Italia Diisolasi Total, Mata Uang Euro Akhirnya Jeblok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 March 2020 20:20
Empat negara dengan nilai ekonomi terbesar di zona euro kini menjadi 10 besar negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia.
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (10/3/2020) setelah mencapai level tertinggi 1 tahun di awal pekan kemarin.

Pada pukul 19:07 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,1357, melemah 0,79% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara pada Senin kemarin, mata uang 19 negara ini menguat 1,44% ke US$ 1,1447 yang merupakan level penutupan tertinggi sejak 4 Februari 2019.

Lonjakan kasus virus corona di Eropa masih menjadi isu utama perdagangan mata uang. Jerman, Spanyol, Prancis, dan Italia, 4 negara dengan nilai ekonomi terbesar di zona euro kini masuk daftar 10 besar negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia.


Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, jumlah kasus di Jerman mencapai 1.225 orang, Spanyol 1.235 orang, Prancis 1.412 orang, dan Italia 9.172 orang. Italia kini bahkan menjadi negara dengan kasus corona terbanyak kedua di bawah China (80.756 orang) yang merupakan asal virus corona.

Jumlah korban meninggal akibat virus corona di Italia kini mencapai 463 orang, terbanyak kedua setelah China. Secara total di seluruh dunia virus corona sudah menjangkiti 100 negara, dengan jumlah kasus lebih dari 114.000 orang, dan korban meninggal lebih dari 4.000 orang.

Pemerintah Italia kini bahkan mengisolasi penuh negaranya demi meredam penyebaran wabah virus corona. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengumumkan mengisolasi penuh Italia, melarang pertemuan publik, hingga membatalkan pertandingan sepak bola Serie A.

Pertumbuhan ekonomi zona euro kini terancam melambat, bahkan beberapa negara terancam mengalami resesi. Akibatnya, European Central Bank (ECB) kini dalam tekanan untuk memberikan stumulus guna meredam dampak virus corona ke perekonomian.


ECB pada September tahun lalu sudah menggelontorkan stimulus guna memacu ekonomi zona euro yang melambat. Saat itu ECB memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.

Bank sentral yang saat itu masih dipimpin Mario Draghi ini juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun 2018. 

Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November 2019 dengan nilai 20 miliar euro per bulan. Berdasarkan rilis ECB yang dilansir Reuters, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.

Ada kemungkinan nilai dari QE tersebut akan ditambah pada pengumuman kebijakan moneter Kamis pekan ini, sehingga kurs euro terkoreksi turun dari level tertinggi 1 tahun.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular