Newsletter

AS-China Lagi, Lagi-lagi AS-China, Kapan Kelarnya?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 November 2019 06:05
Awas, Dolar AS Mungkin Masih Buas!
Ilustrasi Mata Uang Yuan dan Dolar AS (REUTERS/Jason Lee)
Sentimen ketiga, sepertinya investor patut mewaspadai pergerakan dolar AS. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,48%. Bahkan indeks ini sudah menguat nyaris 1% sejak awal bulan.


Ada kemungkinan tren penguatan dolar AS belum berakhir. Pasalnya, data ekonomi terbaru di Negeri Paman Sam cukup positif.

Akhir pekan lalu, IHS Markit merilis angka pembacaan awal Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode November yang sebesar 52,2. Naik dibandingkan Oktober yaitu 51,3.

Kemudian, pembacaan awal PMI sektor jasa periode November menunjukkan angka 51,6. Juga naik dibandingkan Oktober yang sebesar 50,6.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha cenderung ekspansif.

Data-data ini semakin meyakinkan pasar bahwa The Fed bakal menghentikan siklus penurunan suku bunga acuan untuk sementara waktu. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate bertahan di 1,5-1,75% pada pertemuan The Fed 11 Desember mencapai 93,4%.

Memang ada alasan kuat bagi Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega untuk mempertahankan suku bunga. Data PMI memberi konfirmasi bahwa ekonomi AS masih di jalur ekspansi, meski ada perlambatan.


Selain itu, The Fed sudah menurunkan suku bunga acuan tiga kali sejak awal tahun. Ada baiknya The Fed menilai dulu seberapa jauh efektivitas penurunan tersebut sebelum menentukan langkah selanjutnya.

Suku bunga acuan yang mungkin belum akan turun dalam waktu dekat membuat berinvestasi di dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) tidak rugi-rugi amat. Ini membuat dolar AS masih punya tenaga untuk menguat, sehingga mata uang Asia, termasuk rupiah, wajib waspada.

(aji/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular