Newsletter

Korporasi "Menang Banyak" dari Pilpres AS, IHSG Bakal Terbang

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 November 2020 06:10
Sri Mulyani
Foto: Tangkapan layar Youtube Kemenkeu

Di tengah perhatian ke pemilihan umum, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) merampungkan rapat kebijakan moneter dini hari tadi (waktu Indonesia). Hasilnya, tidak ada perubahan kebijakan, suku bunga tetap < 0,25%, dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) tetap berlanjut.

Namun, sang ketua Jerome Powell menegaskan The Fed masih punya banyak amunisi yang diperlukan untuk membantu pemulihan ekonomi AS.

"Apakah kebijakan moneter kehabisan amunisi? Jawabannya adalah tidak, saya pikir tidak demikian. Saya pikir kami berkomitmen kuat menggunakan kebijakan moneter yang powerful yang kita miliki untuk membantu perekonomian selama masa sulit seperti ini dan selama dibutuhkan, tidak ada orang yang seharusnya meragukan hal tersebut," kata Powell.

Berbeda dengan The Fed, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dalam pengumuman rapat kebijakan moneter menambah nilai program pembelian aset (quatitative easing/QE) sebesar 150 miliar poundsterling (Rp 2.820 Triliun, kurs Rp 18.800/GBP), menjadi total 895 miliar poundsterling.

Tambahan stimulus tersebut lebih banyak 50 miliar pounsterling ketimbang prediksi Reuters.

Dengan tambahan tersebut, BoE mengatakan cukup untuk melakukan pembelian aset hingga akhir 2021.

Stimulus moneter selalu memberikan dampak positif ke pasar finansial, khususnya pasar saham.

Selain menambah nilai QE, bank sentral pimpinan Andrew Bailey ini juga mempertahankan suku bunga acuan sebesar 0,1%.

Sementara itu dari dalam negeri, meski Indonesia resmi mengalami resesi, namun melihat kinerja ekonomi di kuartal III-2020, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini bahwa ekonomi Indonesia sudah menyentuh titik nadir. Kondisi terburuk sudah dilalui, sehingga ke depan adalah saatnya untuk bangkit.

"Pada triwulan III-2020, perekonomian Indonesia tumbuh -3,49% year-on-year (YoY). Ini lebih baik dibandingkan triwulan II yang sebesar -5,32%. Hal ini menunjukkan proses pemulihan ekonomi nasional dan pembalikan arah atau turning point dari aktivitas ekonomi nasional menunjukkan arah zona positif," paparnya dalam jumpa pers secara virtual di Jakarta, Kamis (5/11/2020).

"Posisi terburuk akibat Covid-19 sudah kita lewati. Upaya pemulihan akan terus diakselerasi sehingga akan terus didorong ke zona positif pada triwulan IV-2020 dan 2021," tegasnya.

Sri Mulyani menggambarkan berbagai perbaikan yang sudah terlihat pada kuartal III-2020. Artinya, ke depan yang ada adalah pemulihan.

Misalnya di sektor penyediaan akomodasi makanan-minuman meningkat pesat. Pada kuartal II-2020, sektor usaha ini terkontraksi dalam tetapi kuartal berikutnya melonjak 11,9%.

Kemudian industri pengolahan atau manufaktur juga membaik meski masih tumbuh negatif. Pada kuartal II-2020, industri ini tumbuh -6,2% dan kuartal III-2020 menjadi -4,3%. "Pembalikan terjadi cukup nyata," ujar Sri Mulyani.

Demikian pula sektor perdagangan yang pada kuartal II-2020 tumbuh negatif 6,7% menjadi negatif 5% pada kuartal berikutnya. "Berbagai stimulus fiskal kita berikan dari insentif perpajakan maupun dorongan belanja untuk membantu bangkit kembali sektor produksi akan terus kita lakukan," kata Sri Mulyani.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular