
Corona Ancam Ekonomi Global, Waspada Efek Besar di Luar China

Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali diwarnai aksi jual masif pada Jumat (21/2/2020) akhir pekan lalu karena pasar mulai melihat dampak nyata dari virus corona (covid-19) yang membuat ekonomi global diperkirakan akan melambat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok lebih dari 200 poin atau -0,78% ke level 28.992, sementara indeks S&P 500 amblas lebih dari 30 poin atau -1,05% pada level 3.337, dan Nasdaq kehilangan 174 poin atau -1,79% ke 9.576.
S&P 500 tertekan oleh penurunan saham-saham di sektor teknologi. Facebook, Amazon, Netflix, Google-parent Alphabet dan Apple semuanya ditutup setidaknya -1,5%. Microsoft mengalami penurunan lebih dari 3% memimpin pelemahan Dow Jones.
Investasi terlihat lebih mengalir ke pasar obligasi AS dan mendorong imbal hasil (yield) obligasi bertenor 30 tahun mengalami penurunan ke level terendah sepanjang masa dengan menembus angka bunga di bawah 1,9%.
Berdasarkan data dari ArcGis dari Johns Hopkins CSSE hingga pukul 05:22 WIB Senin ini (24/2), Covid-19 sudah menewaskan 2.467 orang dan menjangkiti setidaknya 78.914 orang di berbagai negara. Dari angka tersebut, sebanyak 13 korban meninggal di luar China yang merupakan pusat wabah Covid-19.
Presiden Xi Jinping menyoroti pentingnya memerangi epidemi di ibu kota Beijing, Pemerintah Kota mengharuskan orang-orang yang tiba dari kota lain di Cina untuk dikarantina di rumah selama 14 hari.
Penyebaran virus corona tipe baru tersebut telah berdampak pada ekonomi Tiongkok. Data penjualan mobil Cina dalam dua minggu pertama bulan Februari anjlok 92%. Beberapa perusahaan A.S., termasuk Apple, juga telah mengumumkan tentang kemungkinan pendapatan yang lebih rendah.
IHS Markit juga mengatakan bahwa aktivitas di sektor jasa AS mencapai level terendah lebih dari enam tahun di level 49,4, turun dari angka 53,4. Angka di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor jasa AS sedang mengalami kontraksi.
"Bahkan jika wabah (virus corona) surut, pertumbuhan ekonomi global masih akan jatuh ke nol pada kuartal pertama, sebelum bangkit kembali selama sisa tahun ini," Peter Berezin, kepala strategi global di BCA Research. "Jadi, efek dalam jangka pendek untuk pendapatan perusahaan sekarang juga terlihat tidak dapat dihindari." Lanjutnya.