
Lupakan Resesi Indonesia, IHSG Siap Menguat Lagi!

Wall Street yang menguat cukup tajam pada perdagangan Selasa dapat membantu IHSG menguat pada hari ini. Sebagai kiblat bursa saham dunia, penguatan Wall Street tentu saja menginspirasi penguatan bursa lainnya.
Sementara itu, seperti disebutkan di halaman 1, Sri Mulyani mengatakan Kemenkeu memprediksi perekonomian di kuartal III-2020 minus 2,9% sampai minus 1,0%. Melihat prediksi tersebut, resesi pasti terjadi di Indonesia, dan menjadi yang pertama sejak tahun 1999.
Suatu negara dikatakan mengalami resesi saat produk domestic bruto (PDB) minus 2 kuartal berturut-turut secara tahunan (year-on-year/YoY).
Artinya saat PDB kuartal III-2020 nanti dirilis akan menjadi pengesahan resesi. Tetapi kemerosotan ekonomi tersebut sebenarnya sudah terjadi dan dirasakan saat ini. Rilis data PDB hanya sebagai pengesahan.
Sri Mulyani juga mengatakan untuk sepanjang 2020, PDB diproyeksikan berada di -0,6% sampai -1,7%.
Resesi memang sulit dihindari, sebab Indonesia, bahkan dunia sedang bergelut dengan krisis kesehatan akibat virus corona. Negara-negara dihadapkan pada pilihan mengutamakan kesehatan atau perekonomian. Pemerintah secara tegas menyatakan keduanya harus berjalan bersama, meski demikian roda bisnis tentu saja tidak bisa berputar dengan cepat.
Kasus Covid-19 sedang terus menanjak di Indonesia, sehingga DKI Jakarta kembali menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat ketimbang PSBB transisi.
Tetapi tidak hanya Indonesia, Inggris kini kembali mengetatkan kebijakannya. Perdana Menteri (PM) Boris Johnson Selasa kemarin mengatakan Inggris kini berada di "titik balik yang berbahaya" sehingga ia perlu mengambil tindakan.
Pengetatan dilakukan dengan membatasi jam operasional restoran dan pub, maksimal boleh buka hingga pukul 22:00 WIB. Pembatasan tersebut kemungkinan akan berlaku selama 6 bulan ke depan.
Selain itu, warga yang bisa hadir di acara pernikahan kembali dikurangi menjadi 15 orang saja. Warga yang bisa bekerja di rumah harus melakukan itu. Tempat olahraga batal dibuka kembali pada 1 Oktober mendatang.
Meski PM Johnson kembali melakukan pengetatan, tetapi indeks FTSE 500 tetap menguat 0,43%.
Penguatan Wall Street dan FTSE 500 tersebut bisa menjadi inspirasi bagi IHSG untuk menguat, lupakan resesi karena memang susah untuk dihindari. Yang terpenting adalah bagaimana perekonomian bisa segera bangkit lagi setelah terpuruk, jangan sampai resesi berlarut-larut.
Siang nanti, dari Eropa akan dilaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan jasa dari Eropa. Jika sektor manufaktur masih mempertahankan ekspansi, atau bahkan meningkat lagi, tentunya akan menambah sentimen positif di pasar.
Sementara itu rupiah dan SUN berisiko tertekan hari ini, sebab dolar AS sedang kuat-kuatnya merespon pernyataan Presiden The Fed Chicago, Carles Evans. Indeks dolar AS kemarin naik 0,34% ke 93,974, yang merupakan level tertinggi sejak 27 juli lalu.
Berbicara lewat daring di acara Official Monetary dan Financial Institution Forum, Evans mengatakan ekonomi AS berisiko dalam jangka panjang, mengalami pemulihan yang lambat, dan tidak bisa langsung keluar dari resesi tanpa bantuan stimulus fiskal. Evans juga melihat open-ended program pembelian aset The Fed (quantitative easing/QE) mampu menyediakan bagian penting untuk pemulihan ekonomi.
"Pernyataan Evans sangat hawkish. Ia menyebutkan QE dan menaikkan suku bunga sebelum target inflasi tercapai. Hal tersebut mengejutkan pasar," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda New York.
"Segera setelah kita berhasil mengatasi virus corona, anda akan melihat ekspektasi kenaikan suku bunga meningkat, dan seharusnya membuat dolar terus menguat," tambahnya.
Evans bukan merupakan anggota komite pembuat kebijakan moneter (Federal Open Market Committee/FOMC) di tahun ini, sehingga ia tak memiliki suara dalam memutuskan suku bunga. Tetapi pada tahun depan ia akan menjadi anggota FOMC, sehingga pasar melihat ada kemungkinan suku bunga akan naik sebelum 2023. Hal ini membuat rupiah dan SUN berisiko tertekan hari ini.
(pap/pap)