Update Polling CNBC Indonesia

Pasar Kompak! Mungkin Cuma Keajaiban BI Turunkan Bunganya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 October 2020 13:14
Tes Swab
Ilustrasi Tes Swab Covid-19 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Well, dengan UU BI yang sekarang tentu berat bagi bank sentral untuk memikirkan hal lain di luar stabilitas nilai tukar rupiah. Padahal sekarang kondisinya ekonomi butuh 'perangsang' dari segala lini, termasuk kebijakan suku bunga.

Meski data resmi output ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) baru diumumkan awal November mendatang, tetapi dapat dipastikan Indonesia sudah masuk zona resesi.Berbagai indikator menunjukkan ekonomi Ibu Pertiwi tertekan di dua sisi sekaligus, produksi dan permintaan.

Di sisi produksi, aktivitas sektor manufaktur yang diukur oleh Purchasing Managers' Index (PMI) masih lemah. Rata-rata skor PMI pada kuartal III-2020 adalah 48,3. Masih di bawah 50, yang berarti industriawan masih 'tiarap' alias kontraksi. Belum ada ekspansi.

Sementara di sisi permintaan, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadi deflasi berturut-turut pada Juli-September 2020.

Suhariyanto, Kepala BPS, mengatakan fenomena deflasi disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah pasokan yang memadai sehingga tidak menimbulkan tekanan harga.

"Namun daya beli masyarakat juga rendah, sangat-sangat lemah. Ini ditunjukkan oleh inflasi inti yang terus menurun," ungkapnya.

Inflasi inti memang kerap dipakai untuk mengukur kekuatan daya beli. Sebab komponen ini berisi pengeluaran yang harganya susah naik-turun alias persisten. Jadi kalau harga barang dan jasa yang persisten saja sampai bergerak turun, artinya dunia usaha sudah desperate, terpaksa menurunkan harga saking rendahnya permintaan.

"Pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease-2019) menghantam dari dua sisi. Dari sisi supply dia terganggu karena adanya pembatasan aktivitas warga. Dari sisi demand, ada upaya menghambat penyebaran virus seperti dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sehingga permintaan rendah," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.

Oleh karena itu, PDB Indonesia pada kuartal III-2020 hampir pasti tumbuh negatif, tinggal menunggu pengumuman resmi saja. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Tanah Air sudah mengalami kontraksi 5,32%.

Kontraksi PDB dua kuartal beruntun adalah definisi dari resesi. Ini akan menjadi resesi pertama yang dialami Indonesia sejak 1999.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular