
Inflasi Juni Diramal Rendah, Tanda Daya Beli Bermasalah

Selain aktivitas masyarakat yang sangat terbatas akibat PSBB, penurunan permintaan juga disebabkan oleh gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Tidak sedikit pengusaha yang melambaikan tangan ke kamera tanda menyerah, karena keterbatasan produksi dan penurunan penjualan.
Per 27 Mei, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sudah 3.066.567 pekerja yang terdampak pandemi corona. Sebanyak 1.757.464 orang sudah melalui proses cleansing, sudah jelas siapa dan di mana tempat tinggalnya. Sedangkan sisanya masih ditelusuri.
Dari 1.757.464 pekerja tersebut, sebanyak 380.221 orang adalah korban PHK di sektor formal dan 1.058.284 dirumahkan (furlough). Sisanya adalah pekerja sektor informal.
Saat tidak ada mata pencarian, para korban PHK itu tentu tidak bisa melakukan konsumsi seperti biasanya. Harus ada bagian dana yang disimpan sampai mendapat pekerjaan lagi.
Sedangkan bagi yang belum menjadi korban PHK juga ada kekhawatiran. Amit-amit, tetapi dalam situasi seperti sekarang 'vonis' PHK bisa datang kapan saja. Oleh karena itu, lebih baik mempersiapkan diri dengan berhemat karena tidak ada yang tahu besok masih bisa bekerja atau tidak.
Kecemasan terhadap ketersediaan lapangan kerja ini tergambar dari survei konsumen BI. Pada Mei, indeks Ketersediaan Lapangan Kerja anjlok ke 28,2.
"Optimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini semakin menurun sejalan dengan banyaknya tenaga kerja yang terkena PHK dan dirumahkan sebagai dampak pandemi Covod-19. Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja yang telah direkonsiliasi bersama BPJS Ketenagakerjaan, per 27 Mei 2020 jumlah tenaga kerja yang terdampak pandemi Covid-19, baik dirumahkan maupun terkena PHK, sebanyak 1,79 juta pekerja," papar laporan BI.
So, wajar saja inflasi domestik begitu rendah bahkan ada peluang deflasi. Alih-alih menjadi kabar baik, inflasi rendah semakin menegaskan bahwa daya beli rakyat sedang bermasalah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)