IMF-World Bank Minta G-20 Tunda Tagih Utang ke Negara Miskin

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 October 2020 18:50
Kristalina Georgieva, IMF (AP/Jens Meyer)
Foto: Kristalina Georgieva, IMF (AP/Jens Meyer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia (World Bank/WB) dimulai sejak Senin (12/10/20220). Pertemuan yang berlangsung secara virtual ini menekankan perlunya lebih banyak kerja sama internasional guna menanggulangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19) dan memulihkan kembali perekonomian yang merosot ke jurang resesi.

Berdasarkan data dari Worldometer, lebih dari 38 juta orang dari lebih dari 200 negara di dunia ini terinfeksi virus corona. Jumlah korban meninggal sebanyak 1,085 juta orang, dan yang sembuh lebih dari 28,6 juta orang.

Selain memicu krisis kesehatan, pandemi Covid-19 juga memicu krisis ekonomi dunia. Meski demikian, Direktur Pelaksana, Kristalina Georgieva, beberapa hari lalu menyatakan krisis ekonomi tahun ini tidak seburuk perkiraan awal IMF. 

Pada Juni lalu, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi 4,9% tahun ini. Namun, PDB dunia mencatatkan kinerja yang lebih baik dibanding ekspektasi IMF pada kuartal II dan III. Fakta-fakta itu diyakini akan membuat IMF merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan PDB tahun ini. Proyeksi itu akan diumumkan dalam waktu dekat.

"Gambaran hari ini tidak terlalu mengerikan. Kami sekarang memperkirakan bahwa perkembangan pada kuartal kedua dan ketiga lebih baik dari yang diharapkan," ujar Georgieva seperti dikutip CNBC International.

Menurut dia, semua itu tak lepas dari kebijakan-kebijakan luar biasa yang dilakukan oleh pemerintah dan otoritas moneter di berbagai belahan dunia.
"Pemerintah telah memberikan sekitar US$ 12 triliun dukungan fiskal kepada rumah tangga dan perusahaan. Dan kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya telah mempertahankan aliran kredit, membantu jutaan perusahaan untuk terus berbisnis," kata Georgieva.

Akan tetapi, ada sisi lain dari stimulus besar ini, yaitu meningkatnya utang pemerintah. Menurut IMF, global public debt di tahun ini akan mencapai rekor, yaitu 100% terhadap PDB.

"Risiko tetap tinggi, termasuk dari meningkatnya kebangkrutan dan valuasi yang meningkat di pasar keuangan dan banyak negara menjadi lebih rentan. Tingkat utang mereka meningkat karena respons fiskal mereka terhadap krisis dan kerugian besar pada output dan pendapatan," ujar Georgieva.

Di hari pertama pertemuan IMF-World Bank mendorong negara-negara di G20 agar memperpanjang masa penundaan pembayaran utang negara-negara kategori miskin.

Pada bulan April lalu, Bank Dunia dan para menteri keuangan negara-negara G20 meluncurkan program Debt Service Suspension Initiative (DSSI). Program tersebut ditujukan untuk menunda G20 melakukan penagihan utang bagi negara-negara kategori miskin hingga akhir tahun ini, agar negara-negara tersebut bisa fokus menanggulangi pandemi Covid-19.

IMF dan World Bank memberikan dukungan implementasi DSSI dengan memonitor belanja negara-negara miskin, memastikan transparansi publik, serta memastikan penarikan utang yang prudent.

Berdasarkan data yang dirilis World Bank pada 6 Oktober lalu, dengan estimasi benefit yang didapat dari program DSSI pada periode Mei-Desember 2020 sebesar US$ 11,55 miliar. Artinya, total nilai utang yang ditunda penagihannya ke negara-negara miskin sebesar itu.

Program DSSI sendiri akan berakhir pada Desember 2020 nanti, IMF dan World Bank mendorong G20 untuk memperpanjang program tersebut selama 6 bulan.

Presiden World Bank, David Malpass, kemarin mengatakan kreditor di G20 masih belum mencapai kesepakatan untuk memperpanjang DSSI. Beberapa negara dikatakan enggan untuk memperpanjang hingga satu tahun ke depan, dan kemungkinan akan ada kesepakatan perpanjangan selama 6 bulan.

"Saya pikir akan ada kompromi perpanjangan selama 6 bulan, yang dapat diperpanjang lagi tergantung dari keberlanjutan utang," kata Malpass sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (13/10/2020).

Menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 akan mengadakan pertemuan secara virtual pada hari Rabun nanti, dan diperkirakan akan ada kesepakatan perpanjangan 6 bulan.

Menurut Malpass dari estimasi benefit US$ 11,55 miliar pada periode Mei sampai Desember 2020, sudah terealisasi sebesar US$ 5 miliar, yang digunakan negara-negara miskin untuk menanggulangi Covid-19.

Data terbaru yang dipublikasikan World Bank Senin kemarin menunjukkan utang bilateral negara-negara miskin ke G20 mencapai US$ 178 miliar di tahun 2019, sebelum pandemi Covid-1i9 melanda. China menjadi kredtor terbesar dengan total 63% dari nilai kredit tersebut.

Malpass dan Georgieva mengatakan diperlukan penundaan pembayaran utang yang lebih besar bagi negara-negara miskin dan menengah, termasuk pengurangan pokok, guna menghindari "lost decade" atau stagnansi pertumbuhan ekonomi yang panjang akibat Covid-19.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular