Newsletter

Angin Ribut Mulai Reda, tapi Cermati Koreksi 'Saham Baterai'

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
02 February 2021 06:43
Ilustrasi IHSG
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan nasional berakhir semarak pada perdagangan kemarin, Senin (1/2/2021), dengan reli di pasar saham, obligasi, maupun mata uang. Hari ini, jika tak ada aral melintang, tren bullish berpeluang berlanjut meski ada peluang koreksi di saham berbasis nikel dan baterai mobil listrik.

Kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil berbalik menguat (rebound) dan ditutup terbang hingga kembali ke atas level 6.000, dengan melompat 3,5% ke level 6.067,55. Padahal pada pagi, IHSG dibuka merah dan sempat anjlok hingga 2% dalam 10 menit pertama perdagangan.

Namun, kejutan positif datang jelang penutupan siang. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang tercermin dari Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/ PMI) per Januari 2021 di angka 52,2 atau naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 51,3.

Itu merupakan angka yang tertinggi dalam 6,5 tahun terakhir. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Jika sudah di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang memasuki masa ekspansi dan sebaliknya jika di bawah itu maka masih terkontraksi.

Nilai transaksi bursa mencapai Rp 24 triliun yang menunjukkan pasar sudah kembali ramai, di mana investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 160 miliar di pasar reguler, yang menunjukkan mereka cenderung berada di pihak yang menekan pasar.

Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Senin (1/2/2021) kembali ditutup menguat. Mayoritas SBN hari ini ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN dengan seri FR0039 bertenor 3 tahun yang cenderung dilepas oleh investor.

Hampir seluruh SBN mengalami penurunan yield (imbal hasil). Namun tidak untuk SBN seri FR0039, di mana yield-nya naik 0,5 basis poin (bp) ke 4,71%. Sementara itu, yield SBN seri FR0082 berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara turun 4,4 bp ke 6,24%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Harga SBN menguat setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi Indonesia periode Januari 2021 yang sebesar 0,26% secara bulanan (month-to-month/MtM). Sementara, inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 1,55% dan inflasi inti tercatat 1,56% YoY.

Artinya, ekonomi Tanah Air masih tertatih-tatih, karena efek pandemi yang memukul konsumsi masyarakat. Jika Inflasi masih rendah, maka aset pendapatan tetap seperti obligasi negara kian menarik karena keuntungan riil (real return) dari imbal hasilnya pun terhitung lebih tinggi.

Nilai tukar rupiah pun menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.010/US$. Sempat menyentuh Rp 14.000/US$, rupiah berbalik melemah 0,11% ke Rp 14.035/US$.

Setelahnya, rupiah bergerak antara penguatan dan pelemahan, sebelum berakhir di Rp 14.010/US$, menguat 0,7% di pasar spot. Meski penguatannya tipis, tetapi rupiah menjadi juara Asia, sebab mata uang utama Asia lainnya melemah melawan dolar AS.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) menutup perdagangan Senin (1/2/2021) dengan lompatan, menyusul optimisme pasar bahwa "angin ribut" akibat kasus GameStop tak bakal menekan Wall Street secara sistemik.

Indeks Dow Jones Industrial Average melesat 229,29 poin (0,8%) menjadi 30.211,91 ditopang reli saham Microsoft dan Visa. Indeks S&P 500 naik 1,6% ke 3.773,86 atau yang terbaik sejak 24 November sedangkan Nasdaq tumbuh 2,6% ke 13.403,39.

Saham GameStop yang mencuri perhatian karena menjadi ajang perlawanan investor ritel terhadap hedge fund pelaku jual kosong (short selling) anjlok 30,8%. Pada pekan lalu, saham perseroan melompat hingga 400%. Saham lainnya yakni AMC Entertainment cenderung flat.

Short selling adalah transaksi di mana investor melakukan penjualan saham yang tak dimiliki. Dia meminjam saham dari sekuritas dan menjualnya sekarang, untuk dibeli ketika sahamnya ambruk ke depan dan mengembalikannya ke sekuritas dengan nilai lebih kecil.

"Munculnya volatilitas sepekan lalu lebih didorong pemosisian pasar ketimbang kekhawatiran mengenai pertumbuhan kinerja saham," tutur Mark Haefele, Kepala Divisi Investasi UBS Global Wealth Management, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Kebanyakan hedge fund, lanjut dia, kini telah menyesuaikan risiko dari posisi short selling mereka demi menghadapi kepungan investor ritel. Oleh karena itu, tekanan terhadap pasar sudah cenderung berkurang.

Penyedia layanan online trading Robinhood mengumumkan bahwa pihaknya meraih dana US$ 2,4 miliar dari investor setelah aksi tersebut memaksanya menaikkan dana minimum yang dipersyaratkan hingga 10 kali dari posisi sekarang.

Ini mencerminkan bahwa investor yakin bahwa fenomena-yang menurut Goldman Sachs  merupakan yang terbesar dalam 25 tahun terakhir-tersebut tak bakal memukul Wall Street.

"Meski ada ketakpastian di seputar efek buruk kenaikan harga saham yang tengah jadi target short, kami tak melihat adanya kemuncnulan krisis likuiditas a la 1998," tutur Sam Stovall, Kepala Perencana Investasi CFRA, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Sayangnya, kabar negatif masih muncul dari dunia politik, yakni 10 anggota Senat dari Partai Republik mengirim surat ke Presiden AS Joe Biden untuk menurunkan nilai stimulus yang diajukannya (US$ 1,9 miliar), dengan mengajukan proposal tandingan.

Proposal tersebut bakal memangkas nilai bantua langsung tunai (BLT) ke warga AS dari US$ 1.400 per orang menjadi US$ 1.000/orang. Selain itu, bakal ada pembatasan maksimum pendapatan bagi penerimanya, yakni harus di bawah US$ 40.000 (Rp 561 juta) per tahun.

Manuver itu muncul setelah Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan bahwa pihaknya akan meloloskan resolusi anggaran, menjadi langkah pertama untuk mengesahkan proposal stimulus US$ 1,9 triliun tanpa harus mendapat persetujuan dari anggota Senat dari Partai Republik.

Hari ini, suasana masih sejuk dengan minimnya sentimen negatif yang bisa membalikkan optimisme pelaku pasar yang terbangun kemarin. Jika kondisi ini terus terjaga, maka bursa saham berpeluang melanjutkan relinya, kecuali untuk saham yang terkait dengan mobil listrik.

Secara fundamental, pelaku pasar mendapatkan konfirmasi bahwa kebijakan baru terkait pembatasan sosial untuk mengatasi gelombang kedua pandemi tidak terlalu memukul aktivitas manufaktur.

Bursa saham di Asia Pasifik kemarin melaju setelah aktivitas manufaktur China pada Januari masih ekspansif, meski agak melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Survei Caixin/Markit menunjukkan bahwa Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) berada di angka 51,5 pada Januari. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka dunia usaha berada di fase ekspansi dan jika di bawah 50 berarti melesu.

Data PMI Korea Selatan (Korsel) dan Indonesia juga demikian. PMI manufaktur Korsel periode Januari 2021 versi Markit berekspansi ke 52,2 dari sebelumnya pada Desember 2020 di angka 51,3. PMI Indonesia periode Januari 2021 sebesar 52,2. Naik dari bulan sebelumnya di 51,3.

"Sektor manufaktur Indonesia masih berada di jalur pemulihan pada awal 2021. Produksi industri dan pesanan baru (new orders) meningkat ke posisi tertinggi," kata Andrew Harker, Economics Director IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Ekspansi terjadi saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak 11 Januari yang sempat dikhawatirkan akan memperlambat pemulihan ekonomi Indonesia. Namun nyatanya sektor manufaktur Indonesia justru semakin berekspansi.

Akibatnya, saham-saham unggulan yang dalam sepekan lalu terkoreksi memiliki alasan untuk menguat didorong ekspektasi pemulihan ekonomi dalam jangka menengah yang akan membantu kinerja mereka.

Namun, khusus hari ini saham yang terkait dengan industri nikel dan baterai mobil listrik perlu diwaspadai. Pasalnya, tim Tesla menunda rencana survei pembangunan pabrik baterai untuk waktu yang belum pasti, karena terkendala pembatasan kedatangan warga negara asing (WNA)

Sebelumnya, Tesla sempat akan ke Indonesia awal Januari lalu diundur pada Februari 2021. Namun, kemarin Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyatakan perwakilan Tesla membatalkan kunjungannya ke Indonesia pada Februari 2021.

"Iya [jadwal kedatangan akan mundur dari Februari 2021]," ucap Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi seperti dikutip dari CNN Indonesia, Senin (1/2/2021).

Dari luar negeri, Gubernur Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari menegaskan bank sentral akan tetap menjaga suku bunga di level sekarang hingga ekonomi mencapai tingkat pengangguran mendekati nol persen dan inflasi melewati anga 2%.

Untuk itu, program pembelian surat berharga di pasar masih akan dipertahankan, senilai US$ 120 miliar hingga ada "kemajuan yang substansial " untuk mencapai tujuan tersebut. Ini menjadi sentimen positif bagi pelaku pasar dunia karena keberadaan stimulus akan menjaga likuiditas di pasar keuangan.

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Pertumbuhan PDB zona Euro per Desember (10:00 WIB)
  • Penjualan otomotif AS per Januari (12:00 WIB)
  • Pertumbuhan PDB Rusia per Desember (16:30 WIB)
  • PMI Sektor Jasa Inggris per Januari (22:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Data dan Indikator Ekonomi Makro

Satuan

Nilai

Pertumbuhan Ekonomi Q320

% yoy

-3.49

Inflasi Januari 2021

% yoy

1.55

BI 7 Day Reverse Repo Rate Januari 2021

%

3.75

Surplus/Defisit Anggaran 2020

% PDB

-6.34

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan Q320

% PDB

0.36

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia Q30

US$ Miliar

2.05

Cadangan Devisa November 2020

US$ Miliar

135.9

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular