Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, dan harga obligasi pemerintah sama-sama menguat akibat sentimen dari menangnya Biden sebagai presiden baru Amerika Serikat.
Kemarin, IHSG kembali menguat 0,38% di level 5.356. Namun penguatan ini cenderung menurun dibandingkan dengan penguatan pada akhir pekan lalu.
Mayoritas bursa Asia masih menguat tajam pada perdagangan Senin (9/11/2020) kemarin, di mana penguatan terbesar dicetak oleh indeks Nikkei Jepang yang menguat lebih dari 2% atau lebih tepatnya 2,12%.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Kemarin, rupiah menguat hampir 1% atau lebih tepatnya menguat 0,99% ke level 14.050. Kali ini rupiah menjadi juara dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya.
Sedangkan mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (9/11/2020) tercatat pada yen Jepang dan rupee India, sedangkan untuk dolar Hong Kong cenderung stagnan.
Kemudian harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada perdagangan kemarin kompak ditutup menguat, ditandai dengan imbal hasil (yield) di semua obligasi pemerintah yang melemah, melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan akhir pekan lalu.
Pasar keuangan domestik yang kembali menorehkan kinerja yang positif dikarenakan investor menyambut baik terkait kemenangan Biden-Harris pada pilpres AS kali ini.
Sebelumnya, pada Minggu (8/11/2020) pukul 09:38 WIB, Biden memperoleh 290 suara elektoral (electoral college votes) berbanding 214 untuk Trump.
Butuh 270 suara elektoral untuk menjadi pemenang pemilihan presiden sehingga Biden sudah sah menggenggam status sebagai presiden AS terpilih.
Kemenangan Biden sejatinya sudah diperkirakan jauh-jauh hari. Berbagai jajak pendapat mengunggulkan eks wakil presiden pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama ini ketimbang Trump.
Satu hal yang membuat pelaku pasar lebih nyaman dengan Biden adalah ekspektasi bahwa kebijakan pemerintah ke depan tidak akan 'aneh-aneh'.
Kemungkinan besar tidak ada lagi perang dagang yang memanas antara AS dengan berbagai negara, terutama China.
Tidak ada lagi presiden yang terang-terangan 'menyerang' gubernur bank sentral. Tidak ada lagi cuitan-cuitan di Twitter yang menggemparkan tidak hanya dunia maya tetapi juga dunia nyata.
"Biden adalah kabar baik buat pasar. Kami sudah lelah dengan dampak yang muncul dari cuitan-cuitan Trump," tegas Christopher Stanton, Chief Investment Officer Sunrise Capital Partners, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Namun demikian, Trump menolak mengalah dan mengklaim bahwa perhitungan suara masih "jauh dari selesai." Tim suksesnya telah mengajukan gugatan di beberapa negara bagian, termasuk Pennsylvania dan Michigan, menuntut penghitungan ulang di beberapa tempat lain.
Bursa acuan global, Wall Street ditutup mixed, mayoritas menguat pada perdagangan Senin (9/11/2020), seiring dari kabar efektifnya vaksin corona dari Pfizer Inc. yang ampuh hingga 90% dan kemenangan dari Joe Biden-Kamala Harris sebagai calon presiden Amerika Serikat (AS).
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup meroket 834,57 poin atau 2,95% ke level 29.157,97, disusul S&P 500 yang melompat 41,06 poin atau 1,17% ke 3.550,5.
Namun tidak untuk Nasdaq yang ditutup terpangkas 181,45 poin atau 1,53% ke level 11.713,78 pada perdagangan Senin.
Hal ini terjadi setelah salah satu perusahaan farmasi yang membuat vaksin corona yakni Pfizer Inc. yang berkerja sama dengan perusahaan farmasi asal Jerman BioNTech mengatakan uji coba skala besar vaksin mereka menunjukkan 90% efektif dalam mencegah virus corona (Covid-19).
Kabar terakhir mengatakan vaksin tersebut efektif menangkal virus Covid-19 hingga lebih dari 90% tanpa adanya efek samping berbahaya.
Efektivitas vaksin hingga 90% tentu jadi kabar baik karena sejumlah ahli memperkirakan efektivitas vaksin hanya 75%. Sebelumnya Penasihat kesehatan Gedung Putih Anthony Fauci mengungkapkan vaksin dengan efektivitas minimal 50-60% yang bisa diterima manusia.
Kabar dari efektifitas vaksin corona tersebut menambah sentimen positif di global ditengah sentimen terkait kemenangan Biden-Harris pada pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) tahun 2020.
Joe Biden menang dalam pilpres AS kali ini, terutama di negara bagian Pennsylvania dan Nevada, menurut NBC News pada Minggu. Hasil tersebut diharapkan meminimalisir berlarutnya hasil hajatan politik terbesar di AS tersebut.
Di sisi lain, pasar kian yakin bahwa Partai Demokrat tak bakal menyapu bersih Senat dan DPR, sehingga rencana penaikan pajak penghasilan (Pph) badan dan perorangan tidak bakal disahkan dengan mudah.
"Kepresidenan Biden dengan Senat di bawah kendali Partai Republik mempersulit kenaikan pajak yang sebelumnya menjadi ketakutan terbesar investor," tutur Brian Levitt, perencana trading global Invesco, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Gaya kepemimpinan Partai Demokrat yang kalem dinilai tak akan memicu risiko perang dagang ke depannya. Partai Demokrat diperkirakan mempertahankan posisi dominannya di DPR, sementara kepengendalian di Senat masih belum pasti.
Hal itu juga terjadi setelah calon presiden petahana Donald Trump menolak mengakui kekalahan, bersumpah bahwa timnya akan memulai "memproses kasus" pilpres di pengadilan untuk memastikan UU Pemilu dipatuhi.
Sedangkan sektor energi, perjalanan, dan keuangan yang merupakan sektor yang terdampak karena penerapan karantina wilayah (lockdown) yang bertujuan untuk menekan virus kali ini mencetak kenaikan terbesar pada hari Senin.
Lain halnya dengan sektor teknologi, di mana sektor yang telah unggul selama pandemi karena mereka dipandang sebagai pemenang "stay-at-home" ini mengalami turun tajam.
Netflix Inc. jatuh 85%, disusul Amazon.com Inc. terkoreksi 5% dan perusahaan Zoom Video tumbang 17,3%. Kemudian dari perusahaan yang berbeda sektor, yakni perusahaan pembuat latihan sepeda, Peloton Interactive Inc. juga ambles 20,3% yang mempengaruhi pergerakan Nasdaq pada Senin.
Sentimen pertama, tentunya masih terkait dengan 'Biden Effect' yang hingga kini masih menjadi perhatian pelaku pasar.
Joe Biden menang dalam pilpres AS, terutama di negara bagian di Pennsylvania dan Nevada, menurut NBC News pada Minggu. Hasil tersebut diharapkan meminimalisir berlarutnya hasil hajatan politik terbesar di AS tersebut.
Di sisi lain, pasar kian yakin bahwa Partai Demokrat tak bakal menyapu bersih Senat dan DPR, sehingga rencana penaikan pajak penghasilan (Pph) badan dan perorangan tidak bakal disahkan dengan mudah.
"Kepresidenan Biden dengan Senat di bawah kendali Partai Republik mempersulit kenaikan pajak yang sebelumnya menjadi ketakutan terbesar investor," tutur Brian Levitt, perencana trading global Invesco, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Gaya kepemimpinan Partai Demokrat yang kalem dinilai tak akan memicu risiko perang dagang ke depannya. Partai Demokrat diperkirakan mempertahankan posisi dominannya di DPR, sementara kepengendalian di Senat masih belum pasti.
Sedangkan Sentimen kedua, yakni terkait kabar vaksin corona dari Pfizer.Inc yang berhasil dan ampuh 90% membasmi virus corona.
Kabar positif dari koalisi raksasa farmasi Amerika Serikat (AS) Pfizer dan perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech itu ibarat minyak yang menyiram Wall Street yang sedang dibakar oleh optimisme kemenangan kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden.
Hasil efektivitas sebesar 90% itu jauh lebih baik dari ekspektasi. Penasihat Kesehatan Gedung Putih Anthony Fauci sebelumnya menilai efektivitas vaksin sebesar 50%-60% sudah cukup baik.
Menurut temuan awal, perlindungan pada pasien dicapai tujuh hari setelah dosis kedua dari dua dosis, dan 28 hari setelah dosis pertama.
"Hasil pertama dari uji coba vaksin Covid-19 fase III kami memberikan bukti awal kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," kata CEO Pfizer Albert Bourla dalam sebuah pernyataan.
"Kami selangkah lebih dekat untuk menyediakan terobosan yang sangat dibutuhkan orang di seluruh dunia guna membantu mengakhiri krisis kesehatan global ini. Kami mencapai tonggak penting dalam program pengembangan vaksin kami pada saat dunia sangat membutuhkannya."
Berdasarkan proyeksi pasokan, perusahaan mengatakan mereka berharap dapat memasok hingga 50 juta dosis vaksin secara global pada tahun 2020, dan hingga 1,3 miliar dosis pada tahun 2021.
Sentimen ketiga, yakni di dalam negeri, hari ini akan dirilis data transaksi berjalan untuk periode kuartal III tahun 2020. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia, diperkirakan transaksi berjalan Indonesia masih kontraksi, yakni sebesar US$ 9 miliar.
Transaksi berjalan merupakan satu dari dua komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dan menjadi faktor yang begitu krusial dalam menentukan laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.
Sentimen yang ketiga adalah terkait rilis data inflasi China pada periode Oktober 2020, di mana konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan tingkat inflasi China secara tahunan (year-on-year/YoY) turun menjadi 0,8%.
Sedangkan untuk inflasi China secara bulanan (month-on-month/MoM) cenderung stagnan di level 0,2%.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data transaksi berjalan Jepang periode September 2020 (06:50 WIB)
- Rilis data tingkat inflasi China periode Oktober 2020 (08:30 WIB)
- Rilis data indeks harga produsen China periode Oktober 2020 (08:30 WIB)
- Rilis data transaksi berjalan Indonesia kuartal III-2020 (10:00 WIB)
- Rilis data tingkat pengangguran Perancis kuartal III-2020 (13:30 WIB)
- Rilis data tingkat pengangguran Inggris periode September 2020 (14:00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (kuartal III-2020 YoY) | -3,49% |
Inflasi (Oktober 2020 YoY) | 1,44% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2020) | 4% |
Defisit Anggaran (APBN 2020) | -6,34% PDB |
Transaksi berjalan (kuartal II-2020) | -1,18% PDB |
Neraca pembayaran (kuartal II-2020) | US$ 9,24 miliar |
Cadangan devisa (Oktober 2020) | US$ 133,7 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA