
Gara-Gara Corona Meluas, Bursa Saham Global 'Kebakaran'

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, anjloknya bursa Wall Street berpotensi menularkan virus aksi jual di bursa Asia.
Sentimen kedua, dolar AS masih diburu investor global sebagai safe haven karena virus corona. Pada pukul 06:40 WIB, Dollar Index (greenback melawan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1% pada level 99,35. Hal ini pertanda bahwa mata uang negara berkembang sedang kurang diminati.
Sentimen ketiga, angin segar bagi rupiah datang dari penurunan harga minyak minyak mentah (crude oil). Harga minyak jenis brent di pasar spot dunia kembali anjlok 3,4% menjadi USD 56,3/barrel. Sedangkan light sweet juga turun 3,7% ke USD 51,4/barrel.
Bagi rupiah, penurunan harga minyak menjadi sebuah berkah, pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah.
Sentimen keempat, yaitu penurunan suku bunga BI 7 Day RR sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Penurunan tersebut membuat sweetener berinvestasi pada rupiah menjadi berkurang sehingga berpotensi membuat investor beralih kepada mata uang lainnya.
Sentimen kelima, yakni sentimen utama yang membuat investor global ketar-ketir yakni terkait virus corona yang kini telah menewaskan lebih dari 2.600 orang dan menjangkiti 79.500 orang di 29 negara.
Iran, mengumumkan infeksi pertamanya pekan lalu, mengatakan kini telah mengkonfirmasi 61 kasus dan 12 kematian, sebagian besar kasus di kota suci Qom. Kuwait, Bahrain, Oman, Afghanistan dan Irak melaporkan kasus virus corona baru pertama mereka, semuanya berasal dari orang-orang yang pernah ke Iran.
Terlepas dari lonjakan kasus virus corona yang dilaporkan di Italia, Korea Selatan dan Iran, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa "menggunakan kata 'pandemi' sekarang tidak sesuai dengan fakta dan dapat menimbulkan ketakutan.
"Kita harus fokus pada pertahanan sambil mempersiapkan kemungkinan pandemi," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa, menambahkan bahwa dunia tidak menyaksikan penyebaran yang tidak terkendali atau kematian dalam skala besar.