
Newsletter
Obat & Vaksin Corona, Dagangan Terlaris di Pasar Pekan Ini?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 April 2020 06:07

Untuk melihat gairah pasar pekan ini, investor masih perlu mencermati tiga hal. Pertama adalah perkembangan terkait jumlah kasus COVID-19, kedua adalah perkembangan terbaru soal vaksin & obat COVID-19 serta kapan ekonomi akan kembali pulih.
Perkembangan Pandemi COVID-19
Per 14 Maret 2020, jumlah kasus kumulatif orang yang terinfeksi COVID-19 secara global telah mencapai 2 juta kasus. Berdasarkan data kompilasi John Hopkins University CSSE, wabah COVID-19 kini telah menjangkiti 185 negara dan teritori di seluruh dunia.
Walaupun jumlah kasus COVID-19 di tiga negara terbanyak (AS, Spanyol dan Italia) cenderung melambat beberapa hari terakhir. Namun pertambahan jumlah kasus baru per harinya di tiga negara tersebut melandai dengan lambat tak secepat kenaikannya. Tentu hal ini perlu menjadi sorotan.
Di sisi lain jumlah kasus baru yang dilaporkan di berbagai belahan dunia lain masih menunjukkan adanya fase peningkatan atau belum mencapai puncak. Di Kawasan Asia Tenggara contohnya, pertambahan jumlah kasus cenderung fluktuatif tetapi pada tren meningkat.
Pekan lalu , China kembali merevisi data kasus COVID-19 di negaranya. Alhasil jumlah kasus bertambah 325 dan jumlah kematian naik 1.290 orang di kota Wuhan sebagai episentrum penyebaran virus.
Perubahan data yang dilakukan China ini sempat menjadi sorotan dunia. Namun Organisasi Kesehatan (WHO) menyatakan upaya China tersebut sebagai bentuk mendokumentasikan kasus COVID-19 secara rapi.
"Sangat penting untuk mengetahui jumlah orang yang meninggal karena COVID-19 karena ini esensial bagi kesehatan masyarakat dan bagi kita untuk memiliki laporan yang akurat," kata Van Kerkhove, ilmuwan WHO yang menangani kasus COVID-19.
"Ini merupakan tantangan ketika wabah sedang berlangsung, untuk mengidentifikasi semua kasus dan semua kematian, terutama jika sistemnya mengalami kewalahan," kata Van Kerkhove.
"Saya mengantisipasi bahwa banyak negara akan berada dalam situasi yang sama di mana mereka harus kembali dan meninjau catatan serta melihat apakah setiap kasus sudah terdokumentasi dengan baik,” tambahnya melansir CNBC Internasional.
Jika hal ini dilakukan oleh banyak negara, niscaya jumlah kasus yang dilaporkan akan mengalami lonjakan lagi. Lagi pula ada kendala lain yang membuat pelacakan kasus secara transparan, real time dan akurat tercapai. Persoalan jumlah orang yang dites corona di setiap negara juga perlu jadi sorotan.
Ketika populasi orang yang di tes terlalu sedikit, maka hal ini akan berpengaruh juga terhadap laporan jumlah kasus sesungguhnya di suatu negara. Jika banyak negara mulai mulai menggalakkan tes COVID-19 secara masif, maka jumlah kasus kembali akan melonjak lagi.
Sampai di sini kita bisa prediksi bahwa jumlah kasus sebenarnya kemungkinan besar lebih banyak dari pada sekarang. Fase tiap negara dalam menghadapi pandemi COVID-19 pun beda-beda ada yang melaporkan sudah melewati puncak (China) ada yang memasuki periode puncak (AS, Spanyol & Itala) ada yang masih terus naik signifikan (Asia Tenggara). (twg/sef)
Perkembangan Pandemi COVID-19
Per 14 Maret 2020, jumlah kasus kumulatif orang yang terinfeksi COVID-19 secara global telah mencapai 2 juta kasus. Berdasarkan data kompilasi John Hopkins University CSSE, wabah COVID-19 kini telah menjangkiti 185 negara dan teritori di seluruh dunia.
Walaupun jumlah kasus COVID-19 di tiga negara terbanyak (AS, Spanyol dan Italia) cenderung melambat beberapa hari terakhir. Namun pertambahan jumlah kasus baru per harinya di tiga negara tersebut melandai dengan lambat tak secepat kenaikannya. Tentu hal ini perlu menjadi sorotan.
Di sisi lain jumlah kasus baru yang dilaporkan di berbagai belahan dunia lain masih menunjukkan adanya fase peningkatan atau belum mencapai puncak. Di Kawasan Asia Tenggara contohnya, pertambahan jumlah kasus cenderung fluktuatif tetapi pada tren meningkat.
Pekan lalu , China kembali merevisi data kasus COVID-19 di negaranya. Alhasil jumlah kasus bertambah 325 dan jumlah kematian naik 1.290 orang di kota Wuhan sebagai episentrum penyebaran virus.
Perubahan data yang dilakukan China ini sempat menjadi sorotan dunia. Namun Organisasi Kesehatan (WHO) menyatakan upaya China tersebut sebagai bentuk mendokumentasikan kasus COVID-19 secara rapi.
"Sangat penting untuk mengetahui jumlah orang yang meninggal karena COVID-19 karena ini esensial bagi kesehatan masyarakat dan bagi kita untuk memiliki laporan yang akurat," kata Van Kerkhove, ilmuwan WHO yang menangani kasus COVID-19.
"Ini merupakan tantangan ketika wabah sedang berlangsung, untuk mengidentifikasi semua kasus dan semua kematian, terutama jika sistemnya mengalami kewalahan," kata Van Kerkhove.
"Saya mengantisipasi bahwa banyak negara akan berada dalam situasi yang sama di mana mereka harus kembali dan meninjau catatan serta melihat apakah setiap kasus sudah terdokumentasi dengan baik,” tambahnya melansir CNBC Internasional.
Jika hal ini dilakukan oleh banyak negara, niscaya jumlah kasus yang dilaporkan akan mengalami lonjakan lagi. Lagi pula ada kendala lain yang membuat pelacakan kasus secara transparan, real time dan akurat tercapai. Persoalan jumlah orang yang dites corona di setiap negara juga perlu jadi sorotan.
Ketika populasi orang yang di tes terlalu sedikit, maka hal ini akan berpengaruh juga terhadap laporan jumlah kasus sesungguhnya di suatu negara. Jika banyak negara mulai mulai menggalakkan tes COVID-19 secara masif, maka jumlah kasus kembali akan melonjak lagi.
Sampai di sini kita bisa prediksi bahwa jumlah kasus sebenarnya kemungkinan besar lebih banyak dari pada sekarang. Fase tiap negara dalam menghadapi pandemi COVID-19 pun beda-beda ada yang melaporkan sudah melewati puncak (China) ada yang memasuki periode puncak (AS, Spanyol & Itala) ada yang masih terus naik signifikan (Asia Tenggara). (twg/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular