Newsletter

Mengharap Berkah Ramadan, Semoga Ada Happy di Weekend Ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
24 April 2020 06:19
Gilead
Foto: Gilead (REUTERS/Stephen Lam)
Investor patut mencermati beberapa sentimen yang akan jadi penggerak pasar yang datang dari eksternal. Secara umum sentimen untuk hari ini campur aduk (mixed).

Pertama, Wall Street yang ditutup flat jelas bukan ending scenario yang diinginkan untuk mayoritas bursa saham Asia yang akan menutup perdagangan pekan. Namun jika ditelusuri lebih lanjut, pasar memang tengah dipenuhi sentimen bernada positif maupun negatif di waktu yang bersamaan. 

Kemudian sentimen kedua yang perlu dicermati investor adalah perkembangan dari pandemi COVID-19 itu sendiri. Berdasarkan data John Hopkins University CSSE, sampai dengan hari ini pukul 05.05 WIB, sudah ada 2,7 juta orang di dunia yang terinfeksi virus corona. 

Jumlah kasus masih terus bertambah. Namun pertambahan jumlah kasus di Eropa yang semakin sedikit membuat banyak negara dari Benua Biru sudah mulai melonggarkan aturannya dan berencana membuka lockdown.

Jika hari ini negara-negara Eropa yang sudah mulai beraktivitas seperti Italia, Spanyol dan Jerman tak melaporkan pertambahan jumlah kasus baru yang signifikan juga langkah ini diikuti oleh banyak negara lain maka ini akan jadi sentimen yang positif untuk pasar dan memberikan sinyal bahwa ekonomi bisa kembali pulih. Namun risiko masih tetap ada mengingat gelombang wabah kedua bisa datang kapan saja. Jadi harus tetap waspada.

Investor juga perlu mencermati perkembangan terbaru obat COVID-19 yang diproduksi Gilead. Pasalnya laporan WHO mengatakan obat ini gagal saat pertama kali di uji coba di China. Masalah obat memang pelik.

Saat ini kendalanya ada di sampel, metode uji, hingga efektivitas obat itu sendiri yang juga sangat bergantung dari tipe virus mana yang bersirkulasi di suatu negara. Jika masih belum ada kejelasan terkait prospek dari obat Remdesivir, maka ini jadi sentimen yang memberatkan bagi pasar.

Tak lupa juga investor juga perlu mencermati pergerakan harga minyak hari ini. Tentu masih ingat di benak bahwa ketika harga minyak anjlok, pasar keuangan global juga kena imbasnya. Jika harga minyak masih melanjutkan penguatannya, maka hal ini berpotensi jadi pendorong harga aset-aset berisiko untuk naik lagi. Sebagai catatan, dalam dua hari terakhir saja harga minyak mentah terutama acuan AS yakni WTI reli lebih dari 40%. 

Kabar selanjutnya datang dari DPR AS. Pagi tadi, akhirnya DPR AS resmi meloloskan RUU Paket Stimulus Tambahan untuk UMKM dan Rumah Sakit senilai US$ 484 miliar. Saat ini DPR AS telah mengirimkan dokumen RUU tersebut ke Presiden AS Donald Trump untuk ditandatangani.

Dari jumlah yang fantastis tersebut, sebanyak US$ 310 miliar akan dialokasikan untuk sektor UMKM AS yang terdampak pandemi COVID-19 melalui program perlindungan gaji atau Paycheck Protection Program (PPP), US$ 60 miliar untuk pinjaman lunak dan hibah bagi UMKM, US$ 75 miliar dialokasikan sebagai hibah untuk rumah sakit yang kewalahan dalam menangani pasien COVID-19 dan sebanyak US$ 25 miliar untuk meningkatkan pengetesan virus corona.

Dengan tambahan paket stimulus ini berarti pemerintah AS sudah menggelontorkan dana hampir US$ 3 triliun untuk berperang melawan pandemi. Sebelumnya beberapa pekan lalu AS sudah menggelontorkan stimulus fiskal jumbo yang nilainya mencapai US$ 2,2 triliun atau setara dengan 10% dari output perekonomian AS. Tambahan stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah AS ini akan jadi angin segar untuk pasar hari ini. (twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular