
Survei Sebut Wall Street Bubble, Investor Harus Bagaimana?

Bursa saham AS (Wall Street) yang libur Senin kemarin membuat sentimen investor asing kurang terlihat. Namun, ada yang patuh dicermati, yakni hasil survei yang dilakukan E-Trade Financial Survey Morgan Stanley menunjukkan mayoritas investor melihat pasar saham AS sudah mengalami bubble atau sudah mendekati.
Yang menarik, meski melihat Wall Street sudah bubble, tetapi para investor tersebut tetap masih akan berinvestasi di saham, dan memprediksi masih akan ada kenaikan di kuartal I-2021, serta menaikkan toleransi risiko mereka.
Survei tersebut dilakukan pada periode 1 - 7 Januari, terhadap investor miliuner yang memiliki akun dengan nilai US$ 1 juta atau lebih di perusahaan sekuritas. Selain itu survei juga dilakukan lebih luas terhadap investor dengan nilai akun setidaknya US$ 10.000.
Hasilnya, sebanyak sebanyak 64% investor miliuner masih bullish terhadap pasar saham meski melihat sudah terjadi bubble. Persentase tersebut malah meningkat dibandingkan kuartal IV-2020 lalu sebesar 55%. Sementara itu untuk investor yang lebih luas dengan nilai akun setidaknya US$ 10.000, sebesar 57%.
Beberapa faktor yang membuat investor masih bullish adalah pemulihan ekonomi, vaksinasi massal yang sudah di mulai, serta stimulus fiskal yang akan digelontorkan Presiden AS terpilih Joseph 'Joe' Biden, senilai US$ 1,9 triliun.
"Ada pengakuan secara luas mengenai membaiknya perekonomian, dan tanda-tanda yang mendukung penguatan pasar," kata Mike Lowengart, kepala investasi unit capital management E-Trade Financial, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (18/1/2021).
Hal tersebut mengindikasikan sentimen pelaku pasar masih bagus, sehingga peluang penguatan bursa saham masih terbuka lebar. Ketika Wall Street yang merupakan kiblat bursa saham dunia masih menanjak, maka IHSG juga berpeluang besar akan mengikuti.
Hasil survei tersebut juga menunjukkan para investor banyak merotasinya investasinya ke saham yang undervalue, saham yang kapitalisasi pasarnya lebih kecil, serta mengurangi investasi di sektor energi dan finansial.
Selain itu, investor miliuner di AS tersebut juga melihat pasar internasional kini lebih atraktif, artinya kemungkinan besar modalnya akan dialirkan ke luar negeri.
"Ini merupakan langkah besar dari miliuner AS, langkah yang signifikan," kata Loewengart.
Investor miliuner AS yang melihat pasar luar negeri lebih atraktif tentunya akan menguntungkan bagi IHSG. Apalagi dalam 1 bulan terakhir investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) lebih dari Rp 7 triliun di pasar saham Indonesia.