.
Rilis berbagai data ekonomi juga akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini. Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan rilis data indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan Maret.
Sejak pandemi merebak setahun terakhir angka IKK selalu di bawah 100 yang mengindikasikan konsumen sedang pesimis dalam memandang perekonomian. IKK mulai anjlok April tahun lalu dan mencapai level tertinggi di akhir tahun tepatnya pada Desember 2020 ketika IKK berada di 96,5.
Setelah itu IKK cenderung turun. Di bulan Januari 2021 IKK tercatat turun menjadi 84,9. Di bulan selanjutnya yaitu Februari IKK naik menjadi 85,8. Masih di bawah 100 memang.
IKK bulan Maret diramalkan bakal lebih baik. Trading Economics memperkirakan IKK bakal tembus 87. Jika ini kesampaian maka bisa jadi salah satu bahan bakar untuk penguatan aset-aset keuangan dalam negeri sehingga diharapkan bisa membawa weekend yang happy.
(twg/twg)