
Waspada, Lockdown di Mana-mana!

Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,07%, S&P 500 terkoreksi 0,15%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,47%.
Pelaku pasar di New York cemas melihat data ketenagakerjaan terbaru di Negeri Paman Sam. Klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 10 Oktober tercatat 898.000, naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 845.000. Juga lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 825.000.
Data ekonomi lain juga membuat investor kecewa. Angka pembacaan awal indeks kondisi bisnis keluaran Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang New York periode Oktober 2020 adalah sebesar 32,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yakni 40,3.
"Memasuki musim gugur, sepertinya sulit untuk mencari sentimen positif. Sebab, perekonomian kekurangan stimulus," tegas Christopher Grisanti, Chief Equity Strategist di MAI Capital Management yang berbasis di Cleveland, seperti dikutip dari Reuters.
Ya, pembahasan stimulus fiskal antara pemerintah dengan Kongres memang masih buntu. Gedung Putih mengajukan proposal stimulus bernilai US$ 1,8 triliun, tetapi kubu oposisi Partai Demokrat ingin di US$ 2,2 triliun. Bahkan kubu Partai Republik pendukung pemerintah juga belum memberi lampu hijau, karena memandang beban utang akan semakin berat jika nilai stimulus terlampau besar.
Kemarin, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sampai agak putus harapan. Eks executive vice president Goldman Sachs ini berujar bahwa paket stimulus sepertinya sulit untuk disahkan sebelum pemilihan presiden (pilpres) yang akan dihelat 3 November mendatang. Maklum, perbedaan dan kepentingan politik memang lebih mencolok pada masa-masa seperti ini.
Akan tetapi, sebetulnya ada kabar gembira. Presiden Donald Trump mengungkapkan pemerintahannya siap untuk menambah nilai stimulus fiskal.
"Kita suka stimulus, kita butuh stimulus, dan kami rasa kita harus punya stimulus. Saya sudah menginstruksikan kepada Menteri Keuangan untuk menawarkan lebih dari US$ 1,8 triliun, tetapi sampai saat ini saya belum mendengar hasilnya. Saya berharap Partai Republik setuju dengan stimulus yang lebih besar," papar Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Namun pernyataan Trump tidak banyak membantu. Rasanya pasar sudah kadung jengah dengan janji-janji, tarik-ulur, negosiasi politik yang rumit dan berbelit-belit. Pasar menunggu aksi konkret, dan sebelum itu terjamin maka aura negatif masih akan terus membayangi.
