Asia Belum Aman! Begini Prediksi Pasar versi Morgan Stanley

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 June 2020 14:55
Morgan Stanley
Foto: Morgan Stanley (REUTERS)

Jakarta, CNBC Indoneisa - Bank investasi global yang berbasis di New York ASMorgan Stanley, mengingatkan risiko terjadinya gelombang kedua (second wave) pandemi Covid-19 di negara-negara di Asia di tengah pembukaan kembali aktivitas ekonomi di negara-negara kawasan Asia tersebut.

Seperti diketahui, usai dibukanya pelonggaran karantina wilayah (lockdown), beberapa negara memang mencatatkan penambahan jumlah kasus positif harian yang tinggi. Misalnya terjadi di Texas, AS.

Situasi yang sama, di Indonesia, jumlah kasus harian pun sempat menyentuh level tertinggi di atas 1.000 kasus positif pada 9 Juni 2020 usai pemerintah mulai melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada awal Juni.

"Di tengah pembukaan kembali kegiatan ekonomi di beberapa negara di Asia, perhatian semua pihak tertuju pada risiko gelombang kedua dan dampaknya pada permintaan domestik," tulis Morgan Stanley, Jumat (12/6/2020), dalam riset bertajuk Tracking Covid-19 Second Wave and Macro Recovery.

Sejauh ini, pembukaan kembali beberapa aktivitas ekonomi mempengaruhi peningkatan mobilitas dan beberapa negara Asia dan menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi terjadi bertahap.

Morgan Stanley mencatat, beberapa negara Asia membuka aktivitas perekonomian dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat pada akhir April dan Mei 2020. Sedangkan, Indonesia dan Singapura baru melonggarkan pembatasan sosial pada awal Juni.

Ada banyak hal yang diterapkan saat pembukaan ekonomi kembali, fokusnya adalah seberapa besar kemungkinan gelombang kedua dan implikasi pada permintaan domestik.

Morgan Stanley, 12 Juni 2020Foto: Morgan Stanley, 12 Juni 2020
Morgan Stanley, 12 Juni 2020

Di China dan Korea misalnya, insiden baru kasus positif pada kelompok tertentu masih relatif kecil. Sedangkan di Taiwan, Hong Kong, Thailand, dan Malaysia, kasus harian Covid-19 telah menurun dan tetap dipantau meskipun kegiatan ekonomi telah dibuka.

"Namun, terdapat risiko pada situasi COVID-19 di India, Indonesia, dan Filipina," lanjut Morgan Stanley.

Berdasarkan riset Morgan Stanley, dilihat dari indikator mobilitas di beberapa negara Asia, mobilitas relatif lebih baik terjadi pada ekonomi negara yang telah lebih dahulu menerapkan pembatasan sosial ringan dan yang tidak menerapkan karantina wilayah.

Sedangkan, bila dilihat dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur dan sektor jasa umumnya, masih tetap stabil di bulan Mei 2020.

"China masih memimpin dalam pemulihan ekonomi secara global akibat stimulus kebijakan yang mendorong pemulihan ekonomi," papar Morgan Stanley.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Morgan Stanley: Resesi Kali Ini Tak Seperti Great Depression

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular