
Gara-Gara Corona Meluas, Bursa Saham Global 'Kebakaran'

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan sebutan Wall Street kembali tenggelam dengan diwarnai aksi jual masif (sell off) dikarenakan perkembangan virus corona (covid-19) di luar China yang meningkat sehingga berpotensi membuat ekonomi global akan melambat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1.031 poin atau -3,56% ke level 27.960, sementara indeks S&P 500 amblas 111 poin atau -3,35% ke level 3.225, dan Nasdaq kehilangan 50 poin atau -3,71% ke 9.221.
“Ekonomi terbesar kedua di dunia (China) benar-benar ditutup. Orang-orang tidak sepenuhnya mengerti hal itu, ”kata Larry Benedict, CEO The Opportunistic Trader, ia menambahkan koreksi 10% hingga 15% dalam saham mungkin akan mulai.
Saham maskapai penerbangan Delta dan American Airlines keduanya anjlok lebih dari 6% sementara United Airlines ditutup melemah 5,4%. Saham operator kasino Las Vegas Sands dan Wynn Resorts masing-masing turun 5,2% lebih. MGM Resorts juga turun 5,4%.
Emiten pembuat chip skala global juga tak luput dari penurunan. Saham Nvidia amblas 7,1% sementara Intel mengakhiri perdagangan dengan -4%. AMD juga turun 7,8%.
Sang investor legendaris Warren Buffett mengatakan penyebaran virus corona telah membuat lunak ekonomi AS, akan tetapi pertumbuhan ekonomi masih tercatat sehat. "Bisnis sedang turun tapi turun dari tingkat yang sangat bagus," kata Buffett kepada Becky Quick di CNBC tentang "Squawk Box." ” Buffett menambahkan dia masih merekomendasikan membeli saham untuk jangka panjang.
Wabah virus corona menyebar dengan cepat setelah pertama kali dilaporkan di Cina. Negara-negara lain terutama Korea Selatan dan Italia melaporkan lonjakan jumlah kasus infeksi yang terkonfirmasi dalam beberapa hari terakhir.
Korea Selatan meningkatkan kewaspadaan atas virus corona ke "level tertinggi" selama akhir pekan, lonjakan jumlah orang terinfeksi hingga lebih dari 800 orang menjadikannya negara tersebut memiliki kasus terbanyak di luar Tiongkok.
Sementara itu, di luar Asia, Italia telah menjadi negara dengan dampak terburuk sejauh ini, dengan lebih dari 130 kasus dilaporkan dan tiga kematian.
Akibatnya, investor AS cenderung meninggalkan aset berisiko seperti saham dan mulai membidik aset minim risiko yakni obligasi pemerintah. Yield (imbal hasil) yang menjadi acuan tenor 10 tahun turun menjadi 1,369%, yang membuatnya mendekati level terendah sepanjang masa di 1,36%.
Cboe Volatility Index (VIX), indeks yang dianggap sebagai pengukur kekhawatiran Wall Street melonjak hingga lebih dari 7 poin, atau sekitar 46% ke level 25,04.