Newsletter

Yes! Indeks Dolar AS Akhirnya Melemah, Ayo Manfaatkan!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 July 2019 06:29
Cermati Sentimen Penggerak Hari Ini (1)
Foto: Bank Sentral Eropa (REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Rilis data sektor manufaktur AS tersebut sejalan dengan data dari zona euro. Blok 19 negara ini mengalami kontraksi sektor manufaktur dalam enam bulan beruntun dan semakin dalam. Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur blok 19 negara turun menjadi 46,4, menjadi kontraksi terdalam sejak Desember 2012.

Jerman dan Perancis, dua negara ekonominya paling berpengaruh di zona euro juga menunjukkan kinerja sektor manufaktur yang mengecewakan.



Buruknya data manufaktur zona euro ini membuat perhatian utama pelaku pasar tertuju pada pengumuman kebijakan moneter European Central Bank (ECB) sore hari nanti, ini menjadi sentimen ketiga yang patut dicermati.  

Namun, efek dari pengumuman kebijakan moneter ECB baru akan terasa maksimal pada perdagangan besok. Untuk hari ini pergerakan pasar di sesi Asia masih akan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.



Mengutip Reuters, saat ini ada peluang sebesar 40% ECB akan memangkas suku bunganya sebesar 10 basis poin (bps) pada pukul 18:45 WIB nanti. Seandainya hal tersebut tidak terjadi, maka di bulan September pasti suku bunga akan dipangkas.

Beberapa analis berpendapat ECB di bawah komando Presiden Mario Draghi akan bertindak memangkas suku bunga mendahului bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mencegah euro menguat terhadap dolar AS.

Pelemahan mata uang memang bukan target bank sentral dalam menurunkan suku bunga, tetapi pelemahan kurs diperlukan agar produk-produk eksportir dari zona euro lebih kompetitif, dan inflasi bisa terangkat.

Stimulus moneter secara tradisional akan berdampak positif ke bursa saham, tingginya likuiditas serta potensi percepatan laju roda perekonomian membuat investor masuk ke aset-aset berisiko yang memiliki imbal hasil tinggi, dan menjadi kabar bagus bagi bursa saham global.

Tetapi pemangkasan suku ECB bisa berdampak pada jebloknya nilai tukar euro melawan dolar AS, dan ini bisa mempengaruhi kinerja mata uang lainnya termasuk rupiah.

Jebloknya euro akan membuat indeks dolar AS terus berjaya lagi, maklum euro berkontribusi 57,6% dalam membentuk indeks dolar. Indeks dolar sering dijadikan acuan kekuatan mata uang Paman Sam, sehingga akan menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

Sentimen terakhir adalah penurunan harga minyak mentah, bagi rupiah hal ini adalah sebuah berkah. Sebab penurunan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah.

Harga minyak jenis Brent melemah sekitar 1,1% dan jenis West Texas Intermediate (WTI) turun sekitar 1,6% pada perdagangan kemarin akibat kecemasan akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global pasca rilis data aktivitas manufaktur di Jepang, zona euro, dan AS. Pelambatan bahkan kontraksi sektor pengolahan tersebut tentunya akan menurunkan permintaan terhadap minyak mentah.

Pelemahan harga minyak mentah tentu kabar baik bagi negara net importir minyak seperti Indonesia. Ketika biaya impor minyak berkurang, maka tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan bisa terangkat.

Halaman Selanjutnya >>> (pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular