
Geopolitik Panaskan Global, Persepsi Konsumen Jadi Harapan

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, tentu dari bursa Wall Street yang melemah berpotensi mempengaruhi pergerakan Bursa Asia termasuk IHSG.
Sentimen kedua, adalah dolar AS yang cenderung menguat. Hingga pukul 06:37 WIB, Dollar Index (posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,35% menjadi 97,01. Penguatan dolar AS tersebut tentunya menjadi ancaman bagi rupiah.
Sentimen ketiga, yaitu kenaikan harga minyak minyak mentah (crude oil). Pagi ini harga minyak tiba-tiba melesat, khususnya jenis brent yang menjadi acuan Pemerintah naik 2,54% menjadi USD 70,1/barrel. Sedangkan light sweet naik 1,93% ke USD 65/barrel.
Bagi rupiah, kenaikan harga minyak menjadi sebuah bencana, pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya importasi menggunakan dolar AS menjadi lebih mahal.
Sentimen keempat, yaitu hubungan AS-Iran yang masih memanas, AS dikabarkan menambah pasukannya dan menyiapkan 13 skenario balasan kepada Iran.
Parahnya, Iran memulai lagi dengan membuat ulah menyerang Pangkalan udara Al Asad di Irak barat yang sebagian terdapat pasukan AS di sana. Teheran menembakkan lebih dari selusin rudal balistik dari wilayah Iran terhadap setidaknya dua pangkalan militer Irak yang menampung personel koalisi yang dipimpin AS, kata militer AS.
Pengawal garda Revolusi Iran mengkonfirmasi bahwa mereka menembakkan roket sebagai pembalasan atas pembunuhan Qassem Soleimani pekan lalu, menurut TV pemerintah.
Hal ini memicu potensi serangan balasan dan berpotensi membuat aset safe haven meningkat secara tajam termasuk harga minyak karena produksi yang terhambat karena adanya konflik.
(yam/yam)