
"Merayu" Gojek dkk IPO di Bursa RI, Ini Bocoran Strategi BEI

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan terus mendorong agar perusahaan rintisan berbasis teknologi di Indonesia bisa mencatatkan saham perdana di pasar modal Tanah Air.
Komisaris BEI, Pandu Sjahrir menuturkan, ruang untuk tumbuh bagi perusahaan rintisan atau startup di pasar modal masih cukup besar.
Terlebih lagi, saat ini jumlah investor di pasar saham Tanah Air, berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), telah mencapai lebih dari 3 juta investor per Juli 2020.
Untuk itu, tidak menutup kemungkinan, dengan masuknya perusahaan rintisan berbasis teknologi dengan valuasi besar seperti Gojek, Tokopedia dan Bukalapak, akan ikut mendorong kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian jika mencatatkan saham di pasar modal domestik.
Dijelaskan Pandu, salah satu mendorong demand investor lebih banyak berinvestasi di bursa adalah dengan mendatangkan perusahaan-perusahaan besar, terutama di sektor teknologi.
Hal ini sudah terlihat pada tren 20 perusahaan terbesar bursa di Wall Street didominasi oleh perusahaan teknologi seperti Amazon, Facebook, Google hingga Apple Inc.
"Kita melihatnya bagus dari direksi bursa jemput bola the highest quality company, big elephant," katanya, dalam acara webinar, dikutip Jumat (18/9/2020).
"Ini kesempatan bagaimana introduce supply companies yang berafiliasi teknologi, atau berorientasi teknologi," jelas dia.
Meski diakuinya, hal ini bukan berarti tanpa tantangan. Beberapa perusahaan rintisan dengan valuasi unicorn masih enggan melantai di pasar saham, salah satunya, karena pertimbangan dari sisi profitabilitas, perusahaan rintisan tersebut masih mencatatkan kerugian.
Unicorn adalah sebutan untuk startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15 triliun (kurs Rp 14.700/US$).
Di sisi lain, perusahaan rintisan juga menerapkan sistem dwi kepemilikan atau dual share. Terakhir, katanya, peluang bagi perusahaan rintisan untuk masuk dalam daftar indeks 45 saham paling likuid atau LQ45 juga relatif kecil dengan regulasi yang berlaku saat ini.
Secara terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyampaikan, otoritas bursa secara aktif melaksanakan diskusi mengenai perkembangan pasar modal baik dengan unicorn maupun dengan perusahaan lainnya.
"Kegiatan sosialisasi go public dilakukan dengan menggunakan media daring, baik secara one-on-one bersama direksi dan pemilik perusahaan, maupun dengan konsep webinar," kata Nyoman, Rabu (9/9/2020).
Nyoman melanjutkan, diharapkan BEI dapat menjadi rumah untuk bertumbuh bagi seluruh perusahaan, tidak hanya terbatas untuk perusahaan-perusahaan yang berskala besar.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apa Kabar Rencana IPO Gojek Cs? Ini Update dari BEI
