
Newsletter
Air Sedang Tenang, tapi Bukan Berarti Ombak Tak Akan Datang
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 March 2020 06:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bangkit pada perdagangan kemarin. Setelah beberapa hari merah, akhirnya investor bisa melihat warna hijau.
Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat signifikan 1,64%. Ini adalah penguatan perdana dalam empat hari perdagangan terakhir. Sebelumnya, IHSG melemah tiga hari beruntun dan pelemahannya sangat dalam yaitu 9,08%.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 0,31% kala penutupan perdagangan pasar spot. Seperti halnya IHSG, rupiah juga mencatat penguatan pertama dalam empat hari terakhir. Dalam tiga hari perdagangan sebelumnya, rupiah terdepresiasi 1,95%.
Dari dalam negeri, sepertinya penguatan IHSG dan rupiah lebih disebabkan oleh technical rebound. Harga aset yang sudah murah karena koreksi sangat dalam membuat investor tergoda. Aksi borong terjadi sehingga IHSG dan rupiah mampu bergerak ke utara.
Dari sisi eksternal, pelaku pasar mengapresiasi upaya sejumlah negara untuk mengatasi dampak ekonomi dari virus corona. Otoritas fiskal mulai menebar harapan dengan pemberian berbagai insentif.
Di AS, Presiden Donald Trump sudah meneken anggaran US$ 8,3 miliar untuk memerangi virus corona. Salah satu program dalam stimulus tersebut adalah pengembangan vaksin. Pemerintah AS juga akan mengajukan proposal pemotongan tarif pajak kepada Kongres.
Kemudian di China, pemerintahan Presiden Xi Jinping juga telah menganggarkan CNY 110,5 miliar untuk memerangi virus corona. Lalu di Jepang, pemerintah menyisihkan dana JPY 1,6 triliun untuk pembiayaan kepada usaha kecil-menengah.
Masih dari Asia, pemerintah Korea Selatan menyediakan anggaran KRW 11,7 triliun untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pemeliharaan anak, dan pasar tradisional. Untuk membiayai program ini, Seoul menerbitkan obligasi tambahan senilai KRW 10,3 triliun.
Italia, tempat penyebaran virus corona terbesar setelah China, juga dikabarkan siap dengan stimulus fiskal. Kebijakan ini ditempuh meski defisit anggaran membengkak dari target 2,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,5% PDB.
Harapan terhadap berbagai stimulus tersebut membuat pelaku pasar kembali bergairah. Aset-aset berisiko di negara berkembang kembali menjadi buruan, termasuk di Indonesia.
Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama menguat tajam setelah kemarin hancur sehancur-hancurnya. Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 4,89%, S&P 500 melesat 4,93%, dan Nasdaq Composite menanjak 4,95%.
Kemarin, Wall Street terkoreksi parah di mana DJIA ambles 7,79%, S&P 500 anjlok 7,59%, dan Nasdaq Composite jatuh 7,29%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak Desember 2008.
Trump sepertinya berhasil mengembalikan gairah pelaku pasar. Sang presiden Negeri Adidaya ke-45 mengumumkan pemerintah sudah menyiapkan paket stimulus fiskal.
"Kami akan mendiskusikan mengenai penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh). Akan ada penurunan yang substansial, sangat substansial. Angkanya besar," kata Trump, seperti diwartakan Reuters.
Namun rencana ini harus mendapatkan restu dari Kongres AS, yang terdiri dari House of Representatives dan Senat. House dikuasai oleh kubu oposisi Partai Demokrat, sedangkan Senat didominasi oleh pendukung pemerintah Partai Republik.
Sepertinya pemotongan tarif PPh akan melalui proses pembahasan yang alot. Pasalnya, Partai Demokrat punya usulan program prioritas yang berbeda yaitu pemberian cuti yang ditanggung bagi pekerja yang terjangkit virus corona (paid sick leave), peningkatan program perlindungan sosial, perluasan cakupan program jaminan nutrisi, serta penggantian biaya (reimbursement) bagi yang menerima perawatan dan pengobatan virus corona.
"Bagaimana pun, hari ini kebijakan fiskal menembak tepat ke sasaran. Investor memang melihat pasar sudah terkoreksi terlalu dalam, tetapi banyak yang berharap akan stimulus fiskal dari Washington," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Advisors yang berbasis di New York, seperti dikabarkan Reuters.
Selain fiskal, investor juga berharap ada stimulus moneter dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) berupa pemangkasan suku bunga acuan. Pekan lalu, sebenarnya Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat sudah menurunkan Federa Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke 1,-1,25% melalui rapat tambahan di luar jadwal.
Rapat yang terjadwal pada 17-18 Maret tetap ada, dan investor memperkirakan suku bunga acuan kembali diturunkan. Mengutip CME FedWatch, probabilitas suku bunga acuan kembali dipangkas ke 0,25-0,5% mencapai 60,5%. Sementara peluang pemotongan ke 0,5-0,75% adalah 39,5%. Tidak ada yang memperkirakan suku bunga bertahan di 1-1,25%.
Penurunan suku bunga acuan, jika terjadi lagi, akan membuat suku bunga kredit perbankan ikut terpangkas. Dengan begitu, rumah tangga dan dunia usaha punya ruang untuk berekspansi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.
Rata-rata suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) alias mortgage tenor 30 tahun di Negeri Paman Sam per 28 Februari adalah 3,57%, terendah sejak Desember 2012. Kalau suku bunga acuan turun lagi, maka bunga KPR bisa semakin rendah sehingga mendorong sektor properti.
Perlu diingat sektor properti punya keterkaitan dengan berbagai industri lainnya. Kala properti bergairah, penjualan semen, baja, keramik, sampai penyaluran kredit perbankan ikut bergeliat. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi akan tetap kencang.
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang positif. Semoga optimisme di New York bisa menular ke Asia, termasuk Indonesia.
Kedua, sepertinya risiko di pasar keuangan global sedang menurun. Ini bisa dilihat dari indeks VIX yang mencerminkan volatilitas pasar. Indeks VIX juga sering disebut dengan fear index karena menggambarkan apakah nyali pelaku pasar sedang besar atau ciut.
Pada pukul 02:26 WIB, indeks VIX berada di 49,22. Turun signifikan 9,71%.
Risk appetite yang pulih membuat pasar enggan bermain aman. Akibatnya, aset safe haven seperti emas kehilangan pamornya. Pada pukul 03:06 WIB, harga emas di pasar spot turun sampai 1,14%.
Apabila situasi ini bertahan, maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan negara-negara berkembang. Volatilitas pasar sedang rendah, dan membuat investor bernyali untuk masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia. IHSG dan rupiah bisa mendapat berkah, dengan catatan kondisi seperti ini bertahan hingga pasar Asia diperdagangkan.
Setidaknya rupiah mulai menunjukkan sinyal bisa menguat hari ini. Penguatan rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF). Biasanya pergerakan rupiah di pasar NDF menjadi cerminan dinamika di pasar spot.
Semoga optimisme ini bertahan cukup lama. Sebab kalau sampai ada yang aneh-aneh, volatilitas pasar akan kembali meninggi dan investor bakal memasang mode risk-off (menjauhi risiko).
Sentimen ketiga adalah investor masih harus terus memantau perkembangan penyebaran virus corona. Data satelit pemetaan ArcGis per pukul 02:13 WIB menunjukkan, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 118.096 dengan korban jiwa sebanyak 4.262 orang.
Penyebaran virus corona di luar China semakin mengkhawatirkan. Italia menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China yaitu 10.149. Korban meninggal akibat virus corona di Negeri Spageti adalah 631 orang.
Mulai kemarin, Italia menerapkan isolasi penuh di seluruh daerah. Sebelumnya, 'penguncian' (lockdown) hanya berlaku di wilayah Lombardy dan 14 provinsi lainnya.
"Keputusan terbaik saat ini adalah diam di rumah. Masa depan Italia ada di tangan kita. Tangan ini lebih bertanggung jawab dibandingkan saat-saat sebelumnya," kata Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, seperti dikutip dari Reuters.
Sampai 3 April, penduduk Italia yang berjumlah sekira 60 juta hanya boleh bepergian untuk bekerja dan alasan medis yang mendesak. Seluruh sekolah dan kampus diliburkan. Ekonomi Italia pun lumpuh.
Pariwisata, yang menyumbang sekitar 14% terhadap PDB, lesu. Berbagai lokasi wisata favorit seperti air mancur Trevi dan Pantheon hampir kosong melompong.
Lorenzo Codogno, Kepala LC Macro Advisors yang berbasis di London, memperkirakan ekonomi Italia saat ini sudah 10-15% di bawah level normal. Dia meramal ekonomi Italia akan terkontraksi (tumbuh negatif) -1,2 pada kuartal I-2020 dan semakin dalam menjadi -3% pada kuartal berikutnya.
"Tidak ada yang tahun sampai kapan kebijakan lockdown akan berlangsung. Namun dengan asumsi akan diterapkan sampai akhir April, saya memperkirakan rebound akan terjadi pada Juni," kata Codogno, seperti dikutip dari Reuters.
Masalahnya, lockdown tidak hanya terjadi di Italia. China masih menerapkannya di sejumlah daerah, demikian juga di daerah Qaif (Arab Saudi), Ulaanbaatar (Mongolia), dan sebagainya.
Artinya, kelumpuhan ekonomi sudah menyebar ke berbagai negara. Kalau diakumulasikan, hasilnya adalah perlambatan ekonomi global, bahkan resesi adalah sesuatu yang tidak boleh dianggap enteng.
Oleh karena itu, sebenarnya risiko di perekonomian masih sangat tinggi. Jangan-jangan kedamaian yang ada saat ini semu belaka, dan dalam waktu dekat pasar akan kembali dilanda badai.
Percaya diri dan optimistis boleh saja, malah harus. Namun kewaspadaan tidak boleh mengendur karena 'hantu' bernama virus corona siap bergentayangan kapan saja.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
1. Rilis data angka pengangguran Korea Selatan periode Februari (06:00 WIB).
2. Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Australia periode Maret (06:30 WIB).
3. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Ginting Jaya Energi (10:00 WIB).
4. RUPSLB PT Minna Padi Investama Sekuritas (15:00 WIB).
5. Rilis data pertumbuhan ekonomi Inggris periode Januari (16:30 WIB).
6. Konferensi pers harian perkembangan kasus virus corona di Indonesia (11:00 WIB dan 17:00 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
(aji/sef) Next Article Kalau IHSG dan Rupiah Melemah, Itu Gara-gara Jerome Powell
Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat signifikan 1,64%. Ini adalah penguatan perdana dalam empat hari perdagangan terakhir. Sebelumnya, IHSG melemah tiga hari beruntun dan pelemahannya sangat dalam yaitu 9,08%.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 0,31% kala penutupan perdagangan pasar spot. Seperti halnya IHSG, rupiah juga mencatat penguatan pertama dalam empat hari terakhir. Dalam tiga hari perdagangan sebelumnya, rupiah terdepresiasi 1,95%.
Dari dalam negeri, sepertinya penguatan IHSG dan rupiah lebih disebabkan oleh technical rebound. Harga aset yang sudah murah karena koreksi sangat dalam membuat investor tergoda. Aksi borong terjadi sehingga IHSG dan rupiah mampu bergerak ke utara.
Dari sisi eksternal, pelaku pasar mengapresiasi upaya sejumlah negara untuk mengatasi dampak ekonomi dari virus corona. Otoritas fiskal mulai menebar harapan dengan pemberian berbagai insentif.
Di AS, Presiden Donald Trump sudah meneken anggaran US$ 8,3 miliar untuk memerangi virus corona. Salah satu program dalam stimulus tersebut adalah pengembangan vaksin. Pemerintah AS juga akan mengajukan proposal pemotongan tarif pajak kepada Kongres.
Kemudian di China, pemerintahan Presiden Xi Jinping juga telah menganggarkan CNY 110,5 miliar untuk memerangi virus corona. Lalu di Jepang, pemerintah menyisihkan dana JPY 1,6 triliun untuk pembiayaan kepada usaha kecil-menengah.
Masih dari Asia, pemerintah Korea Selatan menyediakan anggaran KRW 11,7 triliun untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pemeliharaan anak, dan pasar tradisional. Untuk membiayai program ini, Seoul menerbitkan obligasi tambahan senilai KRW 10,3 triliun.
Italia, tempat penyebaran virus corona terbesar setelah China, juga dikabarkan siap dengan stimulus fiskal. Kebijakan ini ditempuh meski defisit anggaran membengkak dari target 2,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,5% PDB.
Harapan terhadap berbagai stimulus tersebut membuat pelaku pasar kembali bergairah. Aset-aset berisiko di negara berkembang kembali menjadi buruan, termasuk di Indonesia.
Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama menguat tajam setelah kemarin hancur sehancur-hancurnya. Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 4,89%, S&P 500 melesat 4,93%, dan Nasdaq Composite menanjak 4,95%.
Kemarin, Wall Street terkoreksi parah di mana DJIA ambles 7,79%, S&P 500 anjlok 7,59%, dan Nasdaq Composite jatuh 7,29%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak Desember 2008.
Trump sepertinya berhasil mengembalikan gairah pelaku pasar. Sang presiden Negeri Adidaya ke-45 mengumumkan pemerintah sudah menyiapkan paket stimulus fiskal.
"Kami akan mendiskusikan mengenai penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh). Akan ada penurunan yang substansial, sangat substansial. Angkanya besar," kata Trump, seperti diwartakan Reuters.
Namun rencana ini harus mendapatkan restu dari Kongres AS, yang terdiri dari House of Representatives dan Senat. House dikuasai oleh kubu oposisi Partai Demokrat, sedangkan Senat didominasi oleh pendukung pemerintah Partai Republik.
Sepertinya pemotongan tarif PPh akan melalui proses pembahasan yang alot. Pasalnya, Partai Demokrat punya usulan program prioritas yang berbeda yaitu pemberian cuti yang ditanggung bagi pekerja yang terjangkit virus corona (paid sick leave), peningkatan program perlindungan sosial, perluasan cakupan program jaminan nutrisi, serta penggantian biaya (reimbursement) bagi yang menerima perawatan dan pengobatan virus corona.
"Bagaimana pun, hari ini kebijakan fiskal menembak tepat ke sasaran. Investor memang melihat pasar sudah terkoreksi terlalu dalam, tetapi banyak yang berharap akan stimulus fiskal dari Washington," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Advisors yang berbasis di New York, seperti dikabarkan Reuters.
Selain fiskal, investor juga berharap ada stimulus moneter dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) berupa pemangkasan suku bunga acuan. Pekan lalu, sebenarnya Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat sudah menurunkan Federa Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke 1,-1,25% melalui rapat tambahan di luar jadwal.
Rapat yang terjadwal pada 17-18 Maret tetap ada, dan investor memperkirakan suku bunga acuan kembali diturunkan. Mengutip CME FedWatch, probabilitas suku bunga acuan kembali dipangkas ke 0,25-0,5% mencapai 60,5%. Sementara peluang pemotongan ke 0,5-0,75% adalah 39,5%. Tidak ada yang memperkirakan suku bunga bertahan di 1-1,25%.
![]() |
Penurunan suku bunga acuan, jika terjadi lagi, akan membuat suku bunga kredit perbankan ikut terpangkas. Dengan begitu, rumah tangga dan dunia usaha punya ruang untuk berekspansi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.
Rata-rata suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) alias mortgage tenor 30 tahun di Negeri Paman Sam per 28 Februari adalah 3,57%, terendah sejak Desember 2012. Kalau suku bunga acuan turun lagi, maka bunga KPR bisa semakin rendah sehingga mendorong sektor properti.
Perlu diingat sektor properti punya keterkaitan dengan berbagai industri lainnya. Kala properti bergairah, penjualan semen, baja, keramik, sampai penyaluran kredit perbankan ikut bergeliat. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi akan tetap kencang.
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang positif. Semoga optimisme di New York bisa menular ke Asia, termasuk Indonesia.
Kedua, sepertinya risiko di pasar keuangan global sedang menurun. Ini bisa dilihat dari indeks VIX yang mencerminkan volatilitas pasar. Indeks VIX juga sering disebut dengan fear index karena menggambarkan apakah nyali pelaku pasar sedang besar atau ciut.
Pada pukul 02:26 WIB, indeks VIX berada di 49,22. Turun signifikan 9,71%.
Risk appetite yang pulih membuat pasar enggan bermain aman. Akibatnya, aset safe haven seperti emas kehilangan pamornya. Pada pukul 03:06 WIB, harga emas di pasar spot turun sampai 1,14%.
Apabila situasi ini bertahan, maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan negara-negara berkembang. Volatilitas pasar sedang rendah, dan membuat investor bernyali untuk masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia. IHSG dan rupiah bisa mendapat berkah, dengan catatan kondisi seperti ini bertahan hingga pasar Asia diperdagangkan.
Setidaknya rupiah mulai menunjukkan sinyal bisa menguat hari ini. Penguatan rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF). Biasanya pergerakan rupiah di pasar NDF menjadi cerminan dinamika di pasar spot.
Periode | Kurs 10 Maret (16:01 WIB) | Kurs 11 Maret (02:33 WIB) |
1 Pekan | Rp 14.314,6 | Rp 14.274,25 |
1 Bulan | Rp 14.430,6 | Rp 14.372,1 |
2 Bulan | Rp 14.502,6 | Rp 14.450,38 |
3 Bulan | Rp 14.581,6 | Rp 14.518,13 |
6 Bulan | Rp 14.779,6 | Rp 14.707,5 |
9 Bulan | Rp 14.950,4 | Rp 14.886,38 |
1 Tahun | Rp 15.128,6 | Rp 15.054,88 |
2 Tahun | Rp 15.986,2 | Rp 15.525 |
Semoga optimisme ini bertahan cukup lama. Sebab kalau sampai ada yang aneh-aneh, volatilitas pasar akan kembali meninggi dan investor bakal memasang mode risk-off (menjauhi risiko).
Sentimen ketiga adalah investor masih harus terus memantau perkembangan penyebaran virus corona. Data satelit pemetaan ArcGis per pukul 02:13 WIB menunjukkan, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 118.096 dengan korban jiwa sebanyak 4.262 orang.
Penyebaran virus corona di luar China semakin mengkhawatirkan. Italia menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China yaitu 10.149. Korban meninggal akibat virus corona di Negeri Spageti adalah 631 orang.
Mulai kemarin, Italia menerapkan isolasi penuh di seluruh daerah. Sebelumnya, 'penguncian' (lockdown) hanya berlaku di wilayah Lombardy dan 14 provinsi lainnya.
"Keputusan terbaik saat ini adalah diam di rumah. Masa depan Italia ada di tangan kita. Tangan ini lebih bertanggung jawab dibandingkan saat-saat sebelumnya," kata Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, seperti dikutip dari Reuters.
Sampai 3 April, penduduk Italia yang berjumlah sekira 60 juta hanya boleh bepergian untuk bekerja dan alasan medis yang mendesak. Seluruh sekolah dan kampus diliburkan. Ekonomi Italia pun lumpuh.
Pariwisata, yang menyumbang sekitar 14% terhadap PDB, lesu. Berbagai lokasi wisata favorit seperti air mancur Trevi dan Pantheon hampir kosong melompong.
Lorenzo Codogno, Kepala LC Macro Advisors yang berbasis di London, memperkirakan ekonomi Italia saat ini sudah 10-15% di bawah level normal. Dia meramal ekonomi Italia akan terkontraksi (tumbuh negatif) -1,2 pada kuartal I-2020 dan semakin dalam menjadi -3% pada kuartal berikutnya.
"Tidak ada yang tahun sampai kapan kebijakan lockdown akan berlangsung. Namun dengan asumsi akan diterapkan sampai akhir April, saya memperkirakan rebound akan terjadi pada Juni," kata Codogno, seperti dikutip dari Reuters.
Masalahnya, lockdown tidak hanya terjadi di Italia. China masih menerapkannya di sejumlah daerah, demikian juga di daerah Qaif (Arab Saudi), Ulaanbaatar (Mongolia), dan sebagainya.
Artinya, kelumpuhan ekonomi sudah menyebar ke berbagai negara. Kalau diakumulasikan, hasilnya adalah perlambatan ekonomi global, bahkan resesi adalah sesuatu yang tidak boleh dianggap enteng.
Oleh karena itu, sebenarnya risiko di perekonomian masih sangat tinggi. Jangan-jangan kedamaian yang ada saat ini semu belaka, dan dalam waktu dekat pasar akan kembali dilanda badai.
Percaya diri dan optimistis boleh saja, malah harus. Namun kewaspadaan tidak boleh mengendur karena 'hantu' bernama virus corona siap bergentayangan kapan saja.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
1. Rilis data angka pengangguran Korea Selatan periode Februari (06:00 WIB).
2. Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Australia periode Maret (06:30 WIB).
3. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Ginting Jaya Energi (10:00 WIB).
4. RUPSLB PT Minna Padi Investama Sekuritas (15:00 WIB).
5. Rilis data pertumbuhan ekonomi Inggris periode Januari (16:30 WIB).
6. Konferensi pers harian perkembangan kasus virus corona di Indonesia (11:00 WIB dan 17:00 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (2019 YoY) | 5,02% |
Inflasi (Februari 2020 YoY) | 2,68% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Februari 2020) | 4,75% |
Defisit anggaran (APBN 2020) | -1,76% PDB |
Transaksi berjalan (2019) | -2,72% PDB |
Cadangan devisa (Februari 2020) | US$ 130,44 miliar |
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef) Next Article Kalau IHSG dan Rupiah Melemah, Itu Gara-gara Jerome Powell
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular