Newsletter

Gara-Gara Corona Meluas, Bursa Saham Global 'Kebakaran'

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
25 February 2020 07:04
Gara-Gara Corona Meluas, Bursa Saham Global 'Kebakaran'
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan kasus virus corona di luar China mendorong investor mencari instrumen investasi yang dapat menyelamatkan aset yang mereka miliki.

Aset-aset berisiko seperti saham sementara ditinggalkan dan investor memilih alternatif lain seperti emas dan obligasi pemerintah sebagai pengaman harta selama kondisi ekonomi global masih di bawah bayang-bayang perlambatan.


Bursa saham di seluruh dunia pada perdagangan Senin (24/2/2020) kemarin mengalami penurunan terbesar secara harian sejak 24 Juni 2016, indeks saham MSCI untuk seluruh wilayah di dunia mengalami penurunan 2,97%.

Pasar saham di negara berkembang juga kehilangan 2,67%. Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang ditutup turun 2,52%. Futures Nikkei Jepang juga turun lebih dari 4%.

Sementara harga emas di pasar spot mengalami kenaikan dan menyentuh level tertinggi dalam 7 tahun, sementara yield obligasi Treasury AS 30-tahun mencatat rekor terendah.

Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) amblas 75 poin atau 1,28% ke level 5.807. Dilihat dari transaksinya, instrumen investasi saham sepertinya kurang diminati dengan hanya menciptakan Rp 5,84 triliun, lebih rendah dari rata-rata transaksi minggu lalu yang sebesar Rp 6,11 triliun.

Rupiah juga tak luput dari tekanan, mata uang garuda tertunduk lesu dihadapan dolar Amerika Serikat (AS) dengan pelemahan 0,76% pada level Rp 13.865/US$ di pasar spot.

Di pasar surat utang, pasar surat utang negara (SUN) mengalami penguatan harga yang tidak terlalu besar. Tingkat imbal hasil (yield) seri acuan 10 tahun yang sering dijadikan acuan mampu turun sebesar 3 bps menjadi 6,542%.



Penurunan di pasar saham dan mata uang rupanya tidak terjadi di pasar obligasi pemerintah. Data Refinitiv menunjukkan penguatan meski tipis.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 1,5 basis poin (bps) menjadi 6,52% dari 6,54% di akhir pekan lalu. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 24 Feb'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 21 Feb'20 (%)

Yield 24 Feb'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 21 Feb'21 (%)

FR0081

5 tahun

5.715

5.705

-1.00

5.643

FR0082

10 tahun

6.541

6.526

-1.50

6.499

FR0080

15 tahun

7.041

7.038

-0.30

7.0043

FR0083

20 tahun

7.278

7.275

-0.30

7.2414

Sumber: Refinitiv

[Gambas:Video CNBC]


Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan sebutan Wall Street kembali tenggelam dengan diwarnai aksi jual masif (sell off) dikarenakan perkembangan virus corona (covid-19) di luar China yang meningkat sehingga berpotensi membuat ekonomi global akan melambat.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1.031 poin atau -3,56% ke level 27.960, sementara indeks S&P 500 amblas 111 poin atau -3,35% ke level 3.225, dan Nasdaq kehilangan 50 poin atau -3,71% ke 9.221.

“Ekonomi terbesar kedua di dunia (China) benar-benar ditutup. Orang-orang tidak sepenuhnya mengerti hal itu, ”kata Larry Benedict, CEO The Opportunistic Trader, ia menambahkan koreksi 10% hingga 15% dalam saham mungkin akan mulai.

Saham maskapai penerbangan Delta dan American Airlines keduanya anjlok lebih dari 6% sementara United Airlines ditutup melemah 5,4%. Saham operator kasino Las Vegas Sands dan Wynn Resorts masing-masing turun 5,2% lebih. MGM Resorts juga turun 5,4%.

Emiten pembuat chip skala global juga tak luput dari penurunan. Saham Nvidia amblas 7,1% sementara Intel mengakhiri perdagangan dengan -4%. AMD juga turun 7,8%.

Sang investor legendaris Warren Buffett mengatakan penyebaran virus corona telah membuat lunak ekonomi AS, akan tetapi pertumbuhan ekonomi masih tercatat sehat. "Bisnis sedang turun tapi turun dari tingkat yang sangat bagus," kata Buffett kepada Becky Quick di CNBC tentang "Squawk Box." ” Buffett menambahkan dia masih merekomendasikan membeli saham untuk jangka panjang.

Wabah virus corona menyebar dengan cepat setelah pertama kali dilaporkan di Cina. Negara-negara lain terutama Korea Selatan dan Italia melaporkan lonjakan jumlah kasus infeksi yang terkonfirmasi dalam beberapa hari terakhir.

Korea Selatan meningkatkan kewaspadaan atas virus corona ke "level tertinggi" selama akhir pekan, lonjakan jumlah orang terinfeksi hingga lebih dari 800 orang menjadikannya negara tersebut memiliki kasus terbanyak di luar Tiongkok.

Sementara itu, di luar Asia, Italia telah menjadi negara dengan dampak terburuk sejauh ini, dengan lebih dari 130 kasus dilaporkan dan tiga kematian.

Akibatnya, investor AS cenderung meninggalkan aset berisiko seperti saham dan mulai membidik aset minim risiko yakni obligasi pemerintah. Yield (imbal hasil) yang menjadi acuan tenor 10 tahun turun menjadi 1,369%, yang membuatnya mendekati level terendah sepanjang masa di 1,36%.

Cboe Volatility Index (VIX), indeks yang dianggap sebagai pengukur kekhawatiran Wall Street melonjak hingga lebih dari 7 poin, atau sekitar 46% ke level 25,04.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, anjloknya bursa Wall Street berpotensi menularkan virus aksi jual di bursa Asia.

Sentimen kedua, dolar AS masih diburu investor global sebagai safe haven karena virus corona. Pada pukul 06:40 WIB, Dollar Index (greenback melawan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1% pada level 99,35. Hal ini pertanda bahwa mata uang negara berkembang sedang kurang diminati.

Sentimen ketiga, angin segar bagi rupiah datang dari penurunan harga minyak minyak mentah (crude oil). Harga minyak jenis brent di pasar spot dunia kembali anjlok 3,4% menjadi USD 56,3/barrel. Sedangkan light sweet juga turun 3,7% ke USD 51,4/barrel.

Bagi rupiah, penurunan harga minyak menjadi sebuah berkah, pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah.

Sentimen keempat, yaitu penurunan suku bunga BI 7 Day RR sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Penurunan tersebut membuat sweetener berinvestasi pada rupiah menjadi berkurang sehingga berpotensi membuat investor beralih kepada mata uang lainnya.

Sentimen kelima, yakni sentimen utama yang membuat investor global ketar-ketir yakni terkait virus corona yang kini telah menewaskan lebih dari 2.600 orang dan menjangkiti 79.500 orang di 29 negara.

Iran, mengumumkan infeksi pertamanya pekan lalu, mengatakan kini telah mengkonfirmasi 61 kasus dan 12 kematian, sebagian besar kasus di kota suci Qom. Kuwait, Bahrain, Oman, Afghanistan dan Irak melaporkan kasus virus corona baru pertama mereka, semuanya berasal dari orang-orang yang pernah ke Iran.

Terlepas dari lonjakan kasus virus corona yang dilaporkan di Italia, Korea Selatan dan Iran, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa "menggunakan kata 'pandemi' sekarang tidak sesuai dengan fakta dan dapat menimbulkan ketakutan.

"Kita harus fokus pada pertahanan sambil mempersiapkan kemungkinan pandemi," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa, menambahkan bahwa dunia tidak menyaksikan penyebaran yang tidak terkendali atau kematian dalam skala besar.

Berikut adalah rilis data yang akan terjadi hari ini:

  •          Germany, GDP Growth Rate, YOY Final Q4 2019 (14:00 WIB);
  •          France, Business Confidence, February (14:45 WIB);
  •          US, CB Consumer Confidence, February (22:00 WIB)

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q IV-2019 YoY)

5,02%

Inflasi (Januari 2020 YoY)

2,68%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2020)

4,75%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-1,76% PDB

Transaksi berjalan (Q IV-2019)

-2,66% PDB

Neraca pembayaran (Q IV-2019)

US$ 4,28 miliar

Cadangan devisa (Januari 2020)

US$ 131,7 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular