ECB Pangkas Bunga Besok? Berikut Ini Respons Pasar Forex

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 July 2019 20:08
ECB Pangkas Bunga Besok? Berikut Ini Respons Pasar Forex
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Thomas Hodel)
Jakarta, CNBC Indonesia - European Central Bank (ECB) akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (25/7/19) besok, dan pasar forex sudah bereaksi sejak awal pekan ini, khususnya mata uang euro. Hingga perdagangan hari ini, euro sudah melemah 0,85% melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Jebloknya euro membuat indeks dolar AS terus berjaya, maklum euro berkontribusi 57,6% dalam membentuk indeks dolar. Efeknya bisa merembet kemana-mana, indeks dolar sering dijadikan acuan kekuatan mata uang Paman Sam, jika indeks ini terus menguat maka akan menjadi sentimen negatif bagi mata uang lainnya, termasuk juga rupiah.

ECB yang diprediksi akan memangkas suku bunga besok terus membebani mata uang 19 negara ini. Apalagi kondisi ekonomi zona euro semakin memburuk. Laporan dari institusi Markit menunjukkan aktivitas bisnis (sektor manufaktur dan jasa) di zona euro semakin merosot.



Data aktivitas manufaktur dan jasa dirilis ini berdasarkan survei terhadap manajer pembelian sehingga disebut juga purchasing manager index (PMI). Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas antara kontraksi dan ekspansi. Angka di bawah 50 menunjukkan penyusutan aktivitas, sementara di atas 50 menunjukkan aktivitas yang berkembang.

Jerman, negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa menunjukkan kontraksi sektor manufaktur yang semakin dalam. Angka indeks yang dirilis Markit berada di level 43,1 di bulan ini, turun dari bulan Juni sebesar 45,0. Begitu juga sektor jasa yang melambat menjadi 55,4 dibandingkan sebelumnya 55,8.



Selanjutnya Perancis, indeks manufakturnya mengalami pelambatan signifikan menjadi 50, ambang batas antara ekspansi dan kontraksi. Padahal di bulan lalu, sektor pengolahan ini masih berada di level 51,9, sebuah penurunan yang tajam hanya dalam sebulan. Sementara sektor jasanya masih ekspansi di 52,2, meski melambat dari sebelumnya 52,9.

Tidak hanya di dua negara tersebut, zona euro secara keseluruhan juga mengalami kontraksi sektor manufaktur. Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur blok 19 negara turun menjadi 46,4, menjadi kontraksi terdalam sejak Desember 2012. Sektor jasa masih lebih bagus, menunjukkan ekspansi 53,3, meski melambat dari bulan sebelumnya 53,6.

Halaman Selanjutnya >>>

Tujuh bulan lalu ECB sudah mengakhiri program pembelian aset (surat berharga dan obligasi) atau yang disebut quantitative easing (QE). ECB di bawah pimpinan Mario Draghi bahkan berencana menaikkan suku bunga di kuartal IV tahun ini setelah kondisi ekonomi membaik, dan inflasi mulai meningkat.

Namun hanya dalam enam bulan semua berubah dan berbalik arah, ekonomi kembali memburuk, dan inflasi terus melemah. Draghi pada 18 Juni lalu mengejutkan pasar dengan menyatakan akan menggelontorkan stimulus moneter jika diperlukan untuk membantu perekonomian.



S
inyal-sinyal pemangkasan suku bunga semakin kuat dalam dua pekan terakhir. Awal pekan lalu anggota dewan ECB Benoit Coeure mengatakan pihaknya siap untuk bertindak jika diperlukan untuk mendorong inflasi naik menuju target 2%. 

Sebelumnya pada Jumat (12/7/19) pekan lalu, anggota dewan ECB yang juga Gubernur Bank of Italia, mengatakan dalam beberapa pekan ke depan ECB akan terus melakukan penilaian untuk menyesuaikan instrumen kebijakan moneter yang tersedia, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Mengutip Reuters, saat ini ada peluang sebesar 40% bahwa ECB akan memangkas suku bunganya sebesar 10 basis poin (bps) Kamis besok. Seandainya hal tersebut tidak terjadi, maka pada September pasti suku bunga akan dipangkas.

Beberapa analis berpendapat Draghi akan bertindak memangkas suku bunga mendahului bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mencegah euro menguat terhadap dolar AS. Pelemahan kurs memang bukan target bank sentral dalam menurunkan suku bunga, tetapi ini bisa membantu produk zona euro lebih kompetitif, sehingga ekonomi terakselerasi.

Analis dari Bank ING memprediksi mata uang 19 negara ini akan turun lebih dalam saat ECB mengumumkan kebijakan moneternya, melansir FXStreet.com. Selain memangkas suku bunga, ECB juga diprediksi akan memberikan sinyal adanya  program pembelian aset (surat berharga dan obligasi) atau yang disebut quantitative easing (QE).


Memasuki perdagangan sesi AS, posisi euro saat ini di dekat level terendah dua tahun yang dicapai pada bulan Mei lalu, sehingga investor kini berada dalam mode wait and see.

Jika memang benar ECB besok memangkas suku bunga, bahkan menyatakan akan menggelontorkan QE, euro berpeluang besar akan turun dalam, indeks dolar akan menguat dan berdampak negatif ke mata uang lainnya. Sebaliknya jika ECB bergeming, maka bersiaplah melihat amukan euro terhadap dolar AS.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular