Newsletter

Kala Corona Bisa Berujung Perang Dunia III, Amit-amit...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 May 2020 06:00
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sentimen ketiga, investor perlu waspada dengan tren penguatan dolar AS yang masih berlanjut. Pada pukul 02:02 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,24%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini sudah melesat 1,61%.



Hari ini, penguatan dolar AS dipicu oleh rilis data terbaru di Negeri Adidaya. Pada pekan yang berakhir 9 Mei, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS tercatat sebanyak 2,98 juta. Turun dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 3,17 juta.

Klaim tunjangan pengangguran turun dalam enam minggu terakhir setelah mencapai puncak pada pertengahan Maret. Namun itu tidak menghapus kenyataan bahwa sejak pertengahan Maret, jumlah klaim tunjangan pengangguran mencapai 36,5 juta. Artinya, satu dari lima orang angkatan kerja di AS kini menggantungkan diri dari tunjangan pemerintah karena menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).




"Data ini menggambarkan bahwa keluarga-keluarga di AS masih menderita. Gelombang kedua PHK mungkin sedang terjadi. Kini PHK sudah melanda pekerja di level menengah," kata Robert Frick, Corporate Economist Navy Federal Credit Union yang berbasis di Virginia, seperti dikutip dari Reuters.

Sepertinya benar kata Powell. Ekonomi AS sudah 'menyelam' terlalu dalam, sehingga butuh waktu untuk kembali ke permukaan. Pemulihan ekonomi dalam pola V-Shaped (terjadi koreksi dalam tetapi bisa bangkit dalam waktu singkat) sepertinya kian sulit terwujud.

"Data klaim tunjangan pengangguran memperkecil peluang pemulihan ekonomi bisa dalam pola V-Shaped. Pasar tenaga kerja menggali lubang semakin dalam sehingga sulit untuk keluar," kata Chris Rupkey, Chief Economist MUFG yang berbasis di New York, juga dikutip dari Reuters.

Prospek ekonomi yang semakin suram membuat pelaku pasar enggan mengambil risiko. Lagi-lagi bermain aman menjadi pilihan dan dolar AS menjadi incaran. "Dolar AS adalah raja ketika terjadi situasi semacam ini," tambah John Doyle, Vice President Tempus Inc yang berbasis di Washington, seperti diwartakan Reuters.

Jika tren penguatan dolar AS terus berlanjut, maka mata uang lainnya akan tertekan termasuk rupiah. Oleh karena itu, sepertinya rupiah kembali membutuhkan uluran tangan BI jika ingin bertahan di jalur hijau.



(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular