
Wall Street Dibuka Hijau, Dow Jones Melompat 263 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Senin (1/2/2021), menyambut musim rilis laporan keuangan emiten AS yang menjanjikan sentimen positif sementara kasus GameStop dinilai tak sistemik lagi.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 263 poin (0,9%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan 30 menit kemudian surut menjadi 124,5 poin (+0,42%) ke 30.107,09. S&P 500 naik 21,65 poin (+0,58%) ke 3.735,89 sedangkan Nasdaq tumbuh 105,85 poin (+0,81%) ke 13.176,54.
Saham GameStop yang mencuri perhatian karena menjadi ajang perlawanan investor ritel terhadap hedge fund pelaku jual kosong (short selling) anjlok 8% di pembukaan. Pada pekan lalu, saham perseroan melompat hingga 400%.
Short selling adalah transaksi di mana investor melakukan penjualan saham yang tak dimiliki. Dia meminjam saham dari sekuritas dan menjualnya sekarang, untuk dibeli ketika sahamnya ambruk ke depan dan mengembalikannya ke sekuritas dengan nilai lebih kecil.
"Munculnya volatilitas sepekan lalu lebih didorong pemosisian pasar ketimbang kekhawatiran mengenai pertumbuhan kinerja saham," tutur Mark Haefele, Kepala Divisi Investasi UBS Global Wealth Management, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Kebanyakan hedge fund, lanjut dia, kini telah menyesuaikan risiko dari posisi short selling mereka demi menghadapi kepungan investor ritel. Oleh karena itu, tekanan terhadap pasar sudah cenderung berkurang.
Ketiga indeks bursa saham tersebut anjlok lebih dari 3% pekan lalu, menjadi kinerja yang terburuk sejak Oktober. Indeks Dow Jones dan S&P juga terkoreksi pada Januari-menjadi bulan negatif yang pertama dalam 4 bulan terakhir. Sebaliknya, Nasdaq masih mencetak cuan.
Selain GameStop, pelaku pasar ritel juga melawan hedge fund di AMC Entertainment. Saham perseroan melompat 18% di sesi pra-pembukaan setelah pekan lalu melesat 277%. Goldman Sachs menilai perlawanan short sell kali ini merupakan yang terbesar dalam 25 tahun terakhir.
"Meski ada ketakpastian di seputar efek buruk kenaikan harga saham yang tengah jadi target short, kami tak melihat adanya kemunculan krisis likuiditas a la 1998," tutur Sam Stovall, Kepala Perencana Investasi CFRA, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Pelaku pasar juga mengantisipasi rilis kinerja keuangan emiten unggulan seperti Alphabet (induk usaha Google), Amazon, Alibaba, Exxon, dan Pfizer.
Sayangnya, kabar negatif masih muncul dari dunia politik, yakni kabar bahwa 10 anggota Senat dari Partai Republik mengirim surat ke Presiden AS Joe Biden untuk menurunkan nilai stimulus yang diajukannya (US$ 1,9 miliar), dengan mengajukan proposal tandingan.
Manuver itu muncul setelah Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan bahwa pihaknya akan meloloskan resolusi anggaran, menjadi langkah pertama untuk mengesahkan proposal stimulus US$ 1,9 triliun tanpa harus mendapat persetujuan dari anggota Senat dari Partai Republik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Teknologi Berguguran Lagi, Wall Street Dibuka Merah