Newsletter

'Joget' TikTok Bisa Buat IHSG-Rupiah Ceria Hari ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 September 2020 06:20
Logo Tiktok AP/
Foto: Logo Tiktok AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri menguat pada pekan lalu, sentimen dipengaruhi pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, dan Bank Indonesia.

Sentimen dari bank sentral tersebut masih akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan di dalam negeri pada hari ini, Senin (21/9/2020), selain juga isu lainnya seperti "joget" TikTok yang berpotensi membawa pasar keuangan dalam negeri ceria. Sentimen penggerak pasar hari ini akan di bawah di halaman 3.

Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penguatan 0,85% ke 5.059,223. Meski demikian, kinerja positif tersebut terbantu penguatan tajam 2,9% di hari Senin (14/9/2020), setelahnya IHSG melemah 3 hari bertuntun, sebelum menguat lagi di hari Jumat lalu.

Rupiah membukukan penguatan 0,87% ke Rp 14.730/US$ pada pekan lalu. Dalam 5 hari perdagangan, rupiah hanya melemah di hari Senin, setelahnya membukukan penguatan 4 hari beruntun.

Sementara dari pasar obligasi, Surat Utang Negara (SUN) juga mengalami penguatan. Yield SUN tenor 10 tahun turun 5,9 basis poin (bps) menjadi 6,915%.

Sebagai informasi, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harganya. Saat harga naik, yield akan turun, sementara saat harga turun yield akan naik. 

Dari dalam negeri, pada Selasa (15/9/2020) Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan angka impor Indonesia pada Agustus 2020 sebesar US$ 10,74 miliar. Turun 24,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor mengalami kontraksi 18,78% YoY. Sedangkan konsensus versi Reuters memperkirakan kontraksi yang lebih dalam yaitu mencapai 20,58% YoY.

Dengan nilai ekspor sebesar US$ 13,07 miliar, maka neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 membukukan surplus US$ 2,33 miliar. Lebih tinggi ketimbang konsensus CNBC Indonesia yang memperkirakan US$ 2,11 miliar maupun Reuters dengan proyeksi US$ 2,16 miliar.

Rilis tersebut membuat IHSG melemah, tetapi rupiah menguat, sebab memberikan 2 gambaran. Impor yang merosot tajam berarti permintaan dari dalam negeri belum pulih, artinya roda bisnis masih berjalan lambat. Sehingga resesi sepertinya hampir pasti terjadi di kuartal III-2020.

Di sisi lain, surplus neraca dagang yang dicatat artinya pasokan devisa bertambah, yang dapat menjadi tenaga bagi rupiah untuk menguat. Neraca dagang yang mencetak surplus dalam 4 bulan beruntun tentunya bisa menipiskan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia. Jika dilihat sepanjang tahun ini, neraca dagang Indonesia hanya mencatat defisit sebanyak 2 kali di bulan Januari dan April.

2 gambaran yang diberikan dari satu data neraca dagang tersebut membuat IHSG melemah sementara rupiah menguat.

Hawa negatif bagi bursa saham dalam negeri bertambah setelah bursa saham AS (Wall Street) terus mengalami aksi jual usai pengumuman kebijakan moneter The Fed pada Kamis (17/9/2020) dini hari waktu Indonesia.

The Fed masih mempertahankan kebijakannya dan tidak memberikan stimulus tambahan. Di hari yang sama, Bank Indonesia (BI) juga mempertahankan suku bunga sebesar 4%, akibatnya IHSG kembali melemah, rupiah dan SUN menguat.

Berlanjutnya aksi jual di saham-saham teknologi membuat Wall Street membukukan penguatan 3 pekan beruntun. Sebagai kiblat bursa saham dunia, buruknya kinerja Wall Street tentunya membebani kinerja IHSG pada pekan lalu hingga sempat melemah 3 hari beruntun. Menjadi penurunan mingguan terpanjang sejak tahun lalu.

Bursa saham AS sebenarnya masih menguat di awal pekan, aksi jual terjadi di 3 perdagangan terakhir.

Indeks S&P 500 melemah 0,64% ke 3.319,47. S&P 500 kini berada di level terendah sejak 5 Agustus, dan sudah merosot lebih dari 7% sejak mencapai rekor penutupan tertinggi sepanjang masa pada 2 September lalu.

Indeks Dow Jones melemah tipis 0,03% ke 27.657,42 sepanjang pekan lalu, sementara indeks Nasdaq melemah 0,56% ke 10.793,282.

Saham-saham raksasa teknologi mengalami penurunan tajam pada pekan lalu. Facebook dan Amazon melemah lebih dari 5%. Alphabet, Netflix, Apple, dan Microsot juga mengalami kemerosotan. Sepanjang September, semua saham teknologi tersebut mengalami penurunan setidaknya 10%, Apple bahkan turun 17,2%. Sementara sejak mencapai puncak tertinggi, saham Apple sudah merosot 22,6%, dan kehilangan kapitalisasi pasar sebesar US$ 500 miliar.

Aksi jual di Wall Street juga terjadi belum adanya tanda-tanda stimulus tambahan guna menanggulangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19) dan membangkitkan kembali perekonomian.

The Fed saat mengumumkan kebijakan moneter menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023, sementara program pembelian aset (quantitative easing/QE) masih akan dilakukan dengan nilai yang sama seperti saat ini. Artinya, tidak ada stimulus tambahan dari bank sentral paling powerful di dunia tersebut.

Sementara itu dari pemerintah, Presiden AS Donald Trump, mengindikasikan stimulus yang lebih besar dari US$ 2 triliun. Meski demikian Partai Republik, dan Demokrat masih belum sepakat akan besarnya stimulus tambahan yang akan digelontorkan.

Ketegangan AS dengan China juga memperburuk sentimen pelaku pasar, hal ini terjadi setelah Pemerintah AS mengatakan akan memblokir TikTok dan WeChat pada minggu (20/9/2020). Rencana tersebut muncul di tengah upaya Oracle menjadi mitra TikTok di AS, dan menjadi pemegang sama minoritas.

Kabar buruk pada pekan lalu terkait TikTok akan menjadi kabar positif di awal pekan ini yang bisa membuat pasar saham ceria.

Presiden Donald Trump pada Sabtu (19/9/2020) telah menyetujui kesepakatan secara prinsip antara Oracle dan Walmart yang akan menjadi mitra dengan TikTok di AS. Dengan demikian, TikTok tidak tidak jadi diblokir di AS Minggu kemarin.

Hal ini tentunya menjadi kabar bagus yang bisa membuat hubungan AS dengan China membaik.

"Saya sudah merestui kesepakatan itu, jika mereka menyelesaikannya itu akan bagus, jika tidak juga tidak apa-apa. Saya menyetujui kesepakatan secara prinsip," kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International, Sabtu (19/9/2020).

Setelah pernyataan tersebut, Oracle mengumumkan menjadi provider cloud TikTok dan menjadi pemegang saham minoritas sebesar 12,5%. TikTok juga mengkonfirmasi pernyataan Oracle, serta menambahkan sedang bernegosiasi dengan Walmart sebagai mitra komersial.

Sementara Walmart, mengatakan untuk sementara setuju membeli 7,5% saham TikTok, sehingga ByteDance selaku induk TikTok akan memiliki 80% saham.

TikTok juga mengatakan akan memperluas kantor pusatnya di AS, dan membuka 25.000 lowongan di seluruh AS.

"Joget" TikTok di AS tersebut tentunya bisa memberikan sentimen positif di awal pekan ini, tidak hanya ke IHSG, rupiah dan SUN tentunya juga akan terangkat saat sentimen pelaku pasar membaik.

Kala sentimen pelaku pasar membaik, aliran modal tentunya masuk ke Indonesia yang memberikan imbal hasil tinggi. SUN akan kembali diburu investor asing, dan menjadi modal bagi rupiah untuk kembali menguat.

Seperti disebutkan sebelumnya, The Fed pada pekan lalu menyatakan suku bunga <0,25% akan ditahan hingga tahun 2023. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4%. Dengan demikian suku bunga Deposit Facility juga tetap sebesar 3,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, BI tetap mempertahankan suku bunga acuan pada September ini dengan mempertimbangkan berbagai hal mulai dari inflasi hingga sistem keuangan baik di domestik maupun global.

"Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah," ujar Perry melalui konferensi pers virtual, Kamis (17/9/2020).

Dengan dipertahankannya suku bunga sebesar 4%, imbal hasil berinvestasi di Indonesia menjadi relatif lebih tinggi, sehingga lebih menarik bagi investor khususnya ketika kondisi perekonomian mulai global mulai bangkit.

Untuk diketahui, yield SUN tenor 10 tahun saat ini di level 6,915% sementara obligasi AS (Treasury) tenor yang sama di level 0,6940%. Artinya ada selisih yield lebih dari 6%. Itu pun belum dipotong inflasi, yang bisa jadi membuat real return Treasury AS menjadi minus. Sehingga saat sentimen pelaku pasar membaik, karena TikTok, aliran modal akan kembali ke pasar obligasi dalam negeri, harganya akan menguat, dan menjadi modal bagi rupiah untuk kembali menguat.

Selain itu, bank sentral China (People's Bank of China) PBC hari ini akan mengumumkan suku bunga loan prime rate (LPR) tenor 1 tahun dan 5 tahun. Konsensus di Trading Economics menunjukkan LPR tenor 1 tahun tetap dipertahankan di 3,85%, dan LPR 5 tahun di 4,65%.

Tetapi jika ada kejutan penurunan suku bunga maupun pelonggaran lainnya, sentimen pelaku pasar tentunya akan semakin membaik.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Pengumuman suku bunga (loan prime rate tenor 1 dan 5 tahun) China (08:30 WIB).
  2. Pidato Ketua The Fed, Jerome Powell (21:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indiator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (Agustus 2020 YoY)

1,32%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (Agustus 2020)

US$ 137,04 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular