
Newsletter
Trump: China "Curang", The Fed Beri Kami Uang!
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 November 2019 06:52

Tidak hanya Wall Street, bursa saham Eropa juga menghijau pada Selasa kemarin, ini berarti bursa di tiga benua kompak menguat. Serangkaian kabar bagus dari Eropa yang disebutkan sebelumnya serta rekor beruntun yang dicetak Wall Street dapat mengirim hawa positif lagi ke pasar Asia pada perdagangan hari ini Rabu (13/11/19), IHSG berpeluang kembali menguat.
Pidato Presiden Trump pada Selasa waktu setempat, atau tengah malam tadi waktu Indonesia sebenarnya cukup keras dalam menyerang China. Trump menyebut China "curang" dalam kesepakatan dagang di era presiden-presiden AS sebelumnya.
"Sejak China masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001, tidak ada negara yang memanipulasi atau memanfaatkan Amerika Serikat sebaik China. Saya tidak akan mengatakan "curang", tapi tidak ada yang lebih curang dari China, saya akan mengatakan itu" kata Trump dalam acara Economic Club of New York, sebagaimana dilansir CNBC International.
Meski memberikan pernyataan keras, tetapi Trump tidak menyalahkan China, ia justru menyalahkan presiden-presiden sebelumnya yang melakukan negosiasi perdagangan dan membiarkan AS dimanipulasi.
Selain China, Trump juga menyerang Uni Eropa yang dikatakan menerapkan kebijakan perdagangan yang tidak adil.
"Banyak negara mengenakan kita bea masuk yang sangat tinggi atau menciptakan hambatan dalam perdagangan. Dan saya akan jujur, Uni Eropa, sangat, sangat sulit. Hambatan perdagangan yang mereka buat sangat mengerikan, dalam banyak hal mereka lebih buruk dari China" ujar Trump.
Serangan terhadap Uni Eropa terjadi saat kabar menyebutkan Trump akan menunda kenaikan bea masuk otomotif dari Benua Biru selama enam bulan, salah satu faktor yang membuat bursa saham Eropa menguat Selasa kemarin.
Meski pernyataan Trump tersebut terlihat keras, tapi sejauh ini pelaku pasar masih merespon positif dan tetap optimistis akan adanya kesepakatan dagang. Tapi patut diperhatikan juga perbedaan interpretasi dari investor yang bisa memicu koreksi di pasar.
Setelah menyerang China dan Uni Eropa, Presiden Trump juga menyerang lagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Trump mengatakan The Fed ragu-ragu dalam menurunkan suku bunga yang berdampak pada tertahannya laju pertumbuhan ekonomi serta penguatan bursa saham AS. Trump berpendapat The Fed seharusnya terus memangkas suku bunga agar AS bisa kompetitif di pasar global.
"Kita secara aktif berkompetisi dengan negara-negara yang terbuka memangkas suku bunga sehingga banyak yang dibayar ketika melunasi pinjaman mereka, atau yang dikenal dengan suku bunga negatif" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International. "Siapa yang pernah mendengar hal tersebut?" tanya Trump kepada audience.
"Berikan saya itu. Berikan saya uang itu. Saya ingin uang itu. Bank sentral kita tidak mengijinkan kami melakukan itu" kata Trump.
Pernyataan Trump terakhir merujuk pada suku bunga di AS yang masih dianggap terlalu tinggi dibandingkan negara-negara maju lainnya. Trump ingin The Fed terus menurunkan suku bunga akan sehingga lebih banyak uang yang beredar di pasar, sehingga roda perekonomian diharapkan bisa lebih terpacu.
The Fed sudah tidak kali memangkas suku bunga di tahun ini masing-masing sebesar 25 basis poin, dan suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) saat ini sebesar 1,5-1,75%.
Kali terakhir The Fed memangkas suku bunga pada akhir Oktober lalu, tetapi kala itu ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan suku bunga tidak akan dipangkas lagi, kecuali perekonomian AS memburuk.
Kurang dari 24 jam setelah Trump menyerang The Fed, Powell akan memberikan testimoni di hadapan Kongres AS. Powell kemungkinan akan menegaskan sikapnya untuk menahan suku bunga kecuali ekonomi AS memburuk.
Namun, Powell dijadwalkan memberikan testimoni mulai pukul 23:00 WIB, saat pasar Asia sudah ditutup, sehingga belum akan direspon oleh pasar dalam negeri. Selain itu, nanti malam akan dirilis data inflasi AS, yang merupakan salah satu acuan The Fed dalam menentukan suku bunga.
Akibatnya akan ada aksi wait and see jilid II di pasar Asia pada hari ini. Tetapi setidaknya Trump yang kembali menyerang The Fed sedikit memberikan tekanan bagi dolar AS, dan rupiah bisa mendapat keuntungan dari hal tersebut.
(pap/pap)
Pidato Presiden Trump pada Selasa waktu setempat, atau tengah malam tadi waktu Indonesia sebenarnya cukup keras dalam menyerang China. Trump menyebut China "curang" dalam kesepakatan dagang di era presiden-presiden AS sebelumnya.
"Sejak China masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001, tidak ada negara yang memanipulasi atau memanfaatkan Amerika Serikat sebaik China. Saya tidak akan mengatakan "curang", tapi tidak ada yang lebih curang dari China, saya akan mengatakan itu" kata Trump dalam acara Economic Club of New York, sebagaimana dilansir CNBC International.
Meski memberikan pernyataan keras, tetapi Trump tidak menyalahkan China, ia justru menyalahkan presiden-presiden sebelumnya yang melakukan negosiasi perdagangan dan membiarkan AS dimanipulasi.
Selain China, Trump juga menyerang Uni Eropa yang dikatakan menerapkan kebijakan perdagangan yang tidak adil.
"Banyak negara mengenakan kita bea masuk yang sangat tinggi atau menciptakan hambatan dalam perdagangan. Dan saya akan jujur, Uni Eropa, sangat, sangat sulit. Hambatan perdagangan yang mereka buat sangat mengerikan, dalam banyak hal mereka lebih buruk dari China" ujar Trump.
Serangan terhadap Uni Eropa terjadi saat kabar menyebutkan Trump akan menunda kenaikan bea masuk otomotif dari Benua Biru selama enam bulan, salah satu faktor yang membuat bursa saham Eropa menguat Selasa kemarin.
Meski pernyataan Trump tersebut terlihat keras, tapi sejauh ini pelaku pasar masih merespon positif dan tetap optimistis akan adanya kesepakatan dagang. Tapi patut diperhatikan juga perbedaan interpretasi dari investor yang bisa memicu koreksi di pasar.
Setelah menyerang China dan Uni Eropa, Presiden Trump juga menyerang lagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Trump mengatakan The Fed ragu-ragu dalam menurunkan suku bunga yang berdampak pada tertahannya laju pertumbuhan ekonomi serta penguatan bursa saham AS. Trump berpendapat The Fed seharusnya terus memangkas suku bunga agar AS bisa kompetitif di pasar global.
"Kita secara aktif berkompetisi dengan negara-negara yang terbuka memangkas suku bunga sehingga banyak yang dibayar ketika melunasi pinjaman mereka, atau yang dikenal dengan suku bunga negatif" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International. "Siapa yang pernah mendengar hal tersebut?" tanya Trump kepada audience.
"Berikan saya itu. Berikan saya uang itu. Saya ingin uang itu. Bank sentral kita tidak mengijinkan kami melakukan itu" kata Trump.
Pernyataan Trump terakhir merujuk pada suku bunga di AS yang masih dianggap terlalu tinggi dibandingkan negara-negara maju lainnya. Trump ingin The Fed terus menurunkan suku bunga akan sehingga lebih banyak uang yang beredar di pasar, sehingga roda perekonomian diharapkan bisa lebih terpacu.
The Fed sudah tidak kali memangkas suku bunga di tahun ini masing-masing sebesar 25 basis poin, dan suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) saat ini sebesar 1,5-1,75%.
Kali terakhir The Fed memangkas suku bunga pada akhir Oktober lalu, tetapi kala itu ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan suku bunga tidak akan dipangkas lagi, kecuali perekonomian AS memburuk.
Kurang dari 24 jam setelah Trump menyerang The Fed, Powell akan memberikan testimoni di hadapan Kongres AS. Powell kemungkinan akan menegaskan sikapnya untuk menahan suku bunga kecuali ekonomi AS memburuk.
Namun, Powell dijadwalkan memberikan testimoni mulai pukul 23:00 WIB, saat pasar Asia sudah ditutup, sehingga belum akan direspon oleh pasar dalam negeri. Selain itu, nanti malam akan dirilis data inflasi AS, yang merupakan salah satu acuan The Fed dalam menentukan suku bunga.
Akibatnya akan ada aksi wait and see jilid II di pasar Asia pada hari ini. Tetapi setidaknya Trump yang kembali menyerang The Fed sedikit memberikan tekanan bagi dolar AS, dan rupiah bisa mendapat keuntungan dari hal tersebut.
(pap/pap)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular