
Waspada, Lockdown di Mana-mana!

Sentimen ketiga, perkembangan pandemi virus corona tentu sangat layak untuk diwaspadai. Lampu sorot sedang mengarah ke Eropa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 15 Oktober adalah 7.406.193 orang. Bertambah 131.726 orang (1,81%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Tambahan 131.726 orang pasien baru dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu mewabah di Eropa. Sedangkan pertumbuhan 1,81% menjadi yang tercepat sejak 10 Oktober.
Dalam 14 hari terakhir (2-15 Oktober), rata-rata jumlah pasien baru bertambah 103.159 orang setiap harinya. Naik tajam dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 65.482 orang per hari.
Perkembangan ini membuat sejumlah negara di Eropa kembali mengetatkan pembatasan sosial (social distancing). Bahkan pemerintah Prancis sudah memberlakukan kondisi darurat nasional.
"Tidak perlu dipertanyakan lagi, saat ini kita sedang memasuki awal gelombang serangan kedua (second wave outbreak). Untuk menghentikan laju penularan, semua bergantung kepada kita sendiri. Semakin lama kita menunggu tanpa keputusan, maka dampaknya akan semakin nyata bagi kesehatan dan perekonomian," tegas Angela Merkel, Kanselir Jerman, seperti dikutip dari Reuters.
Di Polandia, pemerintah meminta warga untuk sebisa mungkin #dirumahaja. Pemerintah juga menutup berbagai tempat yang rawan penyebaran virus corona seperti kolam renang, pusat kebugaran, dan sebagainya. Maklum, kemarin kasus corona di negara tersebut melonjak 24% dalam sehari yang menjadi rekor tertinggi.
"Anjuran utama kami adalah tetap tinggal di rumah. Jika Anda bisa bekerja di rumah, maka lakukanlah," tegas Mateusz Morawiecki, Perdana Menteri Polandia, sebagaimana diberitakan Reuters.
Selain itu, pemerintah Polandia juga mengeluarkan sejumlah aturan baru. Di daerah zona kuning, pesta keluarga boleh digelar tetapi pesertanya maksimal 20 orang dan tidak boleh berdansa. Sementara restoran wajib tutup pukul 21:00.
Sedangkan di wilayah zona merah, termasuk ibu kota Warsawa, kumpul-kumpul di luar ruangan hanya boleh dihadiri paling banyak 10 orang. Siswa sekolah dasar dan menengah pertama masih boleh belajar tatap muka di sekolah, tetapi murid sekolah menengah atas harus belajar jarak jauh.
Lalu di Republik Ceska, pemerintah melarang restoran, bar, dan klub malam untuk menerima pengunjung yang makan-minum di tempat. Seluruh pelajar (kecuali siswa pra-sekolah) juga wajib menjalani proses belajar-mengajar jarak jauh.
Pemerintah pun membatasi pertemuan di luar ruangan maksimal beranggotakan enam orang. Mengonsumsi minuman beralkohol di tempat publik tidak diizinkan, sementara pemesanan untuk dibawa pulang (takeaway) di restoran hanya boleh maksimal sampai pukul 20:00.
Menyeberang ke Inggris, pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson menaikkan status ibu kota London dari wilayah berisiko sedang menjadi tinggi. Artinya, tidak boleh berkumpul dengan orang-orang dari rumah tangga yang berbeda di dalam ruangan (rumah, restoran, dan sebagainya). Warga juga sebisa mungkin jangan keluar kota, kecuali untuk bekerja, sekolah, merawat orang sakit, dan urusan penting lainnya.
"Situasi akan memburuk sebelum jadi lebih baik. Saya yakin langit cerah akan datang, laut pun akan lebih tenang. Sampai saat itu datang, kita harus berjuang bersama," kata Matt Hancock, Menteri Kesehatan Inggris, seperti dikutip dari Reuters.
Meski tidak seketat Maret-Mei, tetapi tren karantina wilayah (lockdown) kembali merebak di Eropa. Bukan tidak mungkin kawasan lain akan menerapkan hal serupa jika kasus corona terus melonjak.
Oleh karena itu, prospek pemulihan ekonomi dunia sangat tidak pasti. Sebelum virus corona bisa dienyahkan, baik itu dengan vaksin, obat, atau metode pengobatan apa pun, maka sulit berharap hidup bisa normal seperti dulu lagi.
Perkembangan ini bisa membuat investor menerapkan social distancing dari aset-aset berisiko. Kalau ini terjadi, maka IHSG dan rupiah menjadi sangat rawan terkoreksi.
Sentimen keempat, investor patut mencermati perkembangan nilai tukar dolar AS. Pada pukul 02:15 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,51%.
Ketidakpastian soal stimulus fiskal dan tren lockdown akibat gelombang serangan kedua virus corona membuat investor sepertinya memilih bermain aman. Bagaimana pun juga, dolar AS adalah aset aman (safe haven) yang menjadi pilihan investor saat situasi sedang tidak menentu.
"Pembatasan dalam rangka meredam penyebaran virus corona di Eropa membuat optimisme memudar. Ditambah lagi ekonomi AS akan memasuki 'musim dingin' tanpa kehadiran stimulus fiskal," tuils Win Than dan Ilan Solot, Currency Strategist di BBH Global Currency Strategy, dalam risetnya.
Kemarin rupiah masih bisa selamat karena sentimen surplus neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Namun jika sentimen ini sudah hilang, maka mata uang Ibu Pertiwi sepertinya harus pasrah menghadapi 'amukan' dolar AS.
(aji/aji)