Internasional

IMF: Dampak Corona ke Ekonomi Lebih Buruk dari Krisis 2008

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 April 2020 19:08
Direktur pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyebut pandemi virus corona (COVID-19) menciptakan krisis ekonomi yang lebih buruk daripada krisis global 2008.
Foto: Managing Director Kristalina Georgieva, September 25, 2019, Washington. [Photo: AFP/Eric Baradat]

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyebut pandemi virus corona (COVID-19) menciptakan krisis ekonomi yang parah. Bahkan lebih buruk daripada krisis keuangan global 2008.

"Tidak pernah dalam sejarah kita menyaksikan ekonomi dunia terhenti," kata Georgieva pada konferensi pers di kantor pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, Jumat (3/4/2020).

"Ini adalah masa paling gelap umat manusia, ancaman besar bagi seluruh dunia dan itu mengharuskan kita untuk berdiri tegak, bersatu dan melindungi warga negara kita yang paling rentan." katanya lagi, sebagaimana dilaporkan CNBC International.


Untuk itu, Georgieva mengungkapkan, IMF bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) dan lembaga keuangan internasional lainnya untuk mengurangi dampak ekonomi yang ditimbulkan wabah tersebut.

Georgieva juga mengatakan IMF telah mendorong bank sentral di negara maju untuk mendukung negara-negara berkembang.

"Perhatian utama kami dalam krisis ini adalah untuk meningkatkan pembiayaan dengan cepat untuk berbagai negara, terutama pasar negara berkembang, negara-negara berkembang yang dihadapkan dengan kebutuhan yang sangat signifikan dan terus meningkat," kata Georgieva.

Ia juga menegaskan bahwa IMF saat ini memiliki paket pinjaman senilai US$ 1 triliun dan akan mengucurkan sebanyak mungkin dana bantuan kepada negara-negara yang membutuhkan. Ia menyebut sudah ada lebih dari 90 negara sejauh ini yang telah meminta bantuan dari dana itu.

"Kami belum pernah melihat permintaan yang semakin meningkat untuk pembiayaan darurat," kata Georgieva, sembari mendesak agar negara-negara yang mendapatkan pinjaman untuk memanfaatkan pembiayaan itu untuk membayar dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya serta untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan lainnya.

Lebih lanjut, Georgieva menjelaskan alasan IMF memfokuskan dana ke negara berkembang adalah karena ekonomi mereka paling terpukul oleh wabah. Juga, karena kebanyakan dari negara-negara ini memiliki lebih sedikit sumber daya untuk melindungi diri dari kejatuhan ekonomi.

Apalagi selama wabah merebak banyak investor menarik uang mereka dari negara-negara yang rentan tersebut. Ia menyebut, selama wabah sudah ada hampir US$ 90 miliar investasi yang mengalir keluar dari negara-negara berkembang.

"Ini jauh lebih banyak daripada selama krisis keuangan global, dan beberapa negara sangat bergantung pada ekspor komoditas. Saat harga jatuh, mereka makin terpukul." katanya.

"Sama seperti ketika virus menyerang orang-orang rentan yang memiliki prasyarat medis yang paling memprihatinkan, krisis ekonomi paling keras menghantam ekonomi yang rentan," katanya.


Namun begitu, ia meyakini bahwa dunia akan bisa melalui semua ini asalkan ada kerjasama dari berbagai negara.

"Pesan penutup saya adalah kita akan melewati ini, tetapi seberapa cepat dan seberapa efektif akan sangat tergantung pada tindakan yang kita ambil."

Pesan itu disampaikan Georgieva di saat jumlah kasus infeksi virus corona makin bertambah di seluruh dunia. Menurut Worldometers, per Sabtu ini sudah ada 1.117.860 kasus corona dengan 59.203 kematian dan 228.990 sembuh.

[Gambas:Video CNBC]


(res/roy) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular