Newsletter

Kabar Baik dari Vaksin Covid J&J, Semoga Ada Happy Weekend!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 January 2021 06:12
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan domestik ditutup tak kompak pada perdagangan kemarin, Kamis (14/1/2021). Indeks saham acuan dan harga obligasi mengalami koreksi, sementara itu nilai tukar rupiah menguat.

Usai reli kencang dalam lima hari perdagangan terakhir, IHSG seolah kehabisan tenaga dan berayun ke zona koreksi. Sempat melesat di awal perdagangan, IHSG berakhir dengan pelemahan 0,11%.

Nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp 28 triliun dan menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Investor asing kembali memborong aset-aset ekuitas dalam negeri dengan nilai transaksi mencapai hampir Rp 400 miliar di pasar reguler. Sebanyak 194 saham menguat, 301 saham ambrol dan 144 sisanya mengalami stagnansi.

IHSG memang sudah berlari kencang. Bahkan ketika terkoreksi pun, indeks acuan tersebut masih berhasil mencatatkan kinerja yang positif di atas 7% sepanjang tahun berjalan. 

Di pasar obligasi, harga instrumen investasi berpendapatan tetap di Tanah Air mengalami koreksi tipis. Hal ini tercermin dari penurunan indeks surat utang acuan INDOBeX yang turun 0,05% dari periode perdagangan sebelumnya.

Namun untuk Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang menjadi acuan harganya mengalami kenaikan. Surat utang pemerintah berdenominasi rupiah tersebut mencatatkan penurunan imbal hasil (yield) seiring dengan penurunan obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun. 

Yield nominal SBN tenor 10 tahun yang memberikan kupon tetap sebesar 7% per tahun tersebut mengalami penurunan sebesar 0,008 poin dari 6,218% menjadi 6,21%.

Berbeda dengan saham dan obligasi yang cenderung melemah, nilai tukar rupiah justru mengalami apresiasi di hadapan dolar AS. Penurunan indeks dolar yang mengukur posisi greenback terhadap mata uang lain menjadi berkah untuk rupiah.

Di pasar spot rupiah berhasil menguat 0,04% di hadapan dolar AS dan dipatok di Rp 14.050/US$. Berdasarkan kurs acuan Bank Indonesia (BI) yaitu Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah dipatok di Rp 14.119/US$.

Minggu ini sentimen vaksinasi Covid-19 menggunakan CoronaVac buatan perusahaan farmasi asal China yaitu Sinovac masih menjadi sentimen utama penggerak pasar selain kenaikan harga komoditas seperti batu bara dan nikel yang membuat saham-saham emiten tambang beterbangan.

Presiden Jokowi menjadi orang pertama di RI yang disuntik vaksin. Setelah Jokowi jajaran pejabat publik tinggi nasional juga ikut divaksinasi. Barulah para publik figur juga mendapat giliran. 

Indonesia telah mendapatkan 3 juta dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac. Selain itu RI juga mendapat 15 juta bahan baku vaksin dari Sinovac yang selanjutnya bakal digunakan untuk membuat vaksin oleh perusahaan farmasi pelat merah PT Bio Farma (Persero). 

Kendati banyak pihak baik pelaku pasar maupun analis yang sudah mewanti-wanti bahwa valuasi saham AS yang termasuk 'ketinggian', tetapi bukan berarti pesta dan euforia di pasar akan segera berakhir. 

Pagi ini tiga indeks saham acuan utama Bursa New York mengalami koreksi. Indeks S&P 500 turun paling dalam dengan pelemahan 0,38%. Indeks Dow Jones Industrial Average terpangks 0,22% dan Nasdaq Composite hanya melemah 0,12%.

Pasar masih menunggu rencana stimulus fiskal di bawah kepemimpinan presiden terpilih Joe Biden. Stimulus kali ini diperkirakan bakal senilai US$ 2 triliun yang meliputi bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 600 serta asuransi untuk pengangguran. 

Menurut Adam Crisafulli dari Vital Knowledge dalam sebuah catatan, kenaikan di pasar saham yang terjadi belakangan ini ditopang oleh adanya optimisme stimulus dan vaksin.

Kenaikan klaim tunjangan pengangguran yang melesat hingga 965 ribu menjadi salah satu data penguat bahwa ekonomi terbesar di dunia itu masih membutuhkan uluran tangan dari pemerintah untuk tetap bisa melanjutkan nafasnya. 

Lebih lanjut Crisafulli mengatakan bahwa isu terkait pemakzulan Presiden ke-45 Donald Trump adalah berita yang tidak relevan untuk pasar. Artinya dampak dari pengumuman pemakzulan Trump yang diusulkan oleh DPR AS (The House) dari pihak Partai Demokrat tidak banyak berpengaruh ke pasar.

Trump dimakzulkan oleh DPR AS seminggu jelang waktu pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS ke-46 karena dinilai telah memicu terjadinya kisruh di Gedung Kongres (The Capitol) yang menewaskan 5 orang termasuk aparat keamanan polisi gedung tersebut.

Koreksi saham yang tidak dalam juga didukung oleh pernyataan ketua bank sentral AS Federal Reserves (The Fed) Jerome Powell. Pria berusia 67 tahun itu menegaskan bahwa suku bunga acuan tetap tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat.

"Ketika saatnya tiba untuk menaikkan suku bunga, kami pasti akan melakukannya, dan saat itu bukanlah dalam waktu dekat ini," kata kepala bank sentral paling berpangruh di dunia itu seperti yang ditulis CNBC International.

Apabila mengacu pada keterangan yang sudah-sudah, suku bunga acuan masih akan ditahan di kisaran mendekati nol persen (zero lower bound) untuk beberapa tahun ke depan, setidaknya sampai 2023.

Kinerja Wall Street yang tak memuaskan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan Asia yang akan buka pada pagi hari ini, Jumat (15/1/2021) tak terkecuali untuk IHSG. Namun dibalik sentimen positif tersebut terselip kabar yang menggembirakan.

Kabar positif kini datang dari perusahaan farmasi global Johnson & Johnson (J&J). Setelah melakukan uji coba terhadap vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan, hasilnya pun menjanjikan.

Ilmuwan J&J secara acak menyuntikkan kandidat vaksin yang dikembangkan kepada orang dewasa sehat antara usia 18 dan 55 dan mereka yang berusia di atas 65 tahun dengan dosis vaksin yang tinggi maupun rendah dan plasebo (kontrol).

Sebagian besar sukarelawan dilaporkan menghasilkan antibodi penetral yang dapat dideteksi, yang diyakini para peneliti memainkan peran penting dalam mempertahankan diri dari infeksi virus setelah 28 hari percobaan penyuntikan.

Pada hari ke 57, semua sukarelawan memiliki antibodi yang terdeteksi, terlepas dari dosis vaksin atau kelompok usia, dan tetap stabil selama setidaknya 71 hari dalam kelompok usia 18 hingga 55 tahun.

Berbeda dengan kebanyakan vaksin Covid-19 lain yang membutuhkan dua dosis atau dua kali suntikan, vaksin yang dibuat oleh J&J hanya membutuhkan satu dosis saja untuk setiap orang. Itu berarti pasien tidak perlu kembali untuk mendapatkan dosis tambahan sehingga menyederhanakan kebutuhan logistik.

"Data uji klinis fase satu dan dua menunjukkan satu suntikan vaksin memberikan antibodi yang berkelanjutan" kata Dr. Paul Stoffels, kepala petugas ilmiah di J&J, kepada Meg Tirrell dari CNBC dalam sebuah wawancara. Dia menambahkan hal itu memberi perusahaan keyakinan bahwa vaksin itu akan sangat efektif melawan virus.

Uji coba tersebut menguji 805 relawan. Perusahaan diharapkan untuk merilis hasil dari 45.000 orang uji coba fase tiga akhir bulan ini. J&J menggunakan teknologi yang sama dengan yang digunakan untuk mengembangkan vaksin Ebola untuk vaksin Covid-19.

Pernyataan Jerome Powell yang kembali menegaskan bahwa kebijakan moneter akan tetap akomodatif akan kembali menekan dolar AS dan yield obligasi pemerintah AS sehingga memberikan peluang untuk rupiah dan harga surat-surat utang RI untuk menguat.

Kendati IHSG juga mendapat sentimen positif, tetapi reli kencang yang sudah terjadi berpotensi memicu terjadinya koreksi yang sehat. IHSG berpeluang untuk mengalami volatilitas yang tinggi seperti dalam dua hari perdagangan terakhir.

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Pengumuman suku bunga acuan Korea Selatan (08.00 WIB)
  • Rilis data indeks harga rumah China bulan Desember 2020 (08.30 WIB)
  • Rilis data neraca dagang Indonesia bulan Desember 2020 (11.00 WIB)
  • Rilis data neraca dagang Inggris bulan November 2020 (14.00 WIB)
  • Rilis data inflasi Prancis tahun 2020 (14.45 WIB)
  • Rilis data inflasi Spanyol tahun 2020 (15.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Data dan Indikator Ekonomi MakroSatuanNilai
Pertumbuhan Ekonomi Q320%yoy-3.49
Inflasi 2020%yoy1.68
BI 7 Day Reverse Repo Rate November 2020%3.75
Surplus/Defisit Anggaran 2020%PDB-6.34
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan Q320%PDB0.36
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia Q30US$ Miliar2.05
Cadangan Devisa November 2020US$ Miliar135.9

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular