
Morgan Stanley: Resesi Kali Ini Tak Seperti Great Depression
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 March 2020 14:58

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Pandemi virus corona (COVID-19) benar-benar membuat perekonomian global merosot, bahkan terancam mengalami resesi. Bukan terancam lagi, sepertinya Cuma keajaiban yang bisa membuat perekonomian global lepas dari resesi di semester I-2020.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, hingga hari ini sudah lebih dari 160 negara terpapar COVID-19, menjangkiti lebih dari 380.000, dengan korban meninggal lebih dari 16.000 orang, dan lebih dari 100.000 orang dinyatakan sembuh.
China yang menjadi asal COVID-19 sekaligus negara dengan jumlah kasus terbanyak sudah mampu meredam penyebarannya. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan episentrum COVID-19 kini berpindah ke Eropa.
Meski demikian bukan berarti penyebaran di Asia terhenti atau melambat. Di beberapa negara seperti Singapura dan India jumlah kasus kembali melonjak.
Akibat pandemi tersebut, banyak negara yang menerapkan kebijakan karantina (lockdown) wilayah bahkan satu negara seperti Italia. Dampaknya aktivitas ekonomi global menurun drastis sehingga pertumbuhan ekonomi akan tertekan bahkan terkontraksi.
Bank Investasi ternama, Morgan Stanley, mengatakan resesi yang terjadi di tahun ini kemungkinan akan cukup dalam tetapi tidak seperti depresi besar (Great Depression) tahun 1930an.
"Kami memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan merosot mendekati level krisis finansial global (2008), dan ekonomi AS akan turun ke level terendah 74 tahun di 2020" tulis hasil riset Morgan Stanley.
Meski demikian, Morgan Stanley melihat pertumbuhan ekonomi akan mulai bangkit kembali di kuartal III-2020.
"Dengan asumsi puncak pandemic COVID-19 terjadi pada bulan April/Mei, dengan stimulus fiskal dan moneter yang agresif, kami memprediksi perekonomian global akan mulai pulih pada kuartal III-2020. Risiko utama adalah jika disrupsi terjadi lebih lama dari kuartal II-2020," tulis Morgan Stanley.
Jika puncak pandemic COVID-19 lebih lama dari April/Mei, perekonomian global di tahun ini diprediksi akan berkontraksi 2,1% sementara ekonomi AS diperkirakan tekontraksi 8,8% di tahun ini. Jika hal tersebut terjadi, maka perekonomian global akan lebih rendah dibandingkan ketika krisis finansial global, dan perekonomian AS nyungsep ke level terendah sejak resesi besar tahun 1930an.
Morgan Stanley melihat kebijakan agresif dari bank sentral merespon pandemi COVID-19 dapat mengihindarkan perekonomian global dari depresi besar. Berdasarkan catatannya, sejak 22 Januari, sudah ada 30 bank sentral yang menurunkan suku bunga. Selain itu di akhir tahun kuartal II-2020, Morgan Stanley melihat akan ada 25 bank sentral lagi yang akan menurunkan suku bunga.
Belum lagi melihat potensi bank sentral Inggris yang akan mengaktifkan kembali program pembelian aset atau quantitative easing (QE), sehingga 4 bank sentral utama dunia (3 lainnya: bank sentral AS/The Fed, bank sentral Eropa/ECB, dan bank sentral Jepang/BoJ) melakukan hal yang sama. Sehingga kebijakan moneter tersebut bagus untuk segera memulihkan perekonomian global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Meski Resesi Menghantui, Ekonomi Global Bisa Pulih Kok!
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, hingga hari ini sudah lebih dari 160 negara terpapar COVID-19, menjangkiti lebih dari 380.000, dengan korban meninggal lebih dari 16.000 orang, dan lebih dari 100.000 orang dinyatakan sembuh.
China yang menjadi asal COVID-19 sekaligus negara dengan jumlah kasus terbanyak sudah mampu meredam penyebarannya. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan episentrum COVID-19 kini berpindah ke Eropa.
Akibat pandemi tersebut, banyak negara yang menerapkan kebijakan karantina (lockdown) wilayah bahkan satu negara seperti Italia. Dampaknya aktivitas ekonomi global menurun drastis sehingga pertumbuhan ekonomi akan tertekan bahkan terkontraksi.
Bank Investasi ternama, Morgan Stanley, mengatakan resesi yang terjadi di tahun ini kemungkinan akan cukup dalam tetapi tidak seperti depresi besar (Great Depression) tahun 1930an.
"Kami memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan merosot mendekati level krisis finansial global (2008), dan ekonomi AS akan turun ke level terendah 74 tahun di 2020" tulis hasil riset Morgan Stanley.
Meski demikian, Morgan Stanley melihat pertumbuhan ekonomi akan mulai bangkit kembali di kuartal III-2020.
"Dengan asumsi puncak pandemic COVID-19 terjadi pada bulan April/Mei, dengan stimulus fiskal dan moneter yang agresif, kami memprediksi perekonomian global akan mulai pulih pada kuartal III-2020. Risiko utama adalah jika disrupsi terjadi lebih lama dari kuartal II-2020," tulis Morgan Stanley.
Jika puncak pandemic COVID-19 lebih lama dari April/Mei, perekonomian global di tahun ini diprediksi akan berkontraksi 2,1% sementara ekonomi AS diperkirakan tekontraksi 8,8% di tahun ini. Jika hal tersebut terjadi, maka perekonomian global akan lebih rendah dibandingkan ketika krisis finansial global, dan perekonomian AS nyungsep ke level terendah sejak resesi besar tahun 1930an.
Morgan Stanley melihat kebijakan agresif dari bank sentral merespon pandemi COVID-19 dapat mengihindarkan perekonomian global dari depresi besar. Berdasarkan catatannya, sejak 22 Januari, sudah ada 30 bank sentral yang menurunkan suku bunga. Selain itu di akhir tahun kuartal II-2020, Morgan Stanley melihat akan ada 25 bank sentral lagi yang akan menurunkan suku bunga.
Belum lagi melihat potensi bank sentral Inggris yang akan mengaktifkan kembali program pembelian aset atau quantitative easing (QE), sehingga 4 bank sentral utama dunia (3 lainnya: bank sentral AS/The Fed, bank sentral Eropa/ECB, dan bank sentral Jepang/BoJ) melakukan hal yang sama. Sehingga kebijakan moneter tersebut bagus untuk segera memulihkan perekonomian global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Meski Resesi Menghantui, Ekonomi Global Bisa Pulih Kok!
Most Popular