Newsletter

Dear Investor, IHSG Merosot 4% Lebih, Masa Gak Niat Nyerok?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 September 2020 06:10
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia  Anjlok
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri kembali melemah pada perdagangan Kamis kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,53% di level 4.842,75.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 508 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,8 triliun.

Sepanjang pekan ini, IHSG sudah merosot 4 hari beruntun, dengan total persentase 4,28%.

Nyaris tidak ada sentimen positif pada perdagangan Kamis kemarin, bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ambrol pada perdagangan Rabu waktu setempat, diikuti dengan merosotnya harga emas dunia menjadi indikasi sentimen pelaku pasar sedang tidak bagus. Alhasil IHSG ikut merosot.

Pada perdagangan hari ini, Jumat (25/9/2020) beberapa sentimen akan mempengaruhi pergerakan pasar, termasuk perpanjangan Pembasatan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta, yang akan dibahas di halaman 3. 

Tidak hanya IHSG, rupiah juga terpukul, melemah 0,44% ke Rp 14.845/US$. Mata Uang Garuda kini sudah melemah tiga hari beruntun.

Sementara itu dari obligasi Indonesia juga mengalami pelemahan, terlihat dari yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang naik 0,7 basis poin ke 6,912%.

Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harganya. Saat harga naik, yield akan turun, sementara saat harga turun yield akan naik.


Pernyataan Charles Evans, Presiden The Fed Chicago, membuat rupiah dan SUN tertekan.

Berbicara lewat daring di acara Official Monetary dan Financial Institution Forum, Evans mengatakan ekonomi AS berisiko dalam jangka panjang, mengalami pemulihan yang lambat, dan tidak bisa langsung keluar dari resesi tanpa bantuan stimulus fiskal. Evans juga melihat open-ended program pembelian aset The Fed (quantitative easing/QE) mampu menyediakan bagian penting untuk pemulihan ekonomi.

"Pernyataan Evans sangat hawkish. Ia menyebutkan QE dan menaikkan suku bunga sebelum target inflasi tercapai. Hal tersebut mengejutkan pasar," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda New York, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (22/9/2020).

"Segera setelah kita berhasil mengatasi virus corona, anda akan melihat ekspektasi kenaikan suku bunga meningkat, dan seharusnya membuat dolar terus menguat," tambahnya.

Evans bukan merupakan anggota komite pembuat kebijakan moneter (Federal Open Market Committee/FOMC) di tahun ini, sehingga ia tak memiliki suara dalam memutuskan suku bunga. Tetapi pada tahun depan ia akan menjadi anggota FOMC, sehingga pasar melihat ada kemungkinan suku bunga akan naik sebelum 2023.

Ketika suku bunga di AS naik, maka selisih yield dengan Indonesia akan menipis, sehingga aliran modal berisiko keluar dari Indonesia dan menuju Negeri Paman Sam.

Bursa saham AS (Wall Street) bergerak liar pada perdagangan Kamis waktu setempat, tetapi di akhir perdagangan mampu membukukan penguatan. 

Indeks Dow Jones di awal perdagangan menguat lebih dari 300 poin, sebelum berbalik melemah 226 poin. Di akhir perdagangan, Dow Jones berhasil menguat 52,31 poin atau 0,2% ke 26.815,44.

Indeks S&P 500 menguat 0,3% ke 3.246,49, dan Nasdaq naik 0,4% ke 10.672,27.

Saham-saham teknologi yang mengalami aksi jual beberapa hari terakhir juga akhirnya bangkit. Apple dan Alphabet masing-masing menguat 1%m Microsoft memimpin sebesar 1,3%. Amazon, Facebook dan Netflix mencatat penguatan di bawah 1%.

Beberapa data ekonomi yang dirilis di AS juga mempengaruhi pergerakan Wall Street. Klaim tunjangan pengangguran dilaporkan sebanyak 870 ribu orang dalam sepekan yang berakhir 19 September, lebih banyak dari estimasi Dow Jones 850 ribu klaim.

Sementara itu penjualan rumah baru dilaporkan lebih dari 1 juta unit di bulan Agustus, lebih banyak dari estimasi ekonom yang disurvei Dow Jones sebanyak 898 ribu unit.

Data yang bervariasi tersebut turut memicu pergerakan liar Wall Street kemarin.

"Investor memperhatikan seperti apa pemulihan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan. Beberapa bagian ekonomi bekerja dengan baik, tetapi beberapa sektor juga kembali melambat," kata Megan Horneman, direktur strategi portofolio di Verdence Capital Advisors, sebagaimana dilansir CNBC International.

Selain itu, stimulus fiskal yang dinanti-nanti juga tak kunjung ada titik terang. Partai Demokrat dilaporkan akan menyiapkan paket stimulus senilai US$ 2,4 triliun dan akan di-voting pada pekan depan. Tetapi nilai tersebut jauh lebih besar ketimbang nilai yang akan disetujui Partai Republik dan pemerintah AS. Sehingga ada kemungkinan stimulus kembali mandek.

Tanpa stimulus fiskal, Goldman Sachs kini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 3% di kuartal IV-2020, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 6%.

Wall Street yang menjadi kiblat bursa saham dunia bisa memberikan hawa positif ke pasar Asia dan IHSG pada perdagangan hari ini, Jumat (25/9/2020). Meski penguatannya tidak terlalu besar, tetapi setidaknya bisa memberikan gairah di pasar, apalagi IHSG sudah merosot lebih 4% sepanjang pekan ini.

IHSG juga berada di level terendah dalam lebih dari 3 bulan terakhir, tentunya bisa memicu aksi bargain hunting, yang dapat membawa bursa kebanggaan Tanah Air ini kembali ke zona hijau.

Harga emas dunia juga membukukan penguatan pada perdagangan Kamis, sehingga kecemasan akan terjadinya aksi jual di berbagai aset seperti bulan Maret mulai mereda, "cash is the king" belum akan terjadi lagi.

Indeks dolar AS yang menguat tajam dalam 3 hari sebelumnya juga akhirnya melemah tipis 0,06% pada perdagangan Kamis kemarin. Hal ini tentunya memberikan peluang bagi rupiah untuk kembali menguat pada hari ini.

Kabar baik lainnya, Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak, kemarin mengumumkan paket stimulus untuk tenaga kerja, menggantikan stimulus lama yang akan berakhir bulan depan.

Dalam skema yang baru, pemerintah akan memberikan tambahan upah bagi para pekerja, dan akan berlangsung selama 6 bulan mulai November. Pekerja yang akan mendapat tambahan upah harus bekerja minimal sepertiga dari waktu normal. Pemberi kerja akan memberikan upah sepertiga dari normal, dan sisanya akan disubsidi pemerintah.

Paket stimulus ini ditujukan untuk bisnis kecil dan menengah di seluruh Inggris.

"Saya tidak bisa menyelamatkan semua bisnis, saya tidak bisa menyelamatkan semua pekerja, tidak ada menteri keuangan yang bisa, tapi apa yang bisa dan harus kita lakukan adalah menyelesaikan masalah sebenarnya yang dihadapi dunia usaha dan tenaga kerja saat ini," kata Sunak.

Sunak juga mengumumkan VAT Rate atau pajak penjualan sebesar 5% akan diperpanjang hingga 31 Maret 2021. VAT Rate sebelum pandemi Covid-19 melanda sebesar 20%.

Sementara itu dari dalam negeri, Pemprov DKI Jakarta memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta. PSBB ketat ini diperpanjang 2 pekan sampai 11 Oktober 2020.

Perpanjangan tersebut tentunya sudah diantisipasi pelaku pasar, sebab penambahan kasus Covid-19 di Jakarta masih tinggi.

Meski demikian, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengklaim kini mulai tampak tanda-tanda pelandaian kasus positif dan kasus aktif di Jakarta, seiring dengan berkurangnya mobilitas warga saat dilakukan pengetatan PSBB. Pada 12 hari pertama bulan September, pertambahan kasus aktif sebanyak 49% atau 3.864 kasus. Pada periode PSBB, yakni 12 hari berikutnya, penambahan jumlah kasus aktif masih terjadi, namun berkurang menjadi 12% atau 1.453 kasus.

"Pelandaian grafik kasus aktif bukanlah tujuan akhir. Kita masih harus terus bekerja bersama untuk memutus mata rantai penularan. Pemerintah terus tingkatkan 3T dan warga perlu berada di rumah dulu, hanya bepergian bila perlu sekali dan terapkan 3M," imbau Anies.



Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Produksi Industri Singapura (12:00 WIB)
  2. Tingkat keyakinan konsumen dan bisnis Italia (15:00 WIB)
  3. Pesanan barang tahan lama AS (19:30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (Agustus 2020 YoY)

1,32%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (Agustus 2020)

US$ 137,04 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular