Jika RI Resesi, Pengangguran & Kemiskinan Bisa Kayak 1998?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 June 2020 14:37
Potret Kampung Cawang  diKepung Apatemen Mewah
Foto: CNBC Indonesia/Tri Susilo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat bayang-bayang resesi kembali mendekati Indonesia. Resesi adalah resultan dari penyusutan aktivitas ekonomi, yang salah satu gambarannya adalah peningkatan angka pengangguran dan kemiskinan.

Pada kuartal II-2020, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut sepertinya ekonomi Indonesia bakal terkontraksi (tumbuh negatif) -3,1%. Ada kemungkinan ekonomi Tanah Air kembali negatif pada kuartal berikutnya.

Awalnya, Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa ekonomi akan kembali tumbuh positif pada kuartal III-2020 meski hanya mendekati 0%. Dengan begitu, Indonesia bisa terhindar dari resesi karena kontraksi tidak terjadi pada dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.

Namun terjadi dinamika, dan pemerintah keluar dengan 'ramalan' terbaru. Sri Mulyani menyebutkan sebenarnya ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 1,4% pada kuartal III dan IV, dengan syarat belanja negara terserap dengan baik dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terus direlaksasi.

"Kalau tidak, maka (pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020) bisa -1,6%. Itu technically resesi. Kalau kuartal III negatif, secara teknis Indonesia bisa masuk ke zona resesi," ungkap Sri Mulyani.

Pertanda ke arah sana mulai terlihat. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) belum selesai. Per 12 Mei, total pekerja yang dirumahkan dan 'divonis' PHK adalah 1.727.913 orang.

Walau sekarang sudah ada relaksasi PSBB, tetapi situasinya belum seperti dulu. Restoran, pusat perbelanjaan, sampai lokasi wisata memang sudah boleh beroperasi, tetapi jumlah pengunjung dibatasi maksimal 50%. Sekolah juga masih diliburkan.

So, roda ekonomi memang sudah berputar setelah mati suri selama berbulan-bulan. Namun lajunya masih sangat lambat. Oleh karena itu, tidak heran PHK masih saja terjadi karena dunia usaha tidak bisa menjalankan bisnis dalam kapasitas optimal.

Ketika PHK begitu marak, otomatis angka pengangguran naik (ya iyalah!). Saat angka pengangguran naik, angka kemiskinan pun ikut terdongrak.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penganggur per Februari 2020 adalah 6,88 juta atau 4,99%. Ini adalah yang terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Sementara jumlah penduduk miskin pada September 2019 adalah 24,79 juta orang atau 9,22%. Turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 25,67 juta orang (9,66%) dan juga menjadi yang terendah sepanjang sejarah.

Namun gara-gara ekonomi yang mati segan hidup tak mau, angka kemiskinan dan pengangguran terancam naik. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan tingkat pengangguran pada 2020 bisa naik ke kisaran 7,8-8,5%. Sementara tingkat kemiskinan bertambah menjadi 9,7-10,2%.

Kali terakhir Indonesia mengalami resesi adalah saat krisis multidimensi 1998 atau yang akrab disapa krisis moneter alias krismon. Indonesia mengalami kontraksi pada seluruh kuartal sehingga untuk keseluruhan tahun kontraksinya mencapai -13,02%.

Saat itu, angka pengangguran dan kemiskinan naik pesat. Jumlah penganggur pada 1998 adalah 2,04 juta. Melonjak 12,16% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan populasi penduduk miskin pada 1998 mencapai 49,5 juta. Meroket 45,54% dibandingkan 1997.

Pengalaman resesi 1998 sangat tidak enak, menjadi pengalaman yang traumatis bagi seluruh bangsa Indonesia. Semoga kita tidak lagi mengalami mimpi buruk itu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular