
Berat! Vaksin Corona, Stimulus, Belum Ada Kabar Baik...

Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 0,55%, S&P 500 turun 0,63%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,1%.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Wall Street terpeleset. Satu, bursa saham New York memang sudah menguat tajam. Sejak akhir bulan lalu, DJIA melesat 3,23%, S&P 500 melonjak 4,44%, dan Nasdaq meroket 6,29%.
Keuntungan yang didapat investor sudah lumayan tebal, dan pasti akan ada godaan untuk mencairkannya. Tekanan jual akibat profit taking ini membuat Wall Street merah.
Dua, ada berita kurang menggembirakan seputar pengembangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Uji coba vaksin buatan Johnson & Johnson dihentikan sementara karena ada laporan salah satu relawan merasakan efek samping.
"Butuh beberapa hari untuk mengumpulkan informasi dan melakukan evaluasi," kata Mathai Mammen, Kepala Riset dan Pengembangan Johnson & Johnson, seperti dikutip dari Reuters.
Dinamika ini membuat investor cemas. Kalau rilis vaksin anti-virus corona tertunda, maka ekonomi akan sulit dibangkitkan karena masyarakat belum merasa aman untuk beraktivitas di luar rumah. Resesi jadi semakin susah diakhiri.
"Sekali lagi, ini menunjukkan bahwa kehadiran vaksin sepertinya masih memakan waktu. Johnson & Johnson beberapa pekan lalu cukup menjanjikan, tetapi sekarang berbalik arah," ujar Oliver Pursche, Presiden Bronson Meadows Capital yang berbasis di Connecticut, sebagaimana diwartakan Reuters.
Tiga, pembahasan stimulus fiskal di AS lagi-lagi mentok. Nancy Pelosi, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk Kongres AS), menolak proposal stimulus dari pemerintah yang bernilai US$ 1,8 triliun. Jumlah yang memang lebih rendah ketimbang usulan Partai Demokrat yaitu US$ 2,2 triliun.
"(Nilai stimulus) sangat kurang untuk mengatasi kebutuhan penanganan pandemi dan resesi yang begitu dalam," tegas Pelosi, seperti diberitakan Reuters.
Namun, koreksi di Wall Street bisa diredam karena rilis laporan keuangan emiten perbankan yang impresif. Pada kuartal III-2020, laba JPMorgan Chase & Co naik 4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) menjadi US$ 9,4 miliar. Ini berarti laba per saham (Earnings per Share/EPS) adalah US$ 2,92, lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan proyeksi US$ 2,23.
Sementara Citigroup membukukan laba US$ 3,23 miliar atau EPS US$ 1,4. Juga lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpu Reuters yang menghasilkan angka US$ 93 sen.
(aji/aji)