Polling CNBC Indonesia

Inflasi Juni Diramal Rendah, Tanda Daya Beli Bermasalah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 June 2020 10:02
Blok M Plaza Sepi Pengunjung
Foto: Pengunjung melintas di Blok M Plaza, Jakarta, Kamis (7/2/2019). Blok M pernah jadi primadona pusat perbelanjaan Jakarta pada periode 1990 hingga awal 2000-an, namun saat ini sepi. (CNBC Indonesia / Andrean Kristianto)

Dalam kondisi normal, inflasi yang semakin rendah, apalagi buat negara berkembang seperti Indonesia, adalah pertanda baik. Negara berkembang dicirikan dengan permintaan yang masih terus tumbuh sementara kapasitas dunia usaha terbatas sehingga terjadi tekanan harga karena kurangnya pasokan. Cost push inflation.

Jadi ketika inflasi rendah, maka artinya pasokan mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan. Dunia usaha sudah mampu meningkatkan kapasitas produksi, yang berarti peningkatan produktivitas, daya saing, dan penciptaan lapangan kerja.

Itu saat kondisi normal. Pandemi virus corona menciptakan zaman edan, apa-apa menjadi tidak normal.

Demi meredam penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini, pemerintah mengedepankan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Seluruh aktivitas non-esensial ditutup sementara, bahkan kapasitas transportasi umum dikurangi. Warga diminta untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah untuk menghindari terjadinya kerumunan yang membuat virus corona lebih mudah menyebar.

Akibatnya, pabrik kekurangan karyawan karena wajib mematuhi PSBB. Banyak pabrik yang terpaksa berhenti beroperasi total, ada pula yang masih berjalan tetapi dengan penurunan kapasitas produksi.

Produksi barang pun menjadi sangat terbatas. Dalam laporan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur periode Mei, IHS Markit melaporkan hasil produsi (output) masih mengalami penurunan tajam.

Semestinya penurunan produksi membuat harga naik, bukan? Dalam kondisi normal iya, tetapi pada zaman bubrah seperti sekarang, itu tidak berlaku. Sebab PSBB tidak hanya menekan produksi tetapi juga permintaan.

Bagaimana perminyaan bisa naik, wong masyarakat #dirumahaja? Makan-tidur-makan-tidur saja, tidak jajan di luar, nge-mal, ngopi-ngopi cantik, nonton bioskop, karaoke, dan sebagainya.

"Covid-19 membuat industri manufaktur terpukul. Output memang turun drastis pada Mei, tetapi juga dibarengi oleh anjloknya permintaan baru (new order)," sebut laporan IHS Markit.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular