
Kasus Covid Naik, Dow Jones Kehilangan 325 Poin di Pembukaan

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) tersungkur pada pembukaan perdagangan Kamis (15/10/2020), di tengah kenaikan kasus infeksi Covid-19 di Eropa dan kian kaburnya prospek stimulus bulan depan.
Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka turun 325 poin (-1,1%) pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) tapi 12 menit kemudian surut menjadi 285,6 poin (-1%) ke 28.228,38. Nasdaq drop 144,4 poin (-1,2%) ke 11.624,34 dan S&P 500 surut 37 poin (-1,1%) ke 3.451,64.
Investor mengikuti arah kabar seputar prospek kesepakatan stimulus AS. Menteri Keuangan Steven Mnuchin kepada CNBC International mengatakan bahwa kesepakatan Presiden AS Donald Trump berkomitmen untuk menuntaskan pembahasan stimulus corona.
Saat ini, lanjut dia, pembicaraan masih berjalan alot karena kubu Partai Demokrat ngotot keinginan mereka harus disetujui, atau tidak ada kesepakatan sama sekali. Sekalipun kesepakatan tak dicapai sebelum pilpres 3 November, pihaknya akan terus bernegosiasi.
Mnuchin dijadwalkan bertemu lagi dengan Ketua DPR AS Nancy Pelosi hari ini. Sebelumnya, politisi perempuan dari Partai Demokrat itu mengatakan bahwa paket proposal yang diajukan Gedung Putih "secara signifikan tak mencukupi" kebutuhan yang ada.
Keprihatinan seputar corona memperberat sentimen pasar menyusul peningkatan jumlah kasus infeksi di Eropa. Jumlah kasus baru di Prancis mencapai 22.591 dalam 24 jam terakhir, melampaui angka sehari sebelumnya sebanyak 10.000 kasus.
Pemerintah Prancis pun mengumumkan status darurat kesehatan pada Rabu setelah jumlah pasien Covid melampaui angka 9.100, sebagaimana dilaporkan Reuters. Status tersebut memungkinkan pejabat setempat mengambil kebijakan ekstra untuk menangani Covid-19.
Inggris juga menjajaki peluang melakukan karantina wilayah (lockdown) tingkat nasional untuk kedua kalinya. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan bahwa warga usia muda kemungkinan tidak akan mendapatkan vaksin hingga tahun 2022.
Pada perkembangan lain, desakan untuk membatasi kekuasaan raksasa teknologi AS di Eropa kian menguat. Financial Times memberitakan bahwa Prancis dan Belanda mendorong proposal ke Uni Eropa untuk mengenakan aturan memecah bisnis para titan teknologi tersebut. Saham Apple dan Alphabet (induk usaha Google) kompak anjlok 2% di sesi prapembukaan
"Volatilitas pasar bakal berlanjut beberapa pekan ke depan karena investor bersiap menghadapi ketakpastian-kapan vaksin tersedia (setelah kemunduran Johnson & Johnson), besaran dan kapan stimulus AS keluar, dan hasil pemilihan presiden," tutur Mark Haefele, Kepala Divisi Investasi UBS sebagaimana dikutip CNBC International.
Angka klaim pengangguran mingguan juga terbukti lebih buruk dari ekspektasi setelah Departemen Tenaga Kerja menyebutkan ada 898.000 klaim baru pekan lalu, atau lebih tinggi dari estimasi Dow Jones sebanyak 830.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?