
Kurs Euro Melesat 4 Hari Beruntun, Awas "Digoyang" ECB!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah dalam 4 hari beruntun hingga perdagangan Rabu (21/10/2020).
Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus menjadi pemicu penguatan mata uang 19 negara ini. Namun, ada risiko euro kembali "digoyang" oleh bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB).
Melansir data Refinitiv, pada pukul 13:27 WIB, euro menguat 0,32% ke US$ 1,8560, yang merupakan level tertinggi dalam 1 bulan terakhir. Sementara dalam 4 hari, total euro melesat 1,32%.
Di waktu yang sama, euro menguat 0,12% melawan rupiah ke Rp 17.337,86/EUR, sementara dalam 4 hari terakhir melesat 1,03%.
Meski sedang menguat, tetapi euro dikatakan dalam mode defensif sebab ECB sudah mulai mencermati pergerakannya.
Pada awal September lalu, euro menyentuh level tertinggi lebih dari 2 tahun melawan dolar AS di US$ 1,2. Setelah mencapai level tersebut, euro berbalik turun akibat "dicolek" oleh ekonom European Central Bank (ECB) Philip Lane.
Lane mengatakan nilai tukar euro-dolar AS "penting" dalam menentukan kebijakan moneter.
Pernyataan tersebut menjadi indikasi ECB kemungkinan akan bertindak untuk meredam penguatan euro. Pemulihan ekonomi yang mengalami resesi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) akan semakin sulit jika kurs euro terus menguat. Inflasi juga akan terus berada di level rendah, bahkan muncul risiko deflasi.
Di akhir September, anggota dewan ECB, Ignazio Visco mengatakan penguatan euro merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan, dan ECB perlu bertindak jika inflasi menjadi rendah dan semakin menjauhkannya dari target bank sentral.
"Penguatan euro mengkhawatirkan bagi kami karena memberikan tekanan bagi harga saat inflasi sudah rendah," kata Visco yang juga gubernur bank sentral Italia, sebagaimana dilansir Reuters, Minggu (27/9/2020).
Visco juga membantah pendapat anggota dewan terbelah terkait penguatan euro, ia menegaskan apa yang dikatakannya sepemikiran dengan anggota dewan lainnya.
"Implikasi kebijakan moneter sudah jelas, jika penurunan inflasi merusak target kami, kami harus melakukan intervensi," tambahnya.
Gubernur ECB, Christine Lagarde, saat mengumumkan kebijakan moneter pada 10 September lalu terlihat masih belum terganggu dengan penguatan euro. Lagarde mengatakan tidak menargetkan nilai tukar euro ada di posisi berapa.
"Dewan Gubernur mendiskusikan apresiasi euro, tapi seperti anda ketahui kami tidak mentargetkan nilai tukar. Tapi kami akan memantau hal tersebut dengan cermat," kata Lagarde.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih
