Newsletter

Geopolitik Panaskan Global, Persepsi Konsumen Jadi Harapan

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
08 January 2020 07:23
Geopolitik Panaskan Global, Persepsi Konsumen Jadi Harapan
Foto: Pengunjung berbelanja di Supermarket Giant Poins Square Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (13/9/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Keadaan yang tidak menentu terhadap perekonomian dalam negeri agaknya mulai menemui titik terang seiring dengan persepsi konsumen dalam negeri yang kembali naik.

Survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) mengalami kenaikan 2,2 poin menjadi 126,4 dan menjadi yang tertinggi dalam 6 bulan terakhir.

BI mengatakan konsumen lebih optimis terhadap kondisi ekonomi dalam negeri kedepannya, hal ini dipicu persepsi akan ketersediaan lapangan kerja, penghasilan saat ini, dan pembelian barang tahan lama (durable goods).



Pelaku pasar bursa memaknai positif data tersebut dan memborong saham-saham sektor konsumer sehingga indeks sektor konsumer ditutup naik 1,31% dan mendorong IHSG tutup di zona hijau, sebelum data tersebut diumumkan pukul 11:00 hari Selasa (7/1/2020) sektor konsumer sedang memerah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mampu ditutup naik 21 poin (0,35%) ke level 6.279. Transaksi terbilang ramai senilai Rp 6,19 triliun, lebih besar dari hari sebelumnya yang hanya Rp 5,11 triliun. Peningkatan volume disertai kenaikan menandakan optimisme yang meningkat.

Wajar jika pelaku pasar mencermati data tersebut mengingat perekonomian Indonesia saat ini masih ditopang oleh konsumsi masyarakatnya dengan persentase sebanyak 56% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara itu nilai rupiah terhadap Dolar AS kembali bangkit dengan penguatan 0,47% di pasar spot di level Rp 13.870/US$. Sebelumnya rupiah dalam dua hari terakhir tertekan karena faktor global dari ketegangan geopolitik AS-Iran yang tensinya cenderung meningkat.

Hingga pagi ini serangan masih terjadi, seperti dilaporkan Reuters bahwa terdapat serangan yang dilakukan Iran ke wilayah pangkalan udara Al-Asad yang sebagian ditempati pasukan AS.

Dari sisi pasar surat utang dalam negeri, obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat pada Selasa (07/01). Seri acuan yang paling menguat adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 2,2 basis poin (bps) menjadi 6,41%.


Penguatan itu juga terjadi setelah pemerintah sukses melakukan lelang perdana surat utang negara (SUN) yang berhasil melepas Rp 20 triliun dan menampung minat Rp 81,54 triliun. Selain itu, pemerintah juga sedang menawarkan obligasi dengan denominasi dolar AS.

Yield Obligasi Negara Acuan 7 Jan'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 6 Jan'20 (%)

Yield 7 Jan'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 6 Jan'20 (%)

FR0081

5 tahun

6.44

6.418

-2.20

6.3361

FR0082

10 tahun

7.118

7.115

-0.30

7.0419

FR0080

15 tahun

7.449

7.453

0.40

7.4207

FR0083

20 tahun

7.576

7.56

-1.60

7.5226

Sumber: Refinitiv

Indeks utama Wall Street turun karena investor hati-hati di tengah kebuntuan hubungan AS-Iran. Tiga indeks utama ditutup turun: Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,42% atau 119 poin, indeks S&P 500 terkoreksi 0,28% atau 9 poin, dan Nasdaq terpangkas 0,03% atau 2 poin.

Kekhawatiran investor ternyata benar, pada Selasa (7/1) waktu AS, Pangkalan udara Al Asad di Irak barat diserang, tegas pejabat militer AS seperti dilaporkan NBC News. Beberapa proyektil menghantam pangkalan udara tersebut tetapi belum jelas apakah itu roket atau rudal, lapor NBC News.

Hal itu membuat Dow Jones Industrial Average di pasar berjangka (futures) turun 256 poin dan mengindikasikan potensi penurunan 282 poin pada pembukaan Rabu waktu AS. S&P 500 dan Nasdaq 100 futures juga menunjukkan potensi kerugian setidaknya 1%.

Sekretaris Pers Gedung Putih Stephanie Grisham mengatakan Presiden Donald Trump "telah diberi penjelasan dan sedang memantau situasi dengan cermat bersama dengan tim keamanan nasionalnya."

Wakil Presiden Mike Pence menginformasikan kepada Ketua DPR Nancy Pelosi tentang serangan tersebut melalui sambungan telepon, kata bicara pembicara Drew Hammill.

Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan AS tidak mencari perang dengan Iran. "Kami tidak ingin memulai perang dengan Iran, tetapi kami siap untuk menyelesaikannya,"


Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, tentu dari bursa Wall Street yang melemah berpotensi mempengaruhi pergerakan Bursa Asia termasuk IHSG.

Sentimen kedua, adalah dolar AS yang cenderung menguat. Hingga pukul 06:37 WIB, Dollar Index (posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,35% menjadi 97,01. Penguatan dolar AS tersebut tentunya menjadi ancaman bagi rupiah.

Sentimen ketiga, yaitu kenaikan harga minyak minyak mentah (crude oil). Pagi ini harga minyak tiba-tiba melesat, khususnya jenis brent yang menjadi  acuan Pemerintah naik 2,54% menjadi USD 70,1/barrel. Sedangkan light sweet naik 1,93% ke USD 65/barrel.

Bagi rupiah, kenaikan harga minyak menjadi sebuah bencana, pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya importasi menggunakan dolar AS menjadi lebih mahal.

Sentimen keempat, yaitu hubungan AS-Iran yang masih memanas, AS dikabarkan menambah pasukannya dan menyiapkan 13 skenario balasan kepada Iran.

Parahnya, Iran memulai lagi dengan membuat ulah menyerang Pangkalan udara Al Asad di Irak barat yang sebagian terdapat pasukan AS di sana. Teheran menembakkan lebih dari selusin rudal balistik dari wilayah Iran terhadap setidaknya dua pangkalan militer Irak yang menampung personel koalisi yang dipimpin AS, kata militer AS.

Pengawal garda Revolusi Iran mengkonfirmasi bahwa mereka menembakkan roket sebagai pembalasan atas pembunuhan Qassem Soleimani pekan lalu, menurut TV pemerintah.

Hal ini memicu potensi serangan balasan dan berpotensi membuat aset safe haven meningkat secara tajam termasuk harga minyak karena produksi yang terhambat karena adanya konflik.

Berikut adalah rilis data yang akan terjadi hari ini:

  •          Rilis data Neraca Perdagangan/BOP, China (10:00 WIB);
  •          Rilis Cadangan Devisa bulan Desember, Indonesia (11:00 WIB);
  •          ADP Employment Change, AS (20:15 WIB);
  •          Right Issue emiten berkode TNCA  (09:00 WIB).
  •          IPO emiten berkode PGJO (09:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Kuartal III-2019)

5,02% YoY

Inflasi (November 2019)

2,72% YoY

BI 7-Day Reverse Repo Rate (Desember 2019)

5%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (Kuartal III-2019)

-2,66% PDB

Neraca pembayaran (Kuartal III-2019)

-US$ 46 juta

Cadangan devisa (November 2019)

US$ 126,6 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular