
Newsletter
AS-China Lagi, Lagi-lagi AS-China, Kapan Kelarnya?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 November 2019 06:05

Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu saja dinamika AS-China. Sepertinya sebelum ada kejelasan kapan Presiden Trump dan Presiden Xi bertemu untuk meneken kesepakatan dagang, berbagai spekulasi masih akan memberi warna.
Investor patut waspada karena sinyal yang datang akhir pekan lalu agak mixed. Meski memberi harapan, tetapi Trump lagi-lagi menegaskan bahwa kesepakatan dagang dengan China tidak bisa bersifat win-win. Kepentingan AS harus diutamakan, karena selama ini China dinilai telah berlaku tidak adil.
"AS menderita selama bertahun-tahun karena China mencatat surplus (perdagangan) yang begitu besar. Saya sudah mengatakan kepada Presiden Xi bahwa (kesepakatan) ini tidak bisa seimbang. Kami ada di lantai, sementara Anda sudah di langit-langit," tegas Trump dalam wawancara di Fox News.
Pada Januari-September 2019, AS mengalami defisit US$ 263,19 miliar kala berdagang dengan China. Tahun lalu, AS juga tekor US$ 419,53 miliar.
Pekan ini, tepatnya pada Selasa dini hari waktu Indonesia, US Census Bureau akan mengumumkan pembacaan awal neraca perdagangan AS. Nanti akan terlihat bagaimana perkembangan neraca perdagangan AS dengan China. Jika semakin parah, maka bisa menjadi sentimen negatif bagi rencana damai dagang.
Oleh karena itu, masih ada risiko AS-China tidak bisa dipertemukan. Selama AS masih membukukan defisit perdagangan dengan China, apalagi kalau nilainya semakin parah, maka Trump bakal semakin galak dan perang dagang bisa semakin panjang.
Sentimen kedua, masih terkait hubungan AS-China, pelaku pasar juga perlu mencermati perkembangan isu Hong Kong. Kongres AS sudah menyetujui aturan soal penegakan hak asasi manusia di Hong Kong, tetapi sikap Trump masih mendua.
"Kalau bukan karena saya, Hong Kong sudah hancur dalam 14 menit. Presiden Xi punya sejuta pasukan yang bersiaga di luar wilayah Hong Kong, mereka tidak masuk karena saya yang memintanya.
"Begini, kita harus bersama dengan Hong Kong tetapi saya juga bersama Presiden Xi. Saya mendukung Hong Kong, saya mendukung kebebasan, tetapi saya juga ingin mendukung hal yang sedang kita perjuangkan.
"Kita sedang dalam proses untuk menuju kesepakatan dagang terbesar dalam sejarah. Jika kita berhasil, tentu akan sangat luar biasa," jelas Trump dalam wawancara dengan Fox News Channel, seperti diberitakan Reuters.
Mengingat perkembangan di Hong Kong, terutama terkait keterlibatan AS, bisa mempengaruhi prospek damai dagang, maka ada baiknya pelaku pasar memonitor perkembangan isu ini. Segala hal yang berkaitan dengan hubungan dagang AS-China memang sangat berpotensi menjadi isu penggerak pasar.
(aji/sef)
Investor patut waspada karena sinyal yang datang akhir pekan lalu agak mixed. Meski memberi harapan, tetapi Trump lagi-lagi menegaskan bahwa kesepakatan dagang dengan China tidak bisa bersifat win-win. Kepentingan AS harus diutamakan, karena selama ini China dinilai telah berlaku tidak adil.
"AS menderita selama bertahun-tahun karena China mencatat surplus (perdagangan) yang begitu besar. Saya sudah mengatakan kepada Presiden Xi bahwa (kesepakatan) ini tidak bisa seimbang. Kami ada di lantai, sementara Anda sudah di langit-langit," tegas Trump dalam wawancara di Fox News.
Pada Januari-September 2019, AS mengalami defisit US$ 263,19 miliar kala berdagang dengan China. Tahun lalu, AS juga tekor US$ 419,53 miliar.
Pekan ini, tepatnya pada Selasa dini hari waktu Indonesia, US Census Bureau akan mengumumkan pembacaan awal neraca perdagangan AS. Nanti akan terlihat bagaimana perkembangan neraca perdagangan AS dengan China. Jika semakin parah, maka bisa menjadi sentimen negatif bagi rencana damai dagang.
Oleh karena itu, masih ada risiko AS-China tidak bisa dipertemukan. Selama AS masih membukukan defisit perdagangan dengan China, apalagi kalau nilainya semakin parah, maka Trump bakal semakin galak dan perang dagang bisa semakin panjang.
Sentimen kedua, masih terkait hubungan AS-China, pelaku pasar juga perlu mencermati perkembangan isu Hong Kong. Kongres AS sudah menyetujui aturan soal penegakan hak asasi manusia di Hong Kong, tetapi sikap Trump masih mendua.
"Kalau bukan karena saya, Hong Kong sudah hancur dalam 14 menit. Presiden Xi punya sejuta pasukan yang bersiaga di luar wilayah Hong Kong, mereka tidak masuk karena saya yang memintanya.
"Begini, kita harus bersama dengan Hong Kong tetapi saya juga bersama Presiden Xi. Saya mendukung Hong Kong, saya mendukung kebebasan, tetapi saya juga ingin mendukung hal yang sedang kita perjuangkan.
"Kita sedang dalam proses untuk menuju kesepakatan dagang terbesar dalam sejarah. Jika kita berhasil, tentu akan sangat luar biasa," jelas Trump dalam wawancara dengan Fox News Channel, seperti diberitakan Reuters.
Mengingat perkembangan di Hong Kong, terutama terkait keterlibatan AS, bisa mempengaruhi prospek damai dagang, maka ada baiknya pelaku pasar memonitor perkembangan isu ini. Segala hal yang berkaitan dengan hubungan dagang AS-China memang sangat berpotensi menjadi isu penggerak pasar.
(aji/sef)
Next Page
Awas, Dolar AS Mungkin Masih Buas!
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular