
Newsletter
H-1 Rilis Transaksi Berjalan, Bagaimana Nasib Pasar Keuangan?
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 August 2019 06:40

Kelima, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) periode Juni 2019 pada hari ini. Penjualan eceran sangat penting bagi perekonomian Indonesia yang masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga.
Pada Mei 2019, penjualan eceran tumbuh 7,7% secara tahunan (year-on-year/YoY), yang mana lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 6,7%. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya momen puasa pada bulan Mei.
Sementara di bulan Juni, ada pula momen hari raya Idul Fitri yang biasanya membuat konsumsi masyarakat meningkat.Jika penjualan eceran bulan Juni 2019 kembali meningkat, atau bahkan lebih tinggi dari Mei, maka menandakan tingkat konsumsi Masyarakat yang masih terjaga. Pertumbuhan ekonomi pun juga dapat dipertahankan.
Keenam, penantian pengumuman Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) boleh jadi membuat pelaku pasar agak grogi hari ini. Pasalnya BI akan mengumumkan NPI kuartal II-2019 pada pada esok hari, Jumat (9/8/2019).
Salah satu komponen NPI yang paling dinantikan adalah pos transaksi berjaalan (current account). Transaksi berjalan menggambarkan aliran valas yang keluar masuk melalui sektor riil.
Di kuartal I-2019, transaksi berjalan sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD) sebesar US$ 6,9 miliar atau setara 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka defisit itu jauh lebih dalam ketimbang kuartal I tahun sebelumnya yang hanya US$ 5,1 miliar atau 2,01% PDB.
Sementara ada sinyal bahwa CAD akan semakin melebar di kuartal II-2019. Salah satunya adalah defisit neraca dagang yang semakin parah.Sepanjang kuartal II-2019, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 1,87 miliar. Defisit tersebut lebih dalam ketimbang kuartal II-2018 yang sebesar US$ 1,45 miliar.
Transaksi berjalan punya peran pening pada sistem keuangan di Indonesia karena mencerminkan pasokan valas di dalam negeri yang dapat bertahan lama. Berbeda dengan saudaranya, transaksi finansial, yang mana bisa berbalik arah dengan sangat cepat.
Tanpa pasokan valas yang memadai (akibat pembengkakan CAD), investor akan memandang stabilitas keuangan Indonesia sangat rentan. Kurs rupiah jadi mudah terdepresiasi akibat tekanan mata uang lain. Hal itu juga akan berdampak pada daya tarik investor di instrumen lain seperti saham. Siapa yang ingin nilai asetnya terkoreksi akibat depresiasi mata uang? Tidak ada.
BERLANJUT KE HALAMAN 5>>> (taa/taa)
Pada Mei 2019, penjualan eceran tumbuh 7,7% secara tahunan (year-on-year/YoY), yang mana lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 6,7%. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya momen puasa pada bulan Mei.
Sementara di bulan Juni, ada pula momen hari raya Idul Fitri yang biasanya membuat konsumsi masyarakat meningkat.Jika penjualan eceran bulan Juni 2019 kembali meningkat, atau bahkan lebih tinggi dari Mei, maka menandakan tingkat konsumsi Masyarakat yang masih terjaga. Pertumbuhan ekonomi pun juga dapat dipertahankan.
Salah satu komponen NPI yang paling dinantikan adalah pos transaksi berjaalan (current account). Transaksi berjalan menggambarkan aliran valas yang keluar masuk melalui sektor riil.
Di kuartal I-2019, transaksi berjalan sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD) sebesar US$ 6,9 miliar atau setara 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka defisit itu jauh lebih dalam ketimbang kuartal I tahun sebelumnya yang hanya US$ 5,1 miliar atau 2,01% PDB.
Sementara ada sinyal bahwa CAD akan semakin melebar di kuartal II-2019. Salah satunya adalah defisit neraca dagang yang semakin parah.Sepanjang kuartal II-2019, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 1,87 miliar. Defisit tersebut lebih dalam ketimbang kuartal II-2018 yang sebesar US$ 1,45 miliar.
Transaksi berjalan punya peran pening pada sistem keuangan di Indonesia karena mencerminkan pasokan valas di dalam negeri yang dapat bertahan lama. Berbeda dengan saudaranya, transaksi finansial, yang mana bisa berbalik arah dengan sangat cepat.
Tanpa pasokan valas yang memadai (akibat pembengkakan CAD), investor akan memandang stabilitas keuangan Indonesia sangat rentan. Kurs rupiah jadi mudah terdepresiasi akibat tekanan mata uang lain. Hal itu juga akan berdampak pada daya tarik investor di instrumen lain seperti saham. Siapa yang ingin nilai asetnya terkoreksi akibat depresiasi mata uang? Tidak ada.
BERLANJUT KE HALAMAN 5>>> (taa/taa)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Most Popular