
Newsletter
'Jelangkung' Corona Memanggil 'Kuntilanak' Resesi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 April 2020 06:15

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu saja perkembangan pandemi virus corona.
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pesan yang sangat menyeramkan. Sang presiden ke-45 Negeri Adidaya mengatakan, ke depan akan ada banyak kematian akibat virus corona.
"Ada ada banyak kematian. Kita sudah sampai pada masa yang sangat berat. Mungkin kita tidak akan melihat angka (kematian) yang seperti ini kecuali saat Perang Dunia I atau II," kata Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, sebagaimana diwartakan Reuters.
Para pejabat di AS pun terlihat sudah benar-benar lelah, baik secara fisik maupun mental. "Baru 30 hari sejak kasus pertama, tetapi rasanya seperti seumur hidup," ujar Gubernur New York Andrew Cuomo, seperti diberitakan Reuters.
Dengan perkembangan pandemi virus corona yang semakin parah, suka tidak suka risiko resesi pasti meninggi. Dua institusi multilateral raksasa, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, menyebutkan saat ini perekonomian dunia sudah memasuki resesi.
"Ini adalah krisis yang berbeda dari sebelumnya. Kita sudah lihat perekonomian dunia tidak bergerak, dan sekarang sudah resesi. Ini lebih parah dibandingkan 2008-2009. Sepanjang hidup saya, inilah kegelapan terbesar bagi umat manusia, ancaman bagi seluruh dunia," tegas Kristalina Geogieva, Direktur Pelaksana IMF, juga dikutip dari Reuters.
Dalam survei Reuters yang dihelat pada 1-3 April dan melibatkan lebih dari 50 ekonom di Amerika Utara, Eropa, dan Asia, proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2020 menunjukkan median 1,2%. Padahal survei serupa tiga pekan sebelumnya menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia masih 1,6%.
"Situasi saat ini lebih buruk ketimbang resesi 2008-2009, kami harus memangkas proyeksi. Minimnya kebijakan yang efektif untuk meredam penyebaran virus corona di negara maju dan negara berkembang membuat kami merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2020," kata Ethan Harris, Global Economist di Bank of America Merrill Lynch, seperti dikutip dari Reuters.
Tahun lalu, ekonomi dunia disebut-sebut bakal resesi gara-gara perang dagang AS-China. Ramalan itu tidak terbukti, malah AS-China sudah menyepakati perjanjian damai dagang pada pertengahan Januari 2020.
Sekarang isu resesi datang lagi dan bahkan semakin menguat akibat pandemi virus corona. Ibaratnya, virus corona adalah jelangkung yang memanggil kuntilanak bernama resesi. Apesnya, si mbak kunti kemungkinan besar bakal datang...
(aji/sef)
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pesan yang sangat menyeramkan. Sang presiden ke-45 Negeri Adidaya mengatakan, ke depan akan ada banyak kematian akibat virus corona.
"Ada ada banyak kematian. Kita sudah sampai pada masa yang sangat berat. Mungkin kita tidak akan melihat angka (kematian) yang seperti ini kecuali saat Perang Dunia I atau II," kata Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, sebagaimana diwartakan Reuters.
Para pejabat di AS pun terlihat sudah benar-benar lelah, baik secara fisik maupun mental. "Baru 30 hari sejak kasus pertama, tetapi rasanya seperti seumur hidup," ujar Gubernur New York Andrew Cuomo, seperti diberitakan Reuters.
Dengan perkembangan pandemi virus corona yang semakin parah, suka tidak suka risiko resesi pasti meninggi. Dua institusi multilateral raksasa, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, menyebutkan saat ini perekonomian dunia sudah memasuki resesi.
"Ini adalah krisis yang berbeda dari sebelumnya. Kita sudah lihat perekonomian dunia tidak bergerak, dan sekarang sudah resesi. Ini lebih parah dibandingkan 2008-2009. Sepanjang hidup saya, inilah kegelapan terbesar bagi umat manusia, ancaman bagi seluruh dunia," tegas Kristalina Geogieva, Direktur Pelaksana IMF, juga dikutip dari Reuters.
Dalam survei Reuters yang dihelat pada 1-3 April dan melibatkan lebih dari 50 ekonom di Amerika Utara, Eropa, dan Asia, proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2020 menunjukkan median 1,2%. Padahal survei serupa tiga pekan sebelumnya menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia masih 1,6%.
"Situasi saat ini lebih buruk ketimbang resesi 2008-2009, kami harus memangkas proyeksi. Minimnya kebijakan yang efektif untuk meredam penyebaran virus corona di negara maju dan negara berkembang membuat kami merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2020," kata Ethan Harris, Global Economist di Bank of America Merrill Lynch, seperti dikutip dari Reuters.
Tahun lalu, ekonomi dunia disebut-sebut bakal resesi gara-gara perang dagang AS-China. Ramalan itu tidak terbukti, malah AS-China sudah menyepakati perjanjian damai dagang pada pertengahan Januari 2020.
Sekarang isu resesi datang lagi dan bahkan semakin menguat akibat pandemi virus corona. Ibaratnya, virus corona adalah jelangkung yang memanggil kuntilanak bernama resesi. Apesnya, si mbak kunti kemungkinan besar bakal datang...
(aji/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular