
IMF-World Bank Minta G-20 Tunda Tagih Utang ke Negara Miskin

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia (World Bank/WB) dimulai sejak Senin (12/10/20220). Pertemuan yang berlangsung secara virtual ini menekankan perlunya lebih banyak kerja sama internasional guna menanggulangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19) dan memulihkan kembali perekonomian yang merosot ke jurang resesi.
Berdasarkan data dari Worldometer, lebih dari 38 juta orang dari lebih dari 200 negara di dunia ini terinfeksi virus corona. Jumlah korban meninggal sebanyak 1,085 juta orang, dan yang sembuh lebih dari 28,6 juta orang.
Selain memicu krisis kesehatan, pandemi Covid-19 juga memicu krisis ekonomi dunia. Meski demikian, Direktur Pelaksana, Kristalina Georgieva, beberapa hari lalu menyatakan krisis ekonomi tahun ini tidak seburuk perkiraan awal IMF.
Pada Juni lalu, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi 4,9% tahun ini. Namun, PDB dunia mencatatkan kinerja yang lebih baik dibanding ekspektasi IMF pada kuartal II dan III. Fakta-fakta itu diyakini akan membuat IMF merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan PDB tahun ini. Proyeksi itu akan diumumkan dalam waktu dekat.
"Gambaran hari ini tidak terlalu mengerikan. Kami sekarang memperkirakan bahwa perkembangan pada kuartal kedua dan ketiga lebih baik dari yang diharapkan," ujar Georgieva seperti dikutip CNBC International.
Menurut dia, semua itu tak lepas dari kebijakan-kebijakan luar biasa yang dilakukan oleh pemerintah dan otoritas moneter di berbagai belahan dunia.
"Pemerintah telah memberikan sekitar US$ 12 triliun dukungan fiskal kepada rumah tangga dan perusahaan. Dan kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya telah mempertahankan aliran kredit, membantu jutaan perusahaan untuk terus berbisnis," kata Georgieva.
Akan tetapi, ada sisi lain dari stimulus besar ini, yaitu meningkatnya utang pemerintah. Menurut IMF, global public debt di tahun ini akan mencapai rekor, yaitu 100% terhadap PDB.
"Risiko tetap tinggi, termasuk dari meningkatnya kebangkrutan dan valuasi yang meningkat di pasar keuangan dan banyak negara menjadi lebih rentan. Tingkat utang mereka meningkat karena respons fiskal mereka terhadap krisis dan kerugian besar pada output dan pendapatan," ujar Georgieva.
Di hari pertama pertemuan IMF-World Bank mendorong negara-negara di G20 agar memperpanjang masa penundaan pembayaran utang negara-negara kategori miskin.